Pertempuran Sungai Bilin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
 
Baris 22:
Batalion ke-112 Angkatan Darat Selatan Jepang memasuki [[Burma]] (sekarang [[Myanmar]]) pada [[15 Januari]], mereka menguasai [[Tavoy]] (sekarang [[Dawei]]), pada [[19 Januari]], dan memotong garnisium di [[Mergui]] yang lolos melalui laut. Pada penyerangan tersebut, pasukan Jepang berhasil menguasai tiga lapangan udara kecil yang akhirnya digunakan untuk menberi dukungan udara pasukan Jepang. Selanjutnya mereka menuju ke arah [[Kawkareik]].
 
Menghadapi situasi yang tidak menguntungkan tersebut, pasukan Inggris dipimpin oleh Brigadir [[Sir John George Smyth]], V.C. (memimpin Divisi Infanteri Angkatan Darat ke-17 Inggris) ingin segera mundur dari medan pertahanannya, tetapi ia diperintahkan untuk tetap tinggal.<ref name="LH p.213">Liddell Hart 1970, p. 213.</ref>.
 
Pada [[26 Januari]], Divisi ke-55 Jepang menyerang [[Moulmein]] dan mengambil alih kota. mereka mendapatkan lapangan terbang baru lagi. Pasukan Inggris berusaha bertahan selama dua hari pertempuran sengit jarak dekat, tetapi akhirnya terdesak. Mereka yang terdesak kesulitan untuk mundur lagi, karena tidak ada jembatan yang melintasi [[Teluk Martaban]], sehingga diperlukan kapal feri untuk mundur. Dengan menggunakan kapal mereka melarikan diri, tetapi dalam proses tersebut, mereka kehilangan sekitar 600 pasukan dan sejumlah besar materi.
 
Smyth mengirim Brigadir “Punch” Cowan ke [[Rangoon]] untuk berbicara dengan Panglima Angkatan Darat Jenderal [[Hutton]].<ref name="LH p.216">Liddell Hart 1970, p. 216.</ref>. Ia meminta izin untuk mundur ke belakang [[Sungai Sittang]] (sekarang [[Sungai Sittaung]]), tetapi permintaan ini ditolak oleh jenderal Hutton. Smyth menyebutnya sebagai “keputusan yang menyebabkan bencana”.
 
Pertempuran ini berubah menjadi pertempuran jarak dekat di daerah hutan-hutan.<ref>Slim 1956, p. 17.</ref>. Pasukan Jepang menggunakan taktik pengepungan sehingga pasukan Inggris terjepit. Tak lama Jenderal Hutton datang dari [[Rangoon]] dan memberikan izin kepada Smyth untuk mundur, akhirnya mereka mulai mundur 48 kilometer sepanjang jalur ke Jembatan Sittang saat malam dilindungi oleh kegelapan.
 
Pasukan Jepang berhasil mencapai area Jembatan dan berusaha menghancurkannya akibatnya sebagian besar pasukan Divis ke-17 tertangkap di sisi Sittang, Sementara sebagian lainnya berhasil menyeberang, tetapi hampir semua peralatan mereka telah hilang.