Ritus Suriah Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: namun (di tengah kalimat) → tetapi
 
Baris 18:
 
== Sejarah ==
Asal usul ritus ini tidak diketahui. Menurut tradisi (berdasarkan legenda Raja Abgar yang bersurat-suratan dengan Kristus, yang telah terbukti [[apokrif]]) bahwasanya [[Santo Tomas Rasul|St. Tomas Rasul]], dalam perjalanannya ke India, menegakkan agama Kristen di [[Mesopotamia]], [[Asiria]], dan [[Persia]], kemudian mempercayakannya kepada [[Tadeus dari Edessa|Adaeus]] (atau Tadeus), "salah satu dari tujuh puluh murid", dan [[Maris]]. Pada tradisi inilah asal usul liturgi Suriah Timur didasarkan, namuntetapi konon telah direvisi oleh [[Patriark]] [[Yeshuyab III]] kira-kira pada 650. Sekalipun demikian, sebagian pihak menganggap liturgi ini dikembangkan dari liturgi Antiokhia.
 
Sesudah [[Konsili Efesus I]] (431), Gereja Seleukia-Ktesifon, yang selama ini dipimpin oleh seorang [[katolikos]] di bawah [[Patriark]] Antiokhia, menolak pengutukan atas [[Nestorius]]. Sebagai bagian dari [[Skisma Nestorian]], Gereja Seleukia-Ktesifon memutuskan hubungan dengan Gereja Katolik. Pada 498 katolikos digelari "[[Patriark Timur]]", dan selama berabad-abad Gereja misioner tersukses ini terus menyebar ke seluruh penjuru Persia, Tartar, Mongolia, China, dan India, berkembang secara mandiri, dan jarang sekali bersentuhan dengan dunia Kristen lainnya.
Baris 50:
 
== Ibadat harian ==
Inti dari ibadat harian ritus Suriah Timur, sebagaimana [[horarium|ibadat harian]] lazimnya, adalah pendarasan [[Mazmur]]. Hanya ada tiga ibadat yang biasanya ditunaikan dalam sehari (petang, tengah malam, dan pagi hari). Ada juga ibadat penutup (''completorium''), namuntetapi ibadat ini jarang sekali dilaksanakan. Meskipun pada kenyataannya hanya ibadat pagi dan ibadat sore yang umum dipakai, namun setiap hari baik jamaah maupun rohaniwan memadati tempat-tempat ibadat untuk menunaikan dua ibadat ini. Biara-biara Nestorian (yang kini sudah tidak ada lagi) pada masa lampau memiliki kebiasaan beribadat tujuh kali sehari, dan dalam tiap ibadat didaraskan tiga ''hulali'' Mazmur. Ini berarti seluruh ayat Mazmur didaraskan setiap hari. Tata ibadat harian ritus Suriah Timur saat ini memiliki tujuh ''hulali'' Mazmur dalam ibadat malam pada hari-hari biasa, sepuluh pada hari Minggu, tiga pada hari-hari peringatan para kudus, dan keseluruhan Mazmur pada hari-hari peringatan Yesus Kristus.
 
Dalam ibadat sore, terdapat empat sampai tujuh Mazmur pilihan, jumlahnya berbeda-beda setiap hari, dan juga ''Syuraya'' (Mazmur singkat), biasanya berisi ayat-ayat dari Mazmur 118, berbeda-beda setiap dwipekan (dua minggu).
Baris 60:
== Kalender liturgi ==
[[Berkas:Amen in East Syriac Aramaic.jpg|jmpl|Kata "[[amin]]" dalam [[abjad Suryani]]]]
Satu tahun dibagi atas sembilan masa yang rata-rata terdiri atas tujuh pekan. Masa-masa yang disebut ''Shawu'a'' itu adalah [[Adven]] (disebut ''Subara'', "Anunsiasi"), [[Epifani]], [[Prapaskah|Puasa]], [[Paskah]], Para Rasul, Musim Panas, Elia dan Salib, Musa, dan Dedikasi (''Qudash idta''). Musa dan Dedikasi masing-masing hanya berlangsung selama empat pekan. Hari-hari Minggu biasanya dinamakan menurut ''Shawu'a'' di mana hari tersebut jatuh, misalnya "Hari Minggu Keempat Epifani", "Hari Minggu Kedua Anunsiasi", dan seterusnya, namuntetapi kadang-kadang namanya berubah di pertengahan ''Shawu'a''. Kebanyakan hari-hari peringatan (''dukhrani'') atau hari-hari para kudus, yang memiliki bacaan-bacaan khusus, jatuh pada hari-hari Jumat antara Natal dan Puasa, dan karena itu dapat diundur atau dimajukan, namun beberapa perayaan seperti Natal, Epifani, Kenaikan, dan sekitar tiga belas hari-hari peringatan kecil tanpa bacaan-bacaan khusus jatuh pada tanggal yang sama setiap tahun. Ada empat kali puasa yang lebih pendek selain Puasa Besar (Prapaskah), yakni:
* Puasa Mar Zaya, tiga hari sesudah hari Minggu kedua Natal;
* Puasa Para Perawan, sesudah hari Minggu pertama Epifani;
Baris 69:
 
