Tashoora: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 3 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>") |
||
Baris 10:
Paska perilisan album kompilasi "Tribute to ERK", Tashoora kembali masuk ke dalam studio, kali ini dengan formasi: Danang Joedodarmo (Gitar Akustik, Perkusi, Vokal), Dita Permatas (Akordeon, Kibor, Vokal), Gusti Arirang (Bas, Vokal), Danu Wardhana (Violin, Vokal) dan Sasi Kirono (Gitar, Vokal). Andru tidak lagi bergabung dengan Tashoora, sementara itu Gusti masuk mengisi departemen Bas dan Vokal. Pada periode ini, lagu-lagu yang dikerjakan oleh Tashoora pada sesi ''workshop'' di antaranya adalah: Tatap, Terang, Ruang dan Tamari (''unreleased''). Keempat lagu tersebut merupakan lagu-lagu yang ditulis oleh Danang dan Gusti sejak tahun 2015. Tashoora hanya sempat merekam demo dari lagu-lagu tersebut, tidak ada satupun yang dirilis pada rentang waktu ini. Diceritakan bahwa setiap lagu memiliki begitu banyak versi aransemen dan progresi ''chord'' yang berbeda-beda.<ref>https://www.medcom.id/hiburan/musik/gNQn73nb-terhanyut-dalam-mantra-musik-tashoora</ref>
=== Mei 2017 - September 2018: ''Formasi Ketiga - Panggung Pertama'' ===
Formasi final Tashoora dilengkapi oleh Mahesa Santoso (drum) pada bulan Mei 2017. Masuknya drum ke dalam komposisi Tashoora membuat warna musik Tashoora bergeser menjadi lebih megah. Proses eksplorasi baru ini turut melibatkan Gilang Rizki sebagai ''additional guitar'' dan Afriza Animawan sebagai ''additional keyboard''. Dengan total enam pemain tetap dan dua ''additional player'', Tashoora mencicipi panggung pertamanya di Island In The Sun, sebuah acara yang digelar oleh DIG Project pada bulan Agustus 2017. Formasi delapan pemain ini