'''Nyalawena''' merupakan [[ritual]] cara memanen ikan yang dilaksanakan oleh [[masyarakat]] di [[Pantai Apra]], [[Sindangbarang, Cianjur|Kecamatan Sindangbarang]], [[Cianjur|Cianjur Selatan]].<ref name=":0">{{Cite book|title=Kearifan Masyarkat Jawa Barat dalam Pelestarian Lingkungan Hidup (Wilayah Priangan Barat)|last=Drs|first=Rosyadi|publisher=Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat|year=2017|isbn=0|location=Bandung|page=49-51}}</ref>. Nyalawena berasal dari kata ''nyalawean'' atau ''salawe''. Dalam [[bahasa Sunda]] kata ini menunjukkan penyebutan jumlah untuk angka 25. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan ''nyalawena'' yang dilaksanakan setiap tanggal 25 dalam perhitungan bulan di [[kalender Islam]].<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/upacara-nyalawena-di-pantai-apra-kabupaten-cianjur/|title=Upacara Nyalawena di Pantai APRA Kabupaten Cianjur|last=irvansetiawan|date=2016-11-07|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat|language=en-US|access-date=2019-04-28}}</ref>. Pada tanggal tersebut masyarakat [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]] biasanya berbondong-bondong menangkap [[ikan impun]] ([[Ikan Teri|ikan teri]]) yang sedang melakukan [[migrasi]] dari [[laut]] menuju [[hulu sungai]]. Masyarakat juga sering menyebut upacara Nyalawena dengan istilah “''Ngala Impun''” yang berarti menangkap ikan kecil atau impun. Sebelum dilaksanakan penangkapan ikan impun diadakan [[Ritual|upacara ritual]] sebagai wujud penghormatan terhadap penguasa Laut Kidul yaitu [[Nyi Roro Kidul]] dan Si Pacul agar selalu mendapatkan lindungan dan hasil tangkapan ikan yang berlimpah.<ref name=":0" />. Walaupun [[Nyi Roro Kidul]] tidak terlihat dan sifatnya [[Mistisisme|mistis]], namun kepercayaan terhadap dirinya sangat melekat dengan kuat. Hal ini tercermin pada pada saat berlangsungnya upacara Nyalawena''.'' Masyarakat dari berbagai kalangan turun langsung mengikuti [[ritual]] tersebut dengan suka cita. [[Jaring ikan|Jaring]] berbentuk [[persegi]] adalah alat yang digunakan [[masyarakat]] untuk menangkap [[Teri|ikan impun]], tak lupa [[jaring]] itu diikatkan pada empat potong kayu.<ref>{{Cite web|url=https://cianjur.pojoksatu.id/baca/seperti-ini-lho-tradisi-ngala-impun-di-sindangbarang-cianjur|title=Seperti Ini Lho Tradisi ‘Ngala Impun’ di Sindangbarang Cianjur|last=Gumilar|first=Gun Gun|website=cianjur.pojoksatu.id|language=id|access-date=2019-04-29}}</ref>. Kayu tersebut memiliki panjang satu meter. Setelah tahap persiapan selesai, [[masyarakat]] langsung berburu [[Teri|ikan impun]] yang ada di [[pantai]]. [[Masyarakat]] dilarang melakukan kegiatan yang melanggar seperti tindakan asusila pada pelaksanaan Nyalawena. Karena menurut [[Adat|ketua adat]] di daerah tersebut, barang siapa yang melanggar pantangan tersebut akan megalami kejadian yang tidak diinginkan atau musibah. Oleh karena itu, masyarakat setempat maupun pendatang ([[Pariwisata|wisatawan]]) yang berkunjung tidak berani mengusik pada saat berlangsungnya [[tradisi]] tersebut. [[Lingkungan|Alam lingkungan]] di sekitar [[pantai]] pun sangat dijaga, tidak ada yang berani mengubahnya. Wilayah kekuasaan [[Nyi Roro Kidul]] terhitung sepanjang laut pantai selatan [[Jawa|Pulau Jawa]].<ref name=":0" />.
== Pelaksanaan Ritual ==
Secara [[emosi]]onal, ketertarikan masyarakat [[Cianjur|Cianjur Selatan]], khususnya di Kecamatan [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]] masih tertarik untuk melihat dan melaksanakan tradisi Nyalawena.<ref name=":0" />. Pada setiap tanggal 25 di b[[Rajab|ulan Rajab]], [[Maulid Nabi Muhammad|Mulud]], atau para peringatan [[Islam|hari besar Islam]] lainnya, antusias pada [[tradisi]] Nyalawena lebih ramai dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Karena, pada bulan tersebut dipercaya bahwa [[nelayan]] dan masyarakat akan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak.<ref name=":0" />. Sebelum pelaksanaan, masyarakat biasanya memberikan [[sesajen]] terlebih dahulu yang dipersembahkan untuk [[Nyi Roro Kidul]] dan Si Pacul. Tahapan-tahapan upacara Nyalawena'','' adalah sebagai berikut:
# Melihat tanda-tanda alam yang menunjukan akan datangnya [[Teri|ikan kecil atau impun]] dari tengah lautan. Kegiatan ini dilakukan oleh [[tokoh adat]] yang dipercayai oleh masyarakat''.'' Tanda-tanda yang terlihat adalah [[Ombak|ombak yang besar]] di [[pantai]], dan [[halilintar]] yang sangat besar di tengah lautan.<ref name=":0" />.
# Setelah tanda-tanda terlihat, melakukan persiapan untuk [[sesajen]] berupa [[Rujak|rujak-rujakan]] yang terdiri dari tujuh jenis, yaitu [[kemenyan]], [[cerutu]], [[Kopi|kopi pahit]], [[telur]], dan lain-lain.<ref name=":0" />.
# Pemberian [[sesajen]] di sekitar [[pantai Apra]] untuk [[Nyi Roro Kidul|Nyai Roro Kidul]] dan Si Pacul. Pemberian dilakukan dengan disimpan di sekitar [[pantai]] dan sebagian lagi dilemparkan ke [[laut]].<ref name=":0" />.
# Persiapan penangkapan ikan dimulai oleh [[Adat|ketua adat,]] kemudian dilakukan secara serentak oleh seluruh peserta upacara Nyalawena yang berdatangan dari berbagai wilayah di [[Kabupaten Cianjur|Kabupaten Cianju]]<nowiki/>r. Pedatang atau [[Pariwisata|wisatawan]] juga boleh ikut menangkap ikan.<ref name=":0" />.
# Pelaksanaan upacara Nyalawena dilaksanakan sekitar 3-7 hari tergantung pada banyak tidaknya [[Teri|ikan impun]] yang ada. Setelah selesai, seluruh peserta pulang ketempatnya masing-masing. Sedangkan ketua adat, harus melakukan upacara pemberian [[sesajen]] lagi sebagai ungkapan terima kasih kepada [[Nyi Roro Kidul]] dan Si Pacul. Serta bentuk pengharapan untuk bulan depan di tanggal 25 [[Kalender Hijriyah|tahun Hijriah]] pendapatan [[Ikan Teri|ikan impun]] akan lebih banyak lagi.<ref name=":0" />.
== Tujuan ==
Tujuan dari sebuah [[tradisi]] adalah untuk memberikan [[simbol]] dan [[identitas]] bagi sekumpulan [[masyarakat]].<ref>{{Cite web|url=https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-tradisi-tujuan-fungsi-macam-macam-contoh-penyebab-perubahan.html|title=Pengertian Tradisi, Tujuan, Fungsi, Macam-Macam, Contoh, Penyebab Perubahan Terlengkap|date=2017-10-20|website=Sepengetahuan.Co.Id|language=en-US|access-date=2019-04-29}}</ref>. Sifatnya kolektif dan bisa menumbuhkan rasa loyalitas antar masyarakat. [[Tradisi]] Nyalawena menumbuhkan rasa [[gotong royong]] antar [[masyarakat]] di [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]]. Masyarakat memanfaatkan [[tradisi]] Nyalawena untuk [[Nafkah|mencari nafkah]] atau penghasilan tambahan.<ref name=":2" />. Karena pada momen itu banyak [[wisatawan]] yang datang ke [[pantai Apra]] untuk melihat [[tradisi]] Nyalawena. Sedangkan bagi masyarakat lokal, mereka memanfaatkannya untuk silaturahmi sekaligus ajang perkenalan dan pencarian jodoh bagi muda-mudi.<ref name=":2" />. Sementara itu, agar hasil tangkapan mempunyai daya jual yang tinggi, biasanya masyarat mengolah [[Teri|ikan impun]] menjadi berbagai macam makanan. Makanan paling terkenal hasil olahan [[Teri|ikan impun]] yaitu ''jalangkring.'' [[Tokoh adat]] percaya bahwa Nyalawena merupakan [[ritus]] keagamaan yang tidak dipisahkan dari kebiasaan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir.<ref name=":2" />.
== Mitos ''Si Pacul'' dan ''Nyi Roro Kidul'' ==
[[Mitos]] sendiri mempunyai pengertian sebagai sebuah cerita rekaan yang berkaitan dengan [[Sastra|dunia sastra]].<ref>{{Cite web|url=https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-mitos|title=Pengertian Mitos|date=2019-03-20|website=Kanal Informasi|language=id-ID|access-date=2019-04-29}}</ref>. [[Mitos]] sering dikaitkan dengan hal yang [[Mistisisme|mistis]]. Padahal kedua hal itu sangat berbeda. Tidak semua hal yang [[Mistisisme|mistis]] adalah [[mitos]], dan semua hal yang berbau [[mitos]] kemungkinan [[Mistisisme|mistis]]. Dalam hal ini, cerita [[mitos]] mengenai Si Pacul dan [[Nyi Roro Kidul]] erat kaitanya dengan [[tradisi]] Nyalawena. [[Legenda]] ini berkembang di masyarakat [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]], [[Kabupaten Cianjur]]. Cerita ini diawali dengan kedatangan seorang yang mau bekerja di daerah [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]]. Orang tersebut menurut masyaratakat bekerja tanpa mengenal waktu di daerah dekat pantai.<ref name=":0" />. Dia tidak mengindahkan peringatan masyarakat agar berhenti dahulu ketika waktu [[salat]]. tidak bekerja pada [[hari Jumat]], dan jangan bekerja menjelang [[Magrib (disambiguasi)|magrib]]. Namu peringatan ini tidak dipedulikan oleh orang tersebut, sehingga pada suatu hari orang tersebut hilang tanpa bekas, dan yang tertinggal hanya sebuah ''pacul'' di [[sawah]]. Kejadian tersebut dipercaya oleh masyarakat [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]] sebagai kejadian luar biasa, dan menghilangnya orang tersebut dipercaya telah dibawa ke Negara di bawah sagara laut untuk dijadikan pengawal [[Nyi Roro Kidul]] yang terkenal penguasa sebagai Ratu Pantai Selatan.<ref name=":0" />.
Tokoh ''Si Pacul'' merupakan gambaran tentang seseorang yang tidak patuh terhadap [[Adat|aturan adat]]. Sebagai bentuk pengingat, maka masyarakat di [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]] sering memberikan [[sesajen]] untuk ''Si Pacul.'' Oleh karena itu, masyarakat dan para pendatang ([[Wisatawan|wisatawa]]<nowiki/>n) diharapkan patuh terhadap adat di tempat tersebut dan jangan melanggaar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh masyaraka tokoh adat. Karena sudah jelas, setiap yang melanggar pasti ada ganjarannya dan disetiap pelaksanaan Nyalawena tidak ada yang berani melanggar aturan-aturan yang ada di [[pantai Apra]], [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]].<ref name=":1">{{Cite journal|last=Setiawan|first=Irvan|date=2009-06-01|title=MITOS NYI RORO KIDUL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT CIANJUR SELATAN|url=http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/248|journal=Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya|language=ID|volume=1|issue=2|pages=188–200|doi=10.30959/patanjala.v1i2.248|issn=2598-1242}}</ref>.
Hubungan [[Nyi Roro Kidul]] dengan [[Tradisi|upacara adat]] Nyalawena yaitu suatu [[mitos]] dan rasa penghormatan.<ref name=":1" />. Hal ini dikarenakan, tradisi Nyalawena dilaksanakan di salah satu pantai selatan yaitu [[APRA|Apra]]. Bentuk penghormatan itu bisa berupa pengharapan atau doa, agar kegiatan yang dilakukan di panntai selatan berjalan lancar. Ritual Nyalawena dilaksanakan tepat di pinggir [[pantai Apra]]. Letak geografis pantai di [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]] memang sangat berbahaya karena ombak yang dihasilkan sangat besar. Bila ditinjau dari ilmu pengetahuan, letak [[pantai Apra]] berhadapan langsung dengan [[Samudera Indonesia]]. Makna mitos mengenai [[Nyi Roro Kidul|Nyi Roro Kidu]]<nowiki/>l, di Cianjur Selatan, adalah agar masyarakat tidak sewenang-wenang memperlakukan pantai. Intinya agar kelestariannya pantai tetap terjaga. Hal itu pula yang diterapkan dalam tradisi Nyalawena, agar seluruh peserta ritual tidak menentang aturan yang sudah dibuat.<ref name=":1" />.
== Geografis ==
[[Berkas:Peta Penyebaran Tradisi Nyalawena.jpg|jmpl|378x378px|Peta penyebaran lokasi pelaksanaan Nyalawena di Jawa Barat<br />]]
Nyalawena dilaksanakan di [[Pantai Apra]], Cianjur Selatan. [[Pantai Apra]] merupakan salah satu pantai yang terletak di [[Sindangbarang, Cianjur|kecamatan Sindangbarang]], Cianjur Selatan.<ref>{{Cite web|url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=455&lang=id|title=Pantai Apra-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat|website=www.disparbud.jabarprov.go.id|access-date=2019-04-28}}</ref>. Apabila patokannya dari [[Sindangbarang, Cianjur|Alun-Alun Sindangbarang]], jarak tempuhnya hanya berkisar 300 meter. Selain dari Alun-Alun [[Sindangbarang, Cianjur|Sindangbarang]], untuk menuju tempat ini ada beberapa alternatif dari berbagai rute. Bila berangkat dari arah [[Jakarta]], jarak tempuhnya sekitar 150 km. apabila berangkat dari [[kota Bandung]], jarak tempuhnya 120 km. sedangkan, bila berangkat dari [[kota Cianjur]] jarak yang ditempuh sekitar 20 km. Para [[wisatawan]] biasanya datang ke [[Pantai Apra|patai Apra]] untuk [[berenang]], berjemur, olahraga pantai, atau sekadar menyalurkan hobi [[fotografi]] dengan objek pemandangan di sekitar [[pantai Apra]]. Selain digunakan untuk [[ritual]] adat ''Nyalawena,'' pantai ini juga terkenal sebagai tempat yang bersejarah. Pantai ini merupakan tempat terjadinya pemberontakan Angkatan Perang Rakyat Semesta (APRA). Selain bersejarah dan berbudaya, tempat ini juga menyimpan kekayaan yang sangat berpotensi bagi [[Indonesia]]. Potensi tersebut berupa [[pasir besi]] yang sangat banyak. [[Pasir besi]] yang terdapat di [[pantai Apra]] memiliki kualitas yang sangat baik, oleh karena itu disebutkan bahwa [[pantai Apra]] merupakan pantai yang sangat berpotensi. Latar belakang pelaksanaan Nyalawena sangat berhubungan dengan letak [[geografi]]s di sepanjang [[pantai Apra]]. Ombak di pantai Apra sangat tinggi, oleh karena itu meskipun masyarakat tinggal di daerah pantai jarang sekali yang berprofesi sebagai [[nelayan]]. Jumlah nelayan di tempat ini bisa terhitung. Jumlah perahunya pun masih ada satu. Masyarakat di sini lebih tertarik menjadi [[petani]] atau [[pedagang]].<ref name=":1" />. Cara melaut dan menangkap ikan masih menggunakan teknik [[tradisi]]onal. Mereka percaya bahwa [[pantai Apra]] sangat angker. Untuk para [[Pariwisata|wisatawan]] juga diharapkan berhati-hati karena posisi pantai yang curam.<ref name=":0" />.
Selain di [[Pantai Apra]], Nyalawena juga dilaksanaka di [[Kabupaten Garut]]. Yang menjadi perbedaan yaitu, bila di [[Cianjur]] pelaksanaan Nyalawena dilaksanakan di sepanjang [[pantai Apra]], sedangkan di [[Kabupaten Garut]] pelaksanaan Nyalawena dilaksanakan di sepanjang sungai Cikandang dan [[Cijayana, Mekarmukti, Garut|pantai Cijayana]].<ref name=":4">{{Cite web|url=https://digarut.com/pantai-cijayana-laut-diatas-awan.html|title=Pantai Cijayana “Laut Diatas Awan”|last=Thea|first=Rendy|date=2014-12-29|website=Di Garut|language=id-ID|access-date=2019-04-29}}</ref>. Objek kegiatannya masih sama yaitu memanen [[Teri|ikan impun]]. Bila ritual Nyalawena di laksanakan satu kali di [[Cianjur]], hal ini sangat berbeda dengan di [[Garut]]. Di [[Garut]] pelaksanaan Nyalawena dilaksanaka sebanyak 6 kali, yaitu dibulan [[Rajab]], Rewah, [[Ramadan]], [[Syawal]], Hapit dan Rayagung.<ref name=":4" />. Namun sayang, populasi ikan impun di daerah Garut berkurang. Masyarakat juga lebih saering menjaring dibanding menangkapnya secara langsung. Oleh karena itu [[tradisi]] ini mulai ditinggalkan.<ref name=":4" />.
== Transformasi ==
[[Berkas:Tari Nyalawena.jpg|jmpl|321x321px]]
Perubahan bentuk dan fungsi dalam penyajian [[kesenian]] sudah biasa dilakukan. Tujuannya untuk mempermudah dan menyesuaikan dengan zaman. Perubahan tersebut biasa disebut transformasi. Transformasi mengembangkan tradisi Nyalawena menjadi Tari Nyalawena diinisiasi oleh [[Tatang Setiadi]] pada tahun 1993.<ref name=":2">{{Cite web|url=https://docplayer.info/50981205-Bab-i-pendahuluan-cianjur-merupakan-suatu-kabupaten-yang-luas-wilayahnya-48.html|title=BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48 - PDF|website=docplayer.info|access-date=2019-04-28}}</ref>. Alasan dilakukannya trasnformasi yaitu untuk melestarikan tradisi Nyalawena yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dilakukan agar Nyalawena tetap lestari dan dilaksanakan meskipun dengan format yang berbeda. Selain tari Nyalawena, Tatang juga beberapa kali membuat transformasi dari ritual menjadi tarian. Hasil karyanya di antaranya, drama musikal Nini Anteh, tari Kuda Kosong, tari Pelung Manggung.<ref>{{Cite web|url=https://m2indonesia.com/tokoh/sastrawan/tatang-setiadi.htm|title=Tatang Setiadi|last=Nurhazizah|first=Ulfah|date=2015-10-15|website=M2Indonesia|language=en-US|access-date=2019-04-28}}</ref>. Selain dibidang seni, Tatang juga aktif dalam dunia [[sastra]]. Hal ini dibuktikan pada tahun 2012, dia mendapatkan Hadiah Samsudi atas karyanya yang berjudul ''Asal-Usulna hayam Pelung jeung Dongeng-dongeng Cianjur Lianna''<ref>{{Cite web|url=http://www.percekaartcentre.org/2012/02/tatang-setiadi-pemenang-hadiah-samsudi-2012/|title=Tatang Setiadi, Pemenang Hadiah 'Samsudi' 2012 {{!}} Percéka Art Centre|language=id-ID|access-date=2019-04-28}}</ref>''.'' Tari Nyalawena dipentaskan oleh 60 orang. Penampilannya berdurasi 45 menit.<ref name=":2" />. [[Tari]] ini pernah dipentaskan dalam ''Kirab Seni Tradisi Se-Jawa Barat'', di [[Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana|Taman Budaya Jawa Barat]] pada tahun 2007 dan dipentaskan dalam ''Gelar Tradisi Banda Cianjur,'' pada tahun 2008.<ref>{{Cite web|url=http://www.percekaartcentre.org/tentang_perceka/karya-cipta-seni/tari-nyalawena-1993/|title=Tari Nyalawena (1993) {{!}} Percéka Art Centre|language=id-ID|access-date=2019-04-28}}</ref>.
Hingga kini, [[tari]] Nyalawena menjadi [[Tradisional|tarian tradisional]] [[Sunda]] yang tumbuh dan berkembang di [[Kabupaten Cianjur]].<ref name=":3">{{Cite journal|last=Muninggar|first=Pramesti|date=2015-02-23|title=STUDI TENTANG PENGEMBANGAN NILAI-NILAI CIVIC CULTURE MELALUI KESENIAN TARI NYALAWENA: Studi Deskriptif di Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur|url=http://repository.upi.edu/|language=en|publisher=Universitas Pendidikan Indonesia}}</ref>. [[Kesenian]] ini mempunyai suatu gerakan yang menjadi ciri khas dari tari Nyalawena. Gerakan yang dihasilkan dari tarian tersebut yaitu mengayun. Gerak ''mengayun'' mempunyai makna sebagai gambaran dari gerakan seseorang yang sedang menangkap ikan. Sesuai aslinya, bahwa Nyalawena merupakan kegiatan menangkap ikan secara bersama-sama. Tak berbeda dengan [[ritual]] Nyalawena, tarinya pun mempunyai makna sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas rezeki bagi masyarakat di pinggir pantai. Rezeki atas nikmat sehat, dan telah diberikan keselamatan ketika melaut. [[Tari]]an ini sangat mudah dipelajari oleh [[masyarakat]], karena lebih sederhana penyajiannya. Tidak ada [[ritual]] khusus, seperti sesajen untuk memulainya. Serta, tarian ini bisa ditampilkan di ruangan tertutuo (''indoor'').<ref name=":3" />.
Selain mempunyai [[makna]], tari ini juga kaya akan [[simbol]].<ref>{{Cite web|url=https://tokoh.id/biografi/5-wiki-tokoh/loyalis-rumpun-tari-rakyat/|title=Loyalis Rumpun Tari Rakyat {{!}} TOKOH INDONESIA {{!}} TokohIndonesia.com {{!}} Tokoh.id|last=Indonesia|first=Tokoh|language=en-US|access-date=2019-04-29}}</ref>. [[Tari]] ini juga mempunyai [[simbol]] dari perasaan [[masyarakat]] yang tertuang melalui sebuah pementasan (penampilan). Perasaan itu berupa rasa suka cita akan hasil [[panen]] ikan yang melimpah.<ref name=":3" />. Walaupun sudah ditransformasi menjadi sebuah tarian, sebisa mungkin [[masyarakat]] tetap menjalankan [[tradisi]] tersebut satu tahun sekali pada saat menyambut [[panen]] impun. Selain ciri khas yang telah disebutkan, ada beberapa karakteristik lain mengenai tari Nyalawena. Karakteristik tersebut di antaranya:
# Tari Nyalawena hampir sama dilaksanakan setiap satu tahun sekali di tanggal 25 perhitungan [[Kalender Hijriyah|kalender Islam]]. Namun, terkadang tari ini juga dipentaskan dalam kegiatan-kegiatan gelar [[budaya]] atau acara kedianasan.<ref name=":3" />.
# Peserta yang menjadi [[Tari|penari]] dalam [[tari]]an Nyalawena dihimpun dengan jumlah yang banyak. Jumlahnya sekitar 50-100 orang. Jumlah tersebut disesuaikan dengan tempat pementasan. Bila di dalam ruangan, jumlah penari yang dibutuhkan sebanyak 10-25 orang.<ref name=":3" />.
# Tari Nyalawena mengandung banyak makna posisitif, dan diharapkan mampu dapat diterima oleh masyarakat. Karena erat kaitannya dengan [[ritual]], terkadang Nyalawena sering dianggap bertentangan dengan agama.<ref name=":3" />.
# [[Tari]] Nyalawena bisa ditampilkan di dalam ruangan, dan dapat dengan mudah dipelajari oleh berbagai kalangan. Tidak terikat oleh aturan adat, selama tidak mengubah makna dan tujuan dari [[tari]] tersebut.<ref name=":3" />.
[[Kategori:Tradisi Indonesia]]
|