Pala: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>") |
||
Baris 63:
== Kondisi optimal untuk tumbuh dan pembibitan ==
Tanaman pala secara umum dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian sekitar 0-700 mdpl dengan kebutuhan curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2000–3500 mm/tahunnya dan kelembapan udara sekitar 50-80 %. Tanaman ini dapat tumbuh biasanya hingga ketinggian pohon 5-15 meter atau bahkan dapat mencapai 30 meter. Pala cocok tumbuh pada suhu udara sekitar 20-30<sup>o</sup>C dengan struktur tanah tempat tumbuhnya memiliki rentang yang cukup besar yaitu dari tanah padat hingga berpasir serta memiliki derajat keasaman 5,5 – 7.<ref name=":1" />
Pada pembibitan tanaman pala biasanya dilakukan pengairan setiap 1-2 kali dalam sehari apabila tidak ada hujan sama sekali disertai penyiangan dari tanaman gulma disekitarnya dan juga perlakuan penggemburan tanah. Dilakukan pula penambahan pupuk tanaman seperti pupuk kandang, pupuk kompos, ataupun pupuk anorganik seperti urea setiap 3 bulan sekali. Pemanenan pala dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun, yaitu saat awal musim hujan yang memberikan hasil buah pala dengan kualitas paling baik, lalu pertengahan musim hujan dengan biasanya buah pala yang siap panen berjumlah paling banyak diantara periode lainnya, kemudian jumlah pala siap panen menurun dan dapat dipanen pada akhir musim hujan.<ref name=":1" />
== Penyebaran ==
Tanaman pala tersebar pada wilayah atau negara yang memiliki iklim tropis termasuk diantaranya [[Guangdong]] dan [[Yunan]] di Cina, Taiwan, Malaysia, Grenada di Kepulauan Karibia, Kerala di India, Sri Lanka, dan Afrika Selatan, terutama juga di negara asalnya yaitu Indonesia. Pada negara Indonesia, penghasil utama pala ada pada Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, dan Papua. Umur tanaman pala pun cukup panjang bahkan bisa mencapai 100 tahun.<ref>Jaiswal P, Kumar P, Singh VK, Singh DK. (2009). Biological effects of ''Myristica fragrans''. ''Annu Rev Biomed Sci''. 11:21–29.</ref><ref>Nurfitriana, Siti. (2013). ''Pala: si Kecil Kaya Manfaat'' (online). <nowiki>https://www.kompasiana.com/sitinurfitriana/551b96d8813311263d9de176/pala-si-kecil-kaya-manfaat</nowiki> diakses pada 4 April 2019 pukul 22.01 WIB.</ref>
== Pala di Indonesia ==
Baris 74:
== Minyak Atsiri Pala dan Analisis Kandungannya ==
Produk utama dari tanaman pala adalah minyak atsiri yang dapat dihasilkan melalui penyulingan dari bahan baku berupa daging buah, biji, dan fuli pala. Pada minyak atsiri mengandung berbagai senyawa, yang paling banyak dan menjadi ciri khas adalah ''myristicin''<ref name=":2">Mancha A., & Fuentes J., 2008. Evaluation of the health beneficial properties of the aromatic ether Myristicin, a volatile oil derived from various plants sources. The University of Texas-Pan American 1201 W. University Drive Edinburg, Texas 78539. www.agonline.tamu.edu/Myristicin_Nov9_330PM.ppt - Amerika Serikat, diakses pada 27 Februari 2009.</ref>''.'' Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2388-2006) syarat kadar ''myristicin'' dalam minyak atsiri pala minimal 10%. ''Myristicin'' sebenarnya dapat dijadikan sebagai agen insektisida, penambah rasa pada rokok, ''chemopreventive'' dan ''hepatoprotective,'' namun senyawa ini dapat memberikan efek halusinasi yang sama seperti narkotik. Seiring perkembangan zaman, minyak atsiri pala ini bahkan dijadikan sebagai bahan baku aromaterapi yang bersifat menghilangkan stress karena adanya kandung ''myristicin''-nya. Kandungan ''myristicin'' lebih tinggi kadarnya pada daging buah pala dibandingkan dengan biji dan fulinya.<ref name=":2" />
Pada SNI 06-2388-2006 pun didapati adanya syarat lain yang harus dimiliki oleh minyak atsiri pala, diantaranya adalah nilai rata-rata indeks bias pada suhu 20<sup>o</sup>C harus berkisar pada rentang 1,475-1,485. Minyak atsiri pala harus memiliki bau khas pala dengan memiliki warna dari tidak berwarna hingga kuning muda dengan berat jenis 20<sup>o</sup>C/20<sup>o</sup>C pada rentang 0,885-0,907. Minyak atsiri pala pun harus larut dengan sempurna dan tetap jernih pada etanol 90% dengan rentang 1:1-1:3. Kelarutan minyak atsiri pada etanol 90% sangat berkaitan dengan jenis komponen kimia yang terkandung didalamnya. Kandungan senyawa terpen teroksigenisasi seperti α-terpineol dam terpinen-4-ol banyak terkandung dala minyak atsiri pala.Senyawa terpen teroksigenisasi lebih mudah larut dalam alkohol dibanding terpen, sehingga semakin tinggi kandungan terpen maka semakin rendah daya larutnya<ref name=":3">Sipahelut, Sophia & Telussa, Ivonne. (2011). Karakteristik Minyak Atsiri Dari Daging Buah Pala Melalui Beberapa Teknologi Proses. ''Jurnal Teknologi Hasil Pertanian.'' 4(2): 134.</ref>
Baris 93:
(Selengkapnya dapat dilihat pada artikel [https://jurnal.uns.ac.id/ilmupangan/article/view/13582/11324 KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI DARI DAGING BUAH PALA MELALUI BEBERAPA TEKNOLOGI PROSES]).
Mutu dan rendemen minyak atsiri dapat ditentukan distilasi atau penyulingannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ''[[myristicin]]'' merupakan senyawa ciri khas dan menjadi karakteristik utama dalam minyak atsiri pala dengan titik didih paling tinggi diantara senyawa lainnya yaitu 276,5<sup>o</sup>C. Peningkatan mutu minyak atsiri dapat memanfaatkan pendekatan [[metabolomik]], contohnya dengan membandingkan kadar ''myristicin'' juga senyawa lainnya pada berbagai metode distilasi, contohnya distilasi air dan air-uap. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sipahelut dan Telussa pada tahun 2011, metode penyulingan minyak atsiri pala dengan distilasi air menghasilkan lebih banyak ''myristicin'' yang terekstraksi karena bahan dasar kontak langsung dengan air mendidih sehingga senyawa lebih mudah keluar dari jaringan bahan. Maka dari itu, mutu minyak atsiri pala dapat dimaksimalkan salah satunya dengan peningkatan kadar ''myristicin'' terkekstraksi menggunakan distilasi air.<ref name=":3" />
== Referensi ==
|