Suku Karo: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membalikkan revisi 18673279 oleh Angga Febriansyah (bicara)
Tag: Pembatalan
k Membalikkan revisi 18671365 oleh Angga Febriansyah (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 50:
}}
 
'''Etnik Karo''' ([[AksaraSurat |Karo]]: {{batk|ᯂᯒᯨ}} atau {{batk|ᯂᯒᯭ}}, Latin: ''Karo'') adalah [[suku bangsa]] atau kelompok etnis yang mendiami wilayah [[Sumatra Utara]] dan sebagian [[Aceh]]: meliputi [[Kabupaten Karo]], sebagian Kabupaten [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]], sebagian [[Kabupaten Langkat]] (Langkat Hulu), Sebagian [[Kabupaten Dairi]], sebagian [[Kabupaten Simalungun]], dan sebagian [[Kabupaten Deli Serdang]] serta juga dapat ditemukan di [[kota Medan]] & [[Kota Binjai]]. Suku ini merupakan salah satu suku terbesar di Sumatra Utara. Nama suku ini dijadikan sebagai nama salah satu Kabupaten di Sumatra Utara yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa yang disebut [[Bahasa Karo]] atau ''Cakap Karo''. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna [[merah]] serta [[hitam]] dan penuh dengan perhiasan [[emas]]. Konon, Kota Medan didirikan oleh seorang putra Karo yang bernama [[Guru Patimpus Sembiring Pelawi]].
 
== Sejarah & etimologi ==
Baris 157:
* Kecamatan [[Tigalingga, Dairi|Tigalingga]]
* Kecamatan [[Gunung Sitember, Dairi|Gunung Sitember]]
 
=== Kabupaten Karo ===
 
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Daerah ini daerah tanah ulayat suku karo. Kota yang terkenal dengan di wilayah ini adalah Berastagi dan Kabanjahe. Berastagi merupakan salah satu kota wisata dan juga menjadi kunjungan para turis di Sumatera Utara. Kota Berastagi ini sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul, sedangkan Kota Kabanjahe ialah ibukota atau pusat pemerintahan dari Kabupaten karo. 2 kota tersebut merupakan 2 kota terbesar di Kabupaten Karo. Ada banyak buah-buah hasil perkebunan disana, salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu 'jus markisa' karena Berastagi juga dikenal sebagai penghasil ''Buah Markisa'' yang terkenal hingga seluruh nusantara.
Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah [[Gunung Sinabung]] dan [[Gunung Sibayak]] yang sering disebut sebagai atau "[[Taneh Karo]] Simalem". Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Karo, salah satu yang unik adalah ''trites''. Trites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -kerja tahun-.
Trites ini bahannya diambil dari isi lambung sapi/kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran. Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan istimewa yang di suguhkan kepada yang dihormati.
 
=== Kota Binjai ===
Baris 168 ⟶ 162:
Kota Binjai merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan [[Medan|Kota Medan]] disebabkan oleh jaraknya yang relatif sangat dekat dari Kota Medan sebagai ibukota Provinsi [[Sumatra Utara]]. Nama "Binjai" juga dipercaya berasal dari gabungan kedua kosakata [[Bahasa Karo]], ''ben'' dan ''i-jei'' yang artinya "bermalam di sini". Hal tersebut kemudian diucapkan "Binjei" dan menjadi "Binjai" hingga sekarang.
 
=== Kabupaten Karo ===
 
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Daerah ini daerah tanah ulayat suku karo. Kota yang terkenal dengan di wilayah ini adalah Berastagi dan Kabanjahe. Berastagi merupakan salah satu kota wisata dan juga menjadi kunjungan para turis di Sumatera Utara. Kota Berastagi ini sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul, sedangkan Kota Kabanjahe ialah ibukota atau pusat pemerintahan dari Kabupaten karo. 2 kota tersebut merupakan 2 kota terbesar di Kabupaten Karo. Ada banyak buah-buah hasil perkebunan disana, salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu 'jus markisa' karena Berastagi juga dikenal sebagai penghasil ''Buah Markisa'' yang terkenal hingga seluruh nusantara.
Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah [[Gunung Sinabung]] dan [[Gunung Sibayak]] yang sering disebut sebagai atau "[[Taneh Karo]] Simalem".
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Karolanden. Si Garang Garang links een bamboe dakladder op den achtergrond de Sinaboeng.' TMnr 10017210.jpg|jmpl|200px|(Tanah Karo 1917).]]
Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah [[Gunung Sinabung]] dan [[Gunung Sibayak]] yang sering disebut sebagai atau "[[Taneh Karo]] Simalem". Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Karo, salah satu yang unik adalah ''trites''. Trites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -kerja tahun-.
[[Berkas:Medan compilation.jpg|thumb|upright|Suasana kota Medan serta ikon-ikon/tugu dan gedung-gedung/bangunan di kota Medan]]
Trites ini bahannya diambil dari isi lambung sapi/kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran. Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan istimewa yang di suguhkan kepada yang dihormati.
 
=== Kota Medan ===
 
Pendiri kota Medan adalah seorang putra Karo yaitu ''[[Guru Patimpus Sembiring Pelawi]]''. Sebagian sejarahwan dan pemerhati budaya juga mempercayai bahwa asal mula nama Kota Medan berasal dari [[Bahasa Karo]], ''Madan'' yang berarti "obat".
[[Berkas:Medan compilation.jpg|thumb|upright|Suasana kota Medan serta ikon-ikon/tugu dan gedung-gedung/bangunan di kota Medan]]
Namun pendapat ini masih menjadi pro dan kontra karena terdapat beberapa versi mengenai asal mula nama Medan.
 
=== Kabupaten Aceh Tenggara ===
Baris 820 ⟶ 821:
[[Berkas:Desa Perteguhen, Simpang Empat, Karo.jpg||thumb|upright|Gereja GBKP dan [[Masjid]] yang berhadapan di [[Perteguhen, Simpang Empat, Karo|Desa Perteguhen]] ]]
 
Mayoritas orang Karo memeluk [[agama]] [[Kristen]] sekitar 7570% (mayoritas [[Protestan]] 6055% dan 15% [[Katolik]]), dan [[Islam]] 2429%. Sekitar 1% sisanya beragama [[Buddha]], [[Hindu]], dan juga agama lainnya terutama yang masih menganut aliran kepercayaan lama/kuno yang merupakan agama keyakinan awal/asli suku Karo yakni [[Pemena]]<ref name="Karo"/> yang juga biasa disebut (Pelebegu/Sipelebegu, Perbegu) lebih tepatnya aliran: [[Animisme]], [[Dinamisme]], & [[Paganisme]] atau bisa juga disebut sebagai Agama Tradisional ([[Tradisionalisme]]) yang umumnya menyembah berhala, percaya pada roh-roh halus, benda-benda gaib/mistik, hal-hal mistis, makhluk gaib, atau juga dukun (perdukunan).
 
Sebagian kecil masyarakat Karo di desa Pintu Besi, Kecamatan [[Sinembah Tanjung Muda Hilir, Deli Serdang|Sinembah Tanjung Muda Hilir]], [[Deli Serdang]] menganut agama [[Hindu]] yang dimana memiliki kemiripan dengan agama [[Hindu Bali]] mulai dari tempat ibadah berupa [[pura]] hingga upacara keagamaan. <ref>[https://medanbisnisdaily.com/m/news/online/read/2020/03/25/103996/melihat_umat_hindu_di_tanah_karo/]</ref>