Minggir, Sleman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 15:
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah bertani dengan menanam padi di sawah. Selain dimasak untuk makan sehari-hari, masyarakat juga menjual hasil tanaman padi dalam bentuk [[gabah]] atau beras sehingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat. Selain tanaman padi, di wilayah Kecamatan Minggir dapat ditemui banyak tanaman mendong. Minggir terkenal dengan penghasil mendong yang digunakan untuk membuat tikar mendong atau "klasa", bahkan mengirim hasil mendong ke pengrajin mendong di [[Kabupaten Tasikmalaya]] ([[Jawa Barat]]). Sentra penghasil mendong dapat dijumpai di wilayah Kelurahan Sendangagung yaitu di wilayah Dusun Minggir, Kisik, Plembon, Bontitan, Mandungan, Baran, Jambon, dan Watugajah, selain di beberapa dusun yang lain.
Mata pencaharian masyarakat yang lain adalah [[kerajinan]] dari bambu jenis bambu apus atau "pring apus" yang banyak ditemui di dusun-dusun di wilayah Kecamatan Minggir. Sentra kerajinan anyaman bambu yang menghasilkan perabot rumah tangga seperti besek, tenggok, tumbu, tambir, tampah, kalo, dan kepang, dan juga penghias rumah seperti lampu gantung dapat dijumpai di wilayah Saidan, Brajan,Diro dan
Sentra kerajinan parut dapat ditemui di wilayah Dusun Pojok. Parut adalah alat kukur kelapa atau "kambil" yang terbuat dari kayu melinjo yang telah dipotong persegi dengan ukuran 10cm x 30cm dan diasah halus. Sebagai mata kukur digunakan potongan kawat halus yang dipotong sekitar 4mm ditanam sebagian di papan parut. Parut dari kayu ini banyak disukai kaum ibu di wilayah Yogyakarta pada umumnya, karena lebih cepat dalam proses mengukur kelapa dan jauh lebih murah dibandingkan dengan alat kukur modern yang terbuat dari aluminium.
|