Kabupaten Sumedang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 104:
Prabu Tadjimalela masih memiliki sejumlah nama, antara lain: Prabu Resi Agung Cakra Buana, Batara Tuntang Buana, dan Aji Putih.
Dalam ''Waruga Jagat'' yang telah disalin dari huruf Arab ke dalam tulisan latin (1117 H), antara lain dikatakan:
Kehadiran Prabu Guru Haji Putih melahirkan perubahan baru dalam kemasyarakatan, yang telah dirintis sejak abad ke-8 oleh Sanghyang Resi Agung. Secara perlahan dusun-dusun di sekitar pinggiran sungai Cimanuk itu diikat oleh suatu struktur pemerintahan dan kemasyarakatan hingga berdirilah Kerajaan Tembong Agung yang merupakan cikal bakal Kerajaan Sumedang Larang. Kerajaan Tembong Agung tersebut, menurut riwayat teletak di Kampung Muhara, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.
Baris 120:
Dikisahkan, pada suatu ketika Prabu Tadjimalela memanggil kedua putra kembarnya Lembu Agung dan Gajah Agung. Prabu Tadjimalela berkata kepada mereka agar ada di antara salah seorang putranya ini yang bersedia melanjutkan kepemimpinannya.
Mereka berdua disuruh menungguinya.
Apa boleh buat, untuk menghilangkan dahaganya, Prabu Gajah Agung kemudian mengupas kelapa itu dan diminumlah airnya. Karenanya, ketika Lembu Agung kembali lagi, Gajah Agung langsung menyampaikan permohonan maaf kepada Lembu Agung karena rasa bersalahnya telah meminum air kelapa yang semestinya dijaganya.
Semula Prabu Gajah Agung menyangka, Prabu Lembu Agung akan memarahinya. Namun ternyata, dengan kebesaran jiwa Prabu Lembu Agung malah berkata:
Singkat cerita, jadilah Prabu Gajah Agung meneruskan kepemimpinan Prabu Tadjimalela, yang kemudian ia meninggalkan tempat menuju daerah di pinggiran Kali Cipeles untuk mendirikan kerajaan yang sekarang disebut Ciguling.
Baris 245:
Jaya Perkosa adalah bekas senapati Pajajaran, sedangkan Batara Wiradijaya sesuai julukannya bekas ''Nangganan''. Menurut Kropak 630, jabatan ''Nangganan'' lebih tinggi setingkat dari menteri, namun setingkat lebih rendah dari ''Mangkubumi.''
Di samping itu, menurut tradisi hari pasaran ''Legi'' (Manis), merupakan saat baik untuk memulainya suatu upaya besar dan sangat penting. Peristiwa itu dianggap sangat penting karena pengukuhan Geusan Ulun sebagai "nyakrawartti" atau ''nalendra'' merupakan semacam proklamasi kebebasan Sumedang yang mensejajarkan diri dengan [[Kerajaan Banten]] dan [[Kerajaan Cirebon]].
Mahkota dan beberapa atribut kerajaan yang dibawa oleh senapati Jaya Perkosa dan diserahkan kepada [[Prabu Geusan Ulun]] merupakan bukti legalisasi kebesaran Sumedang Larang,
Berdasarkan bukti sejarah, baik yang tertulis maupun babad atau cerita rakyat, maka penetapan Hari Jadi Sumedang ditetapkan berdasarkan pertimbangan sejarah.
Baris 268:
== Pemerintahan ==
===
{{utama|Daftar Bupati Sumedang}}
{{:Daftar Bupati Sumedang}}
|