== Ibadat sakramen dan ibadat-ibadat lainnya ==
Selain [[Ekaristi]], sakramen-sakramen yang diakui umat Nestorian adalah [[Pembaptisan|Sakramen Pembaptisan]], yang selalu disertai [[minyak katekumen|pengurapan]] (pengurapan semacam ini dalam ritus-ritus Timur lainnya setara dengan [[Penguatan|Sakramen Krisma]]), [[Imamat|Sakramen Imamat]], dan [[Pernikahan|Sakramen Pernikahan]]. Umat Nestorian tidak mengakui adanya sakramen [[Rekonsiliasi|Sakramen Tobat]] dan [[Pengurapan orang sakit|Sakramen Minyak Suci]]. Sakramen Minyak Suci tampaknya tidak dikenal oleh umat Nestorian, meskipun [[Joseph Simon Assemani|Assemani]] ("Bibliotheca Orientalis", poin 51, halaman 272) berpendapat bahwa berdasarkan buku-buku liturgi Nestorian tampaknya dihilangkannya sakramen tersebut adalah sebuah kesalahan modern. Umat Katolik Kaldea saat ini memiliki tata ibadat Sakramen Minyak Suci yang mirip dengan yang dimiliki ritus Bizantium dan ritus Suriah Barat. Ibadat yang paling mendekati Sakramen Tobat dalam Gereja Nestorian adalah semacam upacara (dianggap sakramen) rekonsiliasi bagi para murtadin dan orang-orang yang [[ekskomunikasi|terekskomunikasi]]. Doa-doa upacara ini kadang-kadang digunakan untuk penitensi lainnya. Argumen Assemani ("Bibliotheca Orientalis", poin 8, halaman 286) bahwa keyakinan akan penitensi sebagai sebuah sakramen pernah dianut umat Nestorian kuno tidaklah konklusif. Umat Kaldea memiliki tata ibadat Sakramen Tobat yang mirip dengan yang dimiliki [[ritus Latin]]. Gereja Nestorian menghapus [[Pernikahan]] dari daftar sakramen mereka, dan menurut Ebedyeshu melengkapi jumlah ''misteri'' (sakramen) menjadi tujuh dengan memasukkan Ragi Suci dan Tanda Salib, namuntetapi kini mereka tidak terlalu pasti sehubungan dengan defenisi dan jumlahnya.
 
Upacara lain yang cukup menarik adalah konsekrasi gedung Gereja (pemberkatan gedung Gereja baru). Minyak (bukan minyak Krisma) berperan penting dalam ibadat-ibadat ritus ini. Minyak digunakan dalam upacara Pembaptisan (mungkin sekali untuk [[Penguatan]]), dalam upacara rekonsiliasi para murtadin dan lain-lain, dalam upacara konsekrasi gedung Gereja, dan dalam pembuatan roti untuk Ekaristi. Minyak tidak digunakan untuk pentahbisan maupun untuk mengurapi orang sakit. Ada dua jenis minyak; yang pertama adalah minyak zaitun biasa, diberkati atau tidak diberkati sesuai kebutuhan, yang kedua adalah minyak Tanduk Suci. Minyak Tanduk Suci, meskipun hanya minyak biasa, setara dengan minyak Krisma (''myron'') dalam ritus-ritus lain, dan diyakini telah diwarisi turun-temurun dari para Rasul bersama-sama dengan Ragi Suci. Menurut legenda, konon [[Yohanes Pembaptis]] menampung air yang menetes dari tubuh Kristus ketika dibaptis lalu menyimpannya. Dia kemudian memberikannya kepada St. Yohanes Penginjil, yang mencampurnya dengan sebagian dari air yang keluar dari lambung Kristus ketika ditusuk lembing. Pada malam perjamuan terakhir, Yesus memberikan dua roti kepada St. Yohanes dan berpesan agar menyimpan salah satunya sebagai Ragi Suci. St. Yohanes kemudian mengusap roti yang disimpannya sebagai Ragi Suci dengan sebagian darah yang mengalir dari lambung Kristus. Seusai [[pentakosta]], para Rasul mencampur minyak dengan air suci tadi, dan masing-masing menyimpan setanduk penuh dari campuran itu. Rotinya mereka haluskan, dicampur dengan tepung dan garam, lalu disimpan sebagai Ragi Suci. Minyak Tanduk suci terus-menerus ditambahkan dengan minyak yang diberkati oleh uskup pada malam [[Kamis Putih]].