Suku Batak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membalikkan revisi 18726034 oleh 140.213.166.243 (bicara) Tag: Pembatalan |
k Membalikkan revisi 18725934 oleh 116.206.29.93 (bicara) Tag: Pembatalan |
||
Baris 1:
{{redirect|Batak}}
{{ethnic group|
|group=Suku Batak <br/><small>'''Toba
▲|group=Suku Batak <br/><small>'''Toba-Samosir''': {{batk|ᯅᯖᯂ᯲}}</small><br/> <small>'''Simalungun''': {{batk|ᯅᯖᯃ᯳}}</small><br/> <small>'''Pakpak/Dairi''': {{batk|ᯅᯗᯂ᯲}}</small><br/> <small>'''Angkola & Mandailing''': {{batk|ᯅᯖᯄᯱ᯲}}</small>
|image=<table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
<tr>
Baris 8 ⟶ 7:
<td>[[Berkas:Amir syarifudin.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Abdul Haris Nasution.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
Baris 13:
<td><small><div style="line-height:1em">[[Amir Sjarifoeddin]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[A.H. Nasution]]</small></td>
</tr>
<tr>
Baris 18 ⟶ 19:
<td>[[Berkas:Adnan-Buyung-Nasution.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Sitor-situmorang.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Panjaitan.jpg|60x80px]]</td>▼
</tr>
<tr>
Baris 23 ⟶ 25:
<td><small><div style="line-height:1em">[[Adnan Buyung Nasution]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Sitor Situmorang]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[D.I. Pandjaitan]]</small></td>▼
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Ferdinand Lumbantobing 1969 Indonesia stamp.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Tifatul-sembiring.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Cosmos Batubara 2010.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:KIBII Chairul Tanjung.jpg|60x80px]]</td>
Baris 31 ⟶ 35:
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Ferdinand Lumban Tobing]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tifatul Sembiring]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Cosmas Batubara]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Chairul Tanjung]]</small></td>
Baris 36 ⟶ 41:
<tr>
<td>[[Berkas:Luhut Binsar Panjaitan.jpg|60x80px]]</td>
▲ <td>[[Berkas:Burhanuddin Harahap.jpg|60x80px]]</td>
▲ <td>[[Berkas:Panjaitan.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Luhut Binsar Panjaitan|Luhut B. Panjaitan]]</small></td>
▲ <td><small><div style="line-height:1em">[[Burhanuddin Harahap]]</small></td>
▲ <td><small><div style="line-height:1em">[[D.I. Pandjaitan]]</small></td>
</tr>
</table>
|poptime='''
|region1 = [[Sumatra Utara]]
|pop1 = '''
|region2 = [[Riau]]
|pop2 = '''691.399'''
Baris 70 ⟶ 68:
{{flagicon|Malaysia}} [[Malaysia]]
|pop10 = '''5.400'''
|region11 = {{flagicon|Brunei}} [[Brunei]]
|langs= [[Bahasa Batak Toba|Toba]]<br />[[Bahasa Mandailing|Mandailing]]<br />[[Bahasa Batak Pakpak|Pakpak]]<br />[[Bahasa Batak Simalungun|Simalungun]]<br />[[Bahasa Batak Angkola|Angkola]]▼
|pop11 = '''650'''
|rels=<br>• [[Kristen]] 61.51%<br>— [[Protestan]] 58.55%<br>— [[Katholik]] 2.96%<br>• [[Islam]] 38.43%<br>• [[Hindu]] 0.03%<br>• [[Buddha]] 0.02%<br>• Lainnya 0.01% <ref>{{cite web▼
▲|langs= [[Bahasa Batak
▲|rels=
| title = Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono. Demography of Indonesia's Ethnicity. Singapore: ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies. p. 271.
| date = 2015
| url =
}}</ref>|related=
}}
'''
== Sejarah ==
Baris 89:
== Identitas Batak ==
''Identitas Batak'' populer dalam sejarah Indonesia modern setelah di dirikan dan tergabungnya para pemuda dari Angkola, Mandailing, Karo, Toba, Simalungun,
''Bahasa Batak kita begitu kaya akan Puisi, Pepatah dan Pribahasa yang mengandung satu dunia kebijaksanaan tersendiri, Bahasanya sama dari Utara ke Selatan, tapi terbagi jelas dalam berbagai dialek. Kita memiliki budaya sendiri, Aksara sendiri, Seni Bangunan yang tinggi mutunya yang sepanjang masa tetap membuktikan bahwa kita mempunyai nenek moyang yang perkasa, Sistem marga yang berlaku bagi semua kelompok penduduk negeri kita menunjukkan adanya tata negara yang bijak, kita berhak mendirikan sebuah persatuan Batak yang khas, yang dapat membela kepentingan kita dan melindungi budaya kuno itu'' <ref>{{cite book |title =Dengan Semangat Berkobar |author = Hans Van Miert |publisher = Hasta Mitra-Pustaka Utan Kayu-KITLV |page = 475 |isbn = 9799665736 |year = 2003}}</ref>
[[R.W Liddle]] mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar.<ref>{{cite book | last =Liddle | first =R.W | authorlink = | coauthors = | title =Ethnicity, party, and national integration: an Indonesian case study | year =1970 | publisher =New Haven: Yale University Press | location = | url =https://archive.org/details/ethnicitypartyna00lidd| doi = | isbn = | page = }}</ref> Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial.<ref>{{cite book | last =Castles | first =L | authorlink = | coauthors = | title =Statelesness and Stateforming Tendencies Among the Batak before Colonial Rule | publisher =Monograph no 6 of MBRAS | date = | location = Kuala Lumpur | url = | doi = | isbn = | page = 67-66 }}</ref> Dalam disertasinya [[J. Pardede]] mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, [[Siti Omas Manurung]], seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik [[
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh [[J.H Neumann]], berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu ''[[Pustaka Kembaren]]'' dan ''[[Pustaka Ginting]]''. Menurut ''Pustaka Kembaren'', daerah asal marga Kembaren dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari [[Bahasa Tamil]]. [[Suku Tamil|Orang-orang dari Suku Tamil]] yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatra akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.<ref>{{cite book | last =Tideman | first =J. | authorlink = | coauthors = | title =Hindoe-Invloed in Noordelijk Batakland | publisher =Uitgave van het Bataksche Institut no 23 | date = | location = Amsterdam | url = | doi = | isbn = | page = 56 }}</ref>
== Penyebaran agama ==
[[Berkas:Etnis Batak.png|jmpl|420px|Kabupaten-kabupaten di Sumatra Utara yang diwarnai, memiliki mayoritas penduduk Batak.]]
=== Masuknya Islam ===
Dalam kunjungannya pada tahun 1292, [[Marco Polo]] melaporkan bahwa masyarakat Batak sebagai orang-orang "liar" dan tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama dari luar. Meskipun [[Ibn Battuta]], mengunjungi Sumatra Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan [[Sultan Al-Malik Al-Dhahir]], masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak.<ref>{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847}}</ref> Pada masa [[Perang Paderi]] di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola.<ref>[http://www.amazon.com/dp/0472101765 Kipp, 1990.]</ref> [[Kerajaan Aceh]] di utara, juga berperan dalam mengislamkan sebagian masyarakat Karo dan Pakpak. Sementara Simalungun banyak terkena pengaruh Islam dari masyarakat [[Melayu]] di pesisir Sumatra Timur
=== Misionaris Kristen ===
Baris 112:
Selanjutnya [[Misi Katolik di Tanah Batak]] terhitung sejak Pastor Misionaris pertama yakni Pastor [[Sybrandus van Rossum]] OFM.Cap masuk ke jantung Tanah Batak, yakni [[Balige]] tanggal 5 Desember 1934.
Masyarakat Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan sebagian Angkola menyerap agama Kristen dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya<ref>[http://books.google.com/books?id=QKgraWbb7yoC&printsec=frontcover&source=gbs_v2_summary_r&cad=0#v=onepage&q=&f=false Ooi KG. ''Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor.'' Santa Barbara, Calif.: ABC-CLIO, 2004.]</ref>. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme [[Hindia Belanda]], dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, [[Sisingamangaraja XII]] wafat.<ref>[http://www.amazon.com/dp/0804716668 Sherman, George, ''Rice, Rupees and Ritual,'' Cornell University Press, Ithaca, NY 1990.]</ref>
=== Gereja HKBP ===
Gereja [[Huria Kristen Batak Protestan]] (HKBP) telah berdiri di [[Balige, Toba Samosir|Balige]] pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941, [[Gereja Batak Karo Protestan|Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)]] didirikan.<ref>[http://faculty.washington.edu/kushnick/kushnick_ch2.pdf Kushnick, G. "Parent-Offspring Conflict Among the Karo of Sumatra," Doctoral dissertation, University of Washington, Seattle, 2006, p. 7.]</ref>
=== Gereja Katolik di Tanah Batak ===
Baris 133:
== Salam Khas Batak ==
Tiap puak Batak memiliki salam khasnya masing masing. Meskipun suku Batak terkenal dengan salam Horasnya, tetapi masih ada
1. Pakpak
“Njuah-juah Mo Banta Karina!”
2.
“Mejuah-juah Kita Krina!”
3. Toba
“Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”
“Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
“Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
Baris 178 ⟶ 181:
• Marboru Ningon Elek, Pakkei
4.
• Nembah Man Kalimbubu
• Mehamat Man Sembuyak
• Nami-nami Man Anak Beru
5. Daliken Sitelu (Pakpak)
• Sembah Merkula-kula
• Manat Merdengan Tubuh
Baris 216 ⟶ 224:
== Kontroversi ==
Sebagian
Konflik terbesar adalah pertentangan antara masyarakat bagian utara Tapanuli dengan selatan Tapanuli, mengenai identitas Batak dan Mandailing. Bagian utara menuntut identitas Batak untuk sebagain besar penduduk Tapanuli, bahkan juga wilayah-wilayah di luarnya. Sedangkan bagian selatan menolak identitas Batak, dengan bertumpu pada unsur-unsur budaya dan sumber-sumber dari Barat. Penolakan masyarakat Mandailing yang tidak ingin disebut sebagai bagian dari etnis Batak, sempat mencuat ke permukaan dalam Kasus Syarikat Tapanuli (1919-1922), Kasus Pekuburan Sungai Mati (1922),<ref>{{cite book | last =Perret | first =Daniel | authorlink = | coauthors = | title =La Formation d'un Paysage Ethnique: Batak & Malais de Sumatra Nord-Est | publisher =École Française d'Extrême-Orient | date = | location = Paris | url = | doi = | isbn = | page = 316-325 }}</ref> dan Kasus Pembentukan Propinsi Tapanuli (2008-2009).
Dalam sensus penduduk tahun 1930 dan 2000, pemerintah mengklasifikasikan Simalungun, Karo, Toba, Mandailing, Pakpak dan Angkola sebagai etnis Batak.<ref>{{en}} Leo Suryadinata, Evi Nurvidya arifin, Aris Ananta, [http://books.google.co.id/books?id=nFckUneBbRIC&dq=Indonesia%27s+Population:+Ethnicity+and+Religion+in+a+Changing+Political+Landscape&printsec=frontcover&source=bl&ots=C_BK8d_8vs&sig=4_QnkNN1VlxjKnTP_T7tYzTlhZ8&hl=id&ei=8FIaSqPEOY6CkQXD9kQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1#v=onepage&q=&f=false ''Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape''], Institute of Southeast Asian Studies, Singapura, hal.48.</ref>
== Kalender Batak ==
Baris 226 ⟶ 234:
{| class="wikitable"
|-
! No!! Penanggalan (Toba) !! Penanggalan (Karo) !! Lama Hari
|-
| 1 || Sipaha sada || Paka sada (Kambing) || 30
|-
| 2 || Sipaha dua || Paka dua (Lembu) || 29
|-
| 3 || Sipaha tolu || Paka telu (Gaya) || 30
|-
| 4 || Sipaha opat || Paka empat (Padek) || 29
|-
| 5 || Sipaha lima || Paka lima (Arimo) || 30
|-
| 6 || Sipaha onom || Paka enem (Kuliki) || 29
|-
| 7 || Sipaha pitu || Paka pitu (Kayu) || 30
|-
| 8 || Sipaha ualu || Paka waluh (Tambok) || 29 / 30
|-
| 9 || Sipaha sia || Paka siwah (Gayo) || 29 / 30
|-
| 10 || Sipaha sampulu || Paka sepuluh (Baluat) || 29
|-
| 11 || Sipaha li || Paka sepuluh sada (Batu) || 30
|-
| 12 || Sipaha hurung || Paka sepuluh dua (Binurung) || 29
|-
| 13 || ''Lamadu'' || || ''(30)''
|-
| colspan=
|}
Baris 260 ⟶ 268:
{| class="wikitable"
|-
! Hari !! Penamaan hari (Toba) !! Penamaan hari (Karo) !! Penamaan hari (Simalungun)
|-
| 1 || Aditia || Aditia || Aditia
|-
| 2 || Suma || Suma || Suma
|-
| 3 || Anggara || Nggara || Anggara
|-
| 4 || Muda || Budaha || Mudaha
|-
| 5 || Boraspati || Beraspati || Boraspati
|-
| 6 || Singkora || Cukra Enem Berngi || Sihora
|-
| 7 || Samisara || Belah Naik || Samisari
|-
| 8 || Artia ni Aek || Aditia Naik || Aditia Turun
|-
| 9 || Suma ni Mangadop || Suma Siwah|| Suma ni Siah
|-
| 10 || Anggara Sampulu || Nggara Sepuluh || Anggara ni Sapuluh
|-
| 11 || Muda ni Mangadop || Budaha Ngadep || Mudaha ni Mangadop
|-
| 12 || Boraspati ni Mangadop || Beraspati Tangkep || Boraspati ni Takkop
|-
| 13 || Singkora ni Purnama || Cukra Dudu (Lau) || Sihora Duduk (Bah)
|-
| 14 || Samisuru ni Purasa || Belah Purnama Raya || Samisara Purnama Raya
|-
| 15 || Tula || Tula || Tula
|-
| 16 || Suma ni Holom || Suma Cepik || Suma ni Holom
|-
| 17 || Anggara ni Holom || Nggara Enggo Tula || Anggara ni Tula
|-
| 18 || Muda ni Holom || Budaha Gok || Mudaha (Gok)
|-
| 19 || Boraspati ni Holom || Beraspati 19 || Boraspati 19
|-
| 20 || Singkora Maraturun || Cukra Si 20 || Sihorasi 20
|-
| 21 || Samisara Maraturun || Belah Turun || Samisara Maraturun
|-
| 22 || Aditia ni Angga || Aditia Turun || Aditia Turun
|-
| 23 || Suma ni Mate || Sumana Mate || Suma ni Mate
|-
| 24 || Anggara ni Begu || Nggara Simbelin || Anggarana (Bod)
|-
| 25 || Muda ni Mate || Budaha Medem || Mudaha (Bod)
|-
| 26 || Boraspati ni Gok || Beraspati Medem || Boraspati (Bod)
|-
| 27 || Singkora Dudu || Cukrana Mate || Sihora 27
|-
| 28 || Samisara Bulan Mate || Mate Bulan || Matei ni Bulan
|-
| 29 || Hurung || Dalin Bulan || Dalan ni Bulan
|-
| 30 || Ringkar || Sami Sara || Rikkar
|}
== Lihat pula ==
* [[Aksara Batak]]
* [[Bahasa Batak]]
* [[Daftar tokoh Batak|Daftar Tokoh Batak]]
* [[Masakan Batak]]
Baris 335 ⟶ 340:
{{reflist}}
{{Suku Bangsa Batak}}
{{Suku bangsa di Indonesia}}
|