Geger Pacinan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
sebelum nambahin templat asal2an, mohon diperhatikan kalau paragraf pembuka hanya merangkum isi artikel, silakan temukan rujukannya di bagian isi |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 88:
Sejarawan asal Belanda [[Leonard Blussé]] menulis bahwa Geger Pacinan secara tidak langsung membuat Kota Batavia berkembang pesat, tetapi membuat dikotomi antara etnis Tionghoa dan pribumi yang masih terasa hingga akhir abad ke-20.{{sfn|Blussé|1981|p=96}} Pada abad yang sama, pembunuhan massal ini dicatat juga dalam [[Bahasa Banjar]] oleh Abdur Rahman di syairnya, ''[[Syair Hemop]]''.{{sfn|Collins|2005|p=69}} Pembantaian ini mungkin juga menjadi asal nama beberapa daerah di Jakarta. Salah satu etimologi untuk nama [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]] (yang berarti "tanah merah") ialah bahwa daerah itu dinamakan untuk darah orang Tionghoa yang dibunuh di sana; van Hoëvell berpendapat bahwa nama itu diajukan agar orang Tionghoa yang selamat dari pogrom lebih cepat menerima [[amnesti]].{{sfn|Setiono|2008|p=115}}{{sfn|van Hoëvell|1840|p=510}} Nama [[Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur|Rawa Bangke]] mungkin diambil dari kata ''bangkai'', karena jumlah orang Tionghoa yang dibunuh di sana; etimologi serupa juga pernah diajukan untuk [[Angke, Tambora, Jakarta Barat|Angke]] di [[Tambora, Jakarta Barat]].{{sfn|Setiono|2008|p=115}}
== Lihat pula
* [[Chen Huang Er Xian Sheng]]
* [[Perang Jawa (1741–1743)]]
* [[Ze Hai Zhen Ren]]
== Keterangan ==
|