Pierre Bourdieu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: +{{Authority control}}
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Kesalahan pranala pipa)
Baris 130:
Menurut {{harvtxt|Takwin|2006}}, dalam pandangan [[Aristotelianisme]], setiap hal di dunia pasti dapat digolongkan ke dalam salah satu dari sepuluh kategori ''ada'' atau ''being'' yang terdiri dari: substansi, kualitas, kuantitas, relasi, aksio, pasio, waktu, tempat, postur, dan ''habitus''. Menurutnya, ''habitus'' adalah kategori dari hal-hal yang melengkapi subjek sebagai substansi hal yang ada pada dirinya sendiri; hal yang keberadaannya untuk dirinya sendiri; hal yang adanya dapat dipilah dari hal lain.{{sfn|Takwin|2006|p=40}} ''Habitus'' ada di luar substansi, bersifat temporer dan aksidental, serta dapat dipilah dengan jelas dan tegas dari substansi.{{sfn|Takwin|2006|p=40}}
 
[[Aristoteles]] membedakan ''habitus'' dari '[[Kualitas|'kualitas']]' yang merupakan [[Atribusi|atribut]] atau karakteristik pelengkap yang adanya di dalam substansi. Misalnya, air memiliki kualitas cair dan besi memiliki kualitas keras. Berbeda dengan ''habitus'', 'kualitas’ (dalam kategori ''ada'' Aristoteles) ada di dalam substansi, bersifat tetap dan niscaya, serta tak dapat dipilah dengan jelas dan tegas dari substansi. Jika kualitas dipisah dan dipilah dari substansi, maka terjadi perubahan substansi; jika air kehilangan kualitas cairnya, maka benda tersebut bukan lagi air. [[Aristoteles]] memandang kualitas sebagai hal yang sudah terberi pada semua substansi termasuk manusia dan menentukan jenis substansi yang mengandungnya. Air yang menguap bukan lagi air, begitu juga air yang membeku.{{sfn|Takwin|2006|p=41}} Namun, kategori-kategori tersebut tidak memadai dalam menjelaskan tentang manusia; sehingga terjadi reduksi besar-besaran jika manusia dimasukkan dalam kategori-kategori tersebut sebagai dasar analisis pemahaman; dengan kata lain, manusia tidak memadai untuk dipahami ''hanya'' sebagai makhluk [[rasional]] atau sebagai substansi yang terpilah dari habitus-nya.{{sfn|Takwin|2006|p=41}}
 
Hal ini juga disebabkan manusia memiliki perlengkapan tertentu dalam menjalankan hidupnya, yang mempengaruhi kondisi psikis dan fisiknya. Perlengkapan yang dibutuhkan tersebut tidak hanya berada di luar diri, tetapi juga terdapat banyak perlengkapan yang diinternalisasi ke dalam diri. Salah satu contohnya adalah [[logika]]; sebagai metode yang dipahami sebagai perlengkapan yang digunakan untuk berpikir. ''Habitus'' sebagai perlengkapan ternyata memiliki pengertian yang lebih luas dari apa yang didefinisikan Aristoteles.{{sfn|Takwin|2006|p=42}} [[Jean Piaget]], salah seorang pelopor [[psikologi kognitif]], menjelaskan bahwa bayi belum mampu mengingat benda atau tidak mampu membuat ‘konsep benda’ dalam benaknya karena belum memiliki ‘skema’ atau ''perwakilan benda'' dalam struktur kognitifnya; hal ini dikarenakan perlengkapan untuk membuat skema belum matang. Skema terbentuk setelah perlengkapan kognitifnya matang sehingga sang bayi mampu mamahami objek-objek di sekitarnya. Skema nantinya berperan sebagai ''perlengkapan kognitif'' yang memungkinkan orang memiliki pengetahuan tentang diri dan lingkungan.{{sfn|Takwin|2006|p=43}} Berbeda dengan [[Aristoteles]], skema sebagai 'perlengkapan' berada di dalam diri, bukan di luar diri. Dengan kata lain, ada ''habitus'' yang terletak di dalam diri manusia; atau ''habitus'' yang terletak di dalam substansi dan menjadi kualitas dari substansi. Contoh lain dari pengertian ''habitus'' yang ada di dalam diri adalah kemampuan berbahasa: bahasa merupakan ''habitus'' bagi manusia yang digunakan untuk berpikir, berkomunikasi, dan memahami dunia.{{sfn|Takwin|2006|p=43}}