Kabupaten Sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 112:
Memang belum diperoleh keterangan sumber yang menyebut - nyebut siapa gerangan istri Sang Prabu Resi Tajimalela. Namun, dalam beberapa sumber baik lisan maupun tertulis, dikatakan Prabu Resi Tadjimalela mempunyai dua orang putra: Prabu Gajah Agung dan Lembu Agung.
 
Tahta [[kerajaan Sumedang Larang]] dari Prabu TadjimalelaTajimalela raja pertama dilanjutkan oleh putranya bernama Atmabrata yang lebih dikenal dengan sebutan Gajah Agung sebagai raja kedua Kerajaan Sumedang Larang yang berkedudukan di Cicanting.
 
Kisah awal raja ini memang mirip dengan kisah awal [[Kerajaan Mataram]]. Menurut versi [[Babad Tanah Jawi]], antara [[Ki Ageng Sela]] dengan [[Ki Ageng Pamanahan]], Ki Ageng Sela memetik dan menyimpan buah kelapa muda, lalu ia pergi. Datang [[Ki Ageng Pamanahan]] yang kemudian meminumnya. Maka kemudian yang menjadi raja Ki Ageng Pamanahan.
 
Demikian pula dalam naskah Layang Darmaraja, yang mengisahkan Prabu Lembu Agung dan Gajah Agung yang melanjutkan tahta kepemimpinan dari Prabu Resi TadjimalelaTajimalela.
 
Dikisahkan, pada suatu ketika Prabu TadjimalelaTajimalela memanggil kedua putra kembarnya Lembu Agung dan Gajah Agung. Prabu Tajimalela berkata kepada mereka agar ada di antara salah seorang putranya ini yang bersedia melanjutkan kepemimpinannya.
 
"Adinda, adindalah kiranya yang lebih tepat menjadi raja," ujar Lembu Agung kepada adiknya. "Kakanda, sungguh tidak pantas adinda yang masih muda usianya, bila harus menjadi raja. Kakandalah yang lebih tepat," jawab Gajah Agung. Setelah di antara kedua putranya, masing - masing saling menunjuk siapa di antara mereka yang pantas menjadi raja, akhirnya Prabu Resi TadjimalelaTajimalela memetik buah kelapa muda lalu disimpannya kelapa tadi serta sebilah pedang.
 
Mereka berdua disuruh menungguinya. "Adinda, tolong jaga kelapa ini. Kakanda hendak pergi ke jamban dulu," kata Lembu Agung seraya pergi meninggalkan Gajah Agung. Tiba - tiba sepeninggal Lembu Agung, Gajah Agung merasakan haus yang bukan kepalang.