Suku Pesisir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dasimarajo (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 1:
{{ethnic group|
|group = Pesisir <br/><small>''Ughang
|image=<table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
<tr>
<td>[[Berkas:Jenderal TNI Faisal Tanjung.png|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Hadji Zainul Arifin.jpg|60x80px]]</td>
Baris 9 ⟶ 8:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Feisal Tanjung]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Zainul Arifin]]</small></td>
Baris 16 ⟶ 14:
</table>
|poptime = '''179.154''' jiwa (2010)<ref>Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk 2010</ref>
|popplace = [[
|langs = [[Bahasa
|rels = [[Islam]]
|related = [[Suku Minang|Minangkabau]], [[Suku Batak Angkola|Batak
}}
'''Etnis Pesisir atau Melayu Pesisir''' ([[Bahasa
Sejarah terbentuknya kelompok suku ini tidak jauh berbeda dengan sejarah terbentuknya masyarakat [[Suku Aneuk Jamee]] di pantai barat [[Aceh]], masyarakat [[Negeri Sembilan]] di [[Semenanjung Malaya]], dan beberapa kelompok masyarakat lainnya, yang merupakan [[diaspora]] dari para [[perantau Minang]]
== Etimologi ==
Pesisir atau ''Pasisi'' bermakna wilayah yang berada di tepi lautan. Penamaan 'Etnis Pesisir' untuk kelompok masyarakat yang mendiami pesisir Pantai barat Sumatra Utara tidak pernah dikenal hingga akhir abad ke-20. Istilah ini dikemukakan untuk membedakan kelompok masyarakat di pesisir barat Sumatra Utara dengan masyarakat Batak di pedalaman. Berdasarkan ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatra Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan merupakan bagian dari etnis Batak.<ref>Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut, École Franc̦aise d'Extrême-Orient, 1995</ref> Kelompok ini merupakan para perantau dari Minangkabau yang telah bermigrasi ke pesisir barat Tapanuli sejak berabad-abad lalu.<ref>Jane Drakard, A Malay Frontier: Unity and Duality in a Sumatran Kingdom</ref> Dalam perkembangannya, istilah Suku Pesisir lebih digunakan untuk mempertegas kepentingan politik masyarakat Sibolga-Tapanuli Tengah, terutama untuk menghindari dominasi orang Batak dari pedalaman.<ref>http://apakabarsidimpuan.com [http://apakabarsidimpuan.com/2014/04/ketua-dprd-persoalkan-pakaian-adat-pesisir-sibolga/ Ketua DPRD Persoalkan Pakaian Adat Pesisir Sibolga]</ref>
== Sejarah ==
[[Berkas:
Pada abad ke-14, banyak masyarakat Minangkabau yang melakukan migrasi ke Tapanuli Tengah. Tujuan mereka ialah untuk menjadikan [[Barus]] sebagai salah satu pelabuhan [[Kerajaan Pagaruyung]], bersama [[Tiku]] dan [[Pariaman]], yang menjadi tempat keluar masuknya perdagangan di [[Pulau Sumatra]].<ref>Cortesao A., The Suma Oriental of Tome Pires, London, 1944</ref> Kedatangan mereka ke Barus menyebabkan tersingkirnya para pedagang [[Tamil]] yang sudah berdagang di kota itu sejak ratusan tahun sebelumnya.<ref>Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula</ref>
Gelombang berikutnya ialah rombongan yang dipimpin oleh Sultan Ibrahimsyah yang berasal dari [[Kabupaten Pesisir Selatan|Pesisir Selatan]]. Rombongan ini bersama penduduk asli pesisir Barus kemudian mendirikan sebuah kesultanan Melayu [[Kesultanan Barus]] yang menjadi salah satu ''vassal'' kerajaan Minangkabau yaitu Kerajaan Pagaruyung (yang mempunyai pengaruh kuat di pesisir Barat Sumatra).<ref>Jane Drakard, Sejarah Raja-raja Barus: Dua Naskah dari Barus, Penerbit Angkasa dan École Franc̦aise d'Extrême-Orient, 1988</ref> Kedatangan orang Minang berlanjut setelah dibentuknya ''residentie'' Tapanuli yang beribu kota di Sibolga. Pemerintah [[Hindia Belanda]] banyak mempekerjakan mereka untuk mengisi jabatan guru dan di pemerintahan. Sejak pertengahan abad ke-19, masyarakat dari pedalaman Toba, Angkola dan Mandailing mulai banyak bermukim di Barus, Sorkam, dan [[Kota Sibolga|Sibolga]]. Mereka berasimilasi dengan masyarakat Minangkabau dan membentuk kelompok masyarakat Pesisir. Pada sensus penduduk tahun 2000, masyarakat Pesisir diklasifikasikan sebagai etnis tersendiri yang berbeda dengan Batak. Pada tahun 2008, sebagian besar kelompok masyarakat Pesisir menolak bergabung dengan etnis [[Suku Batak Toba|Batak Toba]] untuk mendirikan Provinsi Tapanuli.<ref>http://www.jpnn.com [http://www.jpnn.com/read/2014/06/28/242873/RUU-Provinsi-Tapanuli-Terganjal-Sibolga RUU Provinsi Tapanuli Terganjal Sibolga] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20151005160341/http://www.jpnn.com/read/2014/06/28/242873/RUU-Provinsi-Tapanuli-Terganjal-Sibolga |date=2015-10-05 }}</ref>
== Penyebaran ==
Suku Melayu Pesisir khususnya terdapat di [[Kabupaten Tapanuli Tengah]] terutama [[Barus]], sebagian [[Kabupaten Tapanuli Selatan]], hingga menyebar juga ke Kabupaten Mandailing Natal khususnya daerah [[Natal]]
== Bahasa ==
Bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat Pesisir merupakan salah satu dialek dari [[Bahasa Minangkabau]] yang juga digunakan di
▲[[Berkas:Languages of Northern Sumatra id.svg|jmpl|300px|Peta penyebaran bahasa di Sumatra bagian utara. Pengguna [[Bahasa Pesisir]] ditunjukkan dengan kode "min" ([[Bahasa Minangkabau]]) yang berada di sebelah barat Sumatra Utara]]
▲Bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat Pesisir merupakan salah satu dialek dari [[Bahasa Minangkabau]] yang juga digunakan di pesisir Sumatra Barat. Selain itu terdapat pula beberapa kosakata yang diambil dari [[Bahasa Batak]] dan [[Bahasa Melayu]]. Percampuran bahasa ini dikenal dengan [[Bahasa Pesisir]] yang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari (''lingua franca'') di pesisir barat Tapanuli.
== Adat dan Budaya ==
Seni pertunjukan etnis Pesisir antara lain kesenian Sikambang, Tari Senyum Minang Manis, Bagala Duo Baleh, dan [[Randai]]. Dalam adat pernikahan, orang Pesisir biasa melakukan prosesi ''malam bainai'' dan ''manjapuk'' yang juga banyak dijumpai di rantau Minangkabau lainnya.<ref>Refelina Puspita, Unsur Budaya Melayu & Minang dalam Budaya Pesisir Sibolga Sumatra Utara, Unimed, 2014</ref> Untuk seorang bangsawan pada masyarakat Pesisir, masih diberikan gelar ''Sutan'' dan ''Marah'' yang dapat kita temukan pada etnis Melayu dan Minangkabau di belakang namanya.<ref>Elizabeth Graves, The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule in the Nineteenth Century, Cornell University, 1981</ref>
== Tokoh masyarakat ==
Disamping tetap mempertahankan beberapa aspek budaya
== Sumber ==
|