Panarukan, Situbondo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 17:
'''Panarukan''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Situbondo]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Kecamatan ini berjarak sekitar 8 Km dari ibu kota [[Kabupaten Situbondo]] ke arah barat. Pusat pemerintahannya berada di [[Wringin Anom, Panarukan, Situbondo|Desa Wringin Anom]]. Nama Panarukan yang dahulu dieja ''Panaroecan /Panarokkan'' dikenal terutama sebagai ujung timur [[Jalan Raya Pos]] atau ''Grote Postweg'' yang dibangun Gubernur Jenderal [[Daendels]], Gubernur Jenderal [[Hindia Belanda]] kala itu.
Jejak Pelabuhan Panarukan
Dalam berita klasik (era Majapahit) sebelum dinamakan Panarukan daerah ini termasuk kekuasaan Kadipaten Blambangan wilayahnya di sebut Purbosari, sampai akhirnya ditaklukkan oleh Majapahit (
kuno tempat bersandarnya kapal-kapal yang memiliki peran penting di bidang sosial,
ekonomi bahkan politik. Panarukan menjadi strategis karena tidak semata-mata menjadi
Baris 39:
sementara pantai juga merupakan struktur tersendiri yang telah sedikit diurai di atas.
Sehingga tidak ada alasan lagi kalau Panarukan dengan mudah menjadi kota pelabuhan.Tak lupa sebagai kota Pelabuhan layaknya liverpool dan Manchester di Inggris. Kota panarukan juga terdapat stasiun kereta sebagai transportasi penyalur hasil perkebunan dari kota kota tetangganya seperti Jember, Bondowoso dan Banyuwangi untuk di ekspor ke Eropa dikala itu. seperti Belanda dan Jerman
.Stasiun ini dibangun sekitar tahun 1897. Tujuan membikin stasiun ini adalah untuk mengangkut benda/barang dari Pelabuhan Panarukan. Karena itu, dibangunlah jalur lori dari Pelabuhan Panarukan yang berjarak 1 km timur dari stasiun ini. Jalur lori ini hanya dipergunakan untuk mengangkut benda/barang. Operator stasiun ini adalah perusahaan kereta api pemerintah Hindia Belanda Staats Spoorwegen (SS).
Dilihat dari sini saja dinamika di wilayah “bibir” pantai Pelabuhan Panarukan
intensitasnya begitu tinggi. Bahkan tanpa ragu-ragu pemerintah kolonial memungut
pajak sewa atas usaha penangkapan ikan ini. Menurut catatan Masyhuri pendapatan
pemerintah kolonial sejak tahun 1850 terus mengalami peningkatan dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Usaha penangkapan ikan yang terus meningkat
tersebut menjadi push factor bagi pengembangan usaha lebih luas, artinya guna
memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas.
Dinamika sosial dalam struktur sosial tersebut kemudian semakin mengukuhkan
keberadaan Pelabuhan Panarukan menjadi wilayah yang spesifik. Struktur Pelabuhan
Panarukan secara perlahan terus bergerak merespon bergeraknya struktur yang lain.
Aliran modal partikelir dari Belanda yang begitu besar mendorong hadirnya perkebunan
di wilayah belakang Panarukan.Dengan dibukanya lahan-lahan perkebunan yang hasil
produksinya kualitas eksport di wilayah belakang Panarukan, menurut Tjiptoatmodjo
kemudian memaksa dihadirkannya buruh-buruh dari wilayah Madura (Orang madura) melalui jalur
Pelabuhan Panarukan ini.
Sebelum tahun 1980, stasiun ini sangat ramai dengan penumpang dan benda/barang yang berhasrat ke pelabuhan.
Pada tahun 1980, aktivitas Pelabuhan Panarukan perlahan-lahan mulai sepi. Ekspor melewati laut kemudian dialihkan ke Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pelabuhan Panarukan menjadi kurang diminati karena lautnya menjadi dangkal sekitar 1,5 meter kemudian suatu peristiwa sedimentasi dari Sungai Sampeyan. Akibatnya, kapal-kapal bertonase besar tak dapat sandar. Karena jarang dipakai, jalur lori ke pelabuhan dinon-aktifkan pada awal tahun 1990. Sesudah jalur lori ini ditutup, stasiun ini tak melayani kereta benda/barang lagi.
|