Suku Batak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan 1 suntingan oleh Erlangga Aditya (bicara) ke revisi terakhir oleh 27christian11 (TW)
Tag: Pembatalan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 84:
Orang Batak adalah penutur [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]], tetapi tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatra Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari [[Taiwan]] telah berpindah ke wilayah [[Filipina]] dan [[Indonesia]] sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu pada zaman batu muda ([[Neolitikum]]).<ref>[[Peter Bellwood]], ''Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago'', Revised edition, University of Hawaii Press, Honolulu, 1997</ref> Karena hingga sekarang belum ada artefak [[Neolitikum]] (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak, maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatra Utara pada zaman logam.
 
Pada abad ke-6, pedagang-pedagang [[Tamil]] asal [[India]] mendirikan kota dagang bernama [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], yang terletak di pesisir barat Sumatra Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]]. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatra.<ref>{{cite book | last =Munoz | first =Paul Michel | authorlink = | coauthors = | title =Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula | publisher = | date =2006 | location = | url = | doi = | isbn = | page = }}</ref>. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh [[pedagang Minangkabau]] yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatra Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, [[Sorkam, Tapanuli Tengah|Sorkam]], hingga [[Natal, Mandailing Natal|Natal]].<ref>{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847}}</ref>.
 
Hingga saat ini, teori-teori masih diperdebatkan tentang asal usul dari Bangsa Batak. Mulai dari [[Pulau Formosa]] ([[Taiwan]]), [[Indochina]], [[Mongolia]], [[Mizoram]] dan yang paling kontroversial [[Sepuluh Suku yang Hilang]] dari [[Israel]]
Baris 106:
Pada tahun 1824, dua misionaris Baptist asal [[Inggris]], [[Richard Burton]] dan [[Nathaniel Ward]] berjalan kaki dari [[Sibolga]] menuju pedalaman Batak.<ref>Burton, R. and Ward, N., "Report of a Journey into the Batak Country, in the interior of Sumatra, in the year 1824." ''Transactions of the Royal Asiatic Society,'' London 1:485-513.</ref> Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi [[Silindung]] dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat Batak. Pada tahun 1834, kegiatan ini diikuti oleh [[Henry Lyman]] dan [[Samuel Munson]] dari [[Dewan Komisaris Amerika untuk Misi Luar Negeri]].<ref>[https://www.amherst.edu/aboutamherst/magazine/issues/2000_winter/amherst_authors#anchor52178 "Missionaries: The Martyrs of Sumatra," in ''The Most of It: Essays on Language and the Imagination.'' by Theodore Baird, Amherst, Mass.: Amherst College Press, 1999.]</ref>
 
Pada tahun 1850, [[Dewan Injil Belanda]] menugaskan [[Herman Neubronner van der Tuuk]] untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak - Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.<ref name=":0">Tuuk, H. N. van der, ''Bataksch Leesbok, Stukken in het Mandailingsch; Stukken in het Dairisch.'' Amsterdam, 1861.</ref>.
 
Misionaris pertama asal [[Jerman]] tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861, dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. [[Ludwig Ingwer Nommensen]]. Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh [[P. H. Johannsen]] pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di [[Medan]] pada tahun 1893. Menurut [[H. O. Voorma]], terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak kaku, dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.<ref>[http://www.library.uu.nl/digiarchief/dip/diss/1922364/full.pdf Voorma, H.O. ''The Encounter of the Batak People with Rheinische Missions-Gesellschaft in the Field of Education, 1861-1940, A Historical-Theological Inquiry.'' (2000), p. 173.]</ref>
Baris 112:
Selanjutnya [[Misi Katolik di Tanah Batak]] terhitung sejak Pastor Misionaris pertama yakni Pastor [[Sybrandus van Rossum]] OFM.Cap masuk ke jantung Tanah Batak, yakni [[Balige]] tanggal 5 Desember 1934.
 
Masyarakat Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan sebagian Angkola menyerap agama Kristen dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya.<ref>[http://books.google.com/books?id=QKgraWbb7yoC&printsec=frontcover&source=gbs_v2_summary_r&cad=0#v=onepage&q=&f=false Ooi KG. ''Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor.'' Santa Barbara, Calif.: ABC-CLIO, 2004.]</ref>. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme [[Hindia Belanda]], dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, [[Sisingamangaraja XII]] wafat.<ref>[http://www.amazon.com/dp/0804716668 Sherman, George, ''Rice, Rupees and Ritual,'' Cornell University Press, Ithaca, NY 1990.]</ref>
 
=== Gereja HKBP ===