Museum Sumpah Pemuda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 40:
== Sejarah ==
[[Berkas:Museum Sumpah Pemuda.JPG|250px|jmpl]]
Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa yang awalnya "hak guna bangunannya dipegang oleh [[Sie Kong Liong]] .<ref>[http://www.suarapembaruan.com/News/2007/10/24/Editor/edit02.htm Gedung Sumpah Pemuda dan Sie Kok Liong] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071027052423/http://www.suarapembaruan.com/News/2007/10/24/Editor/edit02.htm |date=2007-10-27 }}, Suara Pembaruan</ref>.
 
Di gedung milik pemerintah DKI ini pernah tinggal beberapa tokoh pergerakan, seperti
Baris 53:
* [[Mohammad Tamzil]] dan [[Assaat dt Moeda]].
 
Sejak [[1925]] gedung Kramat 106 menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java. Mereka kebanyakan pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias [[Stovia]]dan dari sekolah tinggi hukum [[RHS]].<ref>Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda</ref>. Aktivis Jong Java menyewa bangunan 460 meter persegi ini karena kontrakan sebelumnya di Kwitang terlalu sempit untuk menampung kegiatan kepanduan, diskusi politik dan latihan kesenian Jawa. Anggota Jong Java dan mahasiswa lainnya menyebut gedung ini ''Langen Siswo''.
 
Sejak [[1926]], penghuni gedung ini makin beragam. Mereka kebanyakan aktivis pemuda dari daerahnya masing-masing. Kegiatan penghuni gedung itu juga makin beragam. Selain kesenian, mahasiswa di gedung ini aktif dalam kepanduan dan olahraga. Gedung ini juga menjadi markas Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), yang berdiri pada September [[1926]], usai kongres pemuda pertama. Penghuni kontrakan, dengan payung PPPI, sering mengundang tokoh seperti [[Bung Karno]] untuk berdiskusi. Para pelajar menyewa gedung itu dengan tarif 12,5 gulden per orang setiap bulan, atau setara dengan 40 liter beras waktu itu. Mereka memiliki pekerja yang mengurus rumah yang dikenal dengan nama Bang Salim.