Agus Supriatna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 50:
Ibunya, adalah wanita kelahiran Kampung Duri, [[Tambora, Jakarta Barat]]. Ayah dari Ibunya berprofesi sebagai [[arsitektur]] pada zaman penjajahan [[Belanda]] yang berasal dari [[Pandeglang, Pandeglang|Pandeglang]], [[Banten]], Ia merupakan keturunan marga Tubagus, salah satu marga kalangan ningrat di [[Banten]].{{Sfn|Setiawan, Sidik Arifianto|2016|p=11}}
 
Sebagai anak kelima, ia adalah anak laki-laki yang ditunggu setelah 3 kakaknya berjenis kelamin perempuan. Sebenarnya anak pertama juga laki-laki, bernama Dendi Suherman, namuntetapi sejak kecil, karena Ibu Tjitjih sakit keras, maka ia diasuh oleh kakek dan neneknya. Dan ketika sembuh, Dendi tetap dalam asuhan mereka. Anak kedua Ibu Tjitjih bernama Eti Rohati, perempuan, anak ketiganya, Titien Rohayati, juga perempuan, begitu juga anak keempat bernama Heni Rustini. Agus dilahirkan di Rumah Sakit [[Angkatan Darat]] Sariningsih, [[Kota Bandung]], [[Jawa Barat]]. Dan pada saat kelahirannya kakeknya sudah menyebutnya sebagai "[[Gatotkaca]]" dengan senangnya sehingga diadakan syukuran tujuh hari tujuh malam. Ketika ia kecil, sering dipanggil dengan nama kesayangan "Topik" yang berarti restu dari Alloh, sebagai rasa syukur karena mendapatkan anak lak-laki lagi. Adiknya adalah seorang wanita bernama Dewi Rusmani. Dan anak ketujuh hingga kesepuluh semuanya laki-laki dengan nama, Deden Sulian, Budi Safaat, Cecep Subekti dan Mulana Saptaji. Dari sepuluh anak tersebut, selain Agus, Cecep Subekti juga seorang pilot, pilot pesawat komersial{{Sfn|Setiawan, Sidik Arifianto|2016|p=12-13}}
 
Tahun [[1962]], ketika Agus berusia 3 tahun, ayahnya dipindah tugaskan ke Depo Pendidikan Infanteri XI (DODIK IF XI), [[Ambon]], [[Maluku]], sehingga mereka pindah kesana mempergunakan kapal milik tentara. Di tengah [[Laut Banda]] dan sudah dekat pulau [[Maluku]], kapal terbakar dan semuanya menyelamatkan diri dengan sekoci, namuntetapi dalam proses penyelamatan tersebut, Agus tertinggal di kapal dan hampir saja terjun ke laut untuk mengejar sekoci, namun berhasil diselamatkan oleh Pak Purba, tentara bawahan Sumantri sehingga ia selamat dari maut karena Agus belum bisa berenang.{{Sfn|Setiawan, Sidik Arifianto|2016|p=14}}
 
=== Pendidikan umum ===
Agus menempuh tingkat kanak-kanak di [[Ambon]] dan [[Sekolah Dasar]] (SD) di SD Kuda Mati, [[Ambon]] hingga kelas 3. Dan pindah ke SD Negeri Cibabat 1 [[Cimahi]], [[Jawa Barat]] hingga lulus pada tahun [[1971]]. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke [[Sekolah menengah pertama|Sekolah Menengah Pertama]] (SMP) Negeri Cimindi, [[Cimahi]], [[Jawa Barat]] yang diselesaikannya pada tahun [[1974]]. Pendidikannya kemudian dilanjutkan ke [[Sekolah menengah atas|Sekolah Menengah Atas]] (SMA) 1 [[Cimahi]], di [[Cimahi]], [[Jawa Barat]], lalu pindah ke SMA PGRI 1 John Mayali, [[Kota Cirebon]], namuntetapi tak berapa lama pindah lagi ke [[SMA Negeri 1 Bandung]]. Namun karena anak-anak sekolah itu berantem dengan anak-anak STM, akhirnya ia pindah lagi ke [[SMA Negeri 1 Pandeglang]] yang akhirnya diselesaikannya pada tahun [[1977]].{{Sfn|Setiawan, Sidik Arifianto|2016|p=18-19}}
<br />
== Karier ==