Halim HD: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 23:
 
== Latar belakang ==
Halim HD lahir di [[Serang]], [[Banten]], namun dibesarkan di [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]. Dia merupakan putera pasangan Kun Oo Nie dan Lim Cing Siang, pedagang sekaligus petani. Halim sudah mencintai seni sejak kecil. Meski sudah dipercayai oleh ayahnya untuk mengelola sebuah gudang ketika masih duduk di sekolah rakyat, namuntetapi Halim kerap terlibat pada pementasan drama sejak duduk di kelas empat sekolah rakyat. Nama Halim Hardja atau biasa di singkat Halim HD di dapatnya ketika ia masih di SMP, tak lama setelah Presiden [[Soeharto]] mencanangkan program pembauran yang memaksa [[nama Tionghoa|nama-nama asli Tionghoa]] dihilangkan. Di dunia teater, Halim lebih terlibat sebagai penata produksi dan sutradara. Kegiatan ini dia lakukan pula di rumah. Ia mengatur latihan dan pementasan Gelora Cening, nama kelompok gambang kromong milik kakaknya hingga sekarang. Banyaknya bacaan di perpustakaan pribadi milik keluarga Lim Cing Siang membuatnya menjadi gemar membaca sejak kecil. Bahkan karena terinspirasi oleh novel [[Agatha Christie]] dan buku-buku filsafat, ia sempat tertarik menjadi detektif atau filsuf. Sampai akhirnya ia melanjutkan belajar di Fakultas Filsafat [[Universitas Gadjah Mada]] [[Yogyakarta]] ([[1972]]), namuntetapi kemudian ia keluar pada tahun [[1977]]. Latar belakang pendidikannya tersebut membuat Halim semakin berbeda dari orang keturunan Cina umumnya, yang cenderung menggeluti dunia bisnis. Ia bahkan kurang setuju terhadap cara mengekspresikan budaya Cina hanya dengan menonjolkan barongsai dan liong. Halim beranggapan, warga keturunan Cina juga dapat berperan tak cuma di dunia ekonomi, tapi juga di bidang sosial dan budaya.<ref>[http://www.teatertangga.com/2009_10_01_archive.html Teater Tangga] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150227092853/http://www.teatertangga.com/2009_10_01_archive.html |date=2015-02-27 }}, diakses 27 Februari 2015</ref>
 
Meskipun kehidupannya di dunia seni bukanlah tujuannya sejak awal, ia mantap menjalaninya. Dorongan inilah yang memberinya kekuatan mengayuh sepeda sepanjang 30-an kilometer dari Yogyakarta ke [[Parangtritis]] demi melihat acara Kaum Urakan untuk melihat aksi [[W.S. Rendra]] dan [[Arief Budiman]] yang dikenalnya lewat majalah ''Horison''. Tahun 1980-an ia sering menyambangi [[Ariel Heryanto]] dan Arief Budiman di [[Salatiga]] untuk berbagi pengalaman. Ketika itu Halim aktif mengorganisasikan sebuah koperasi untuk buruh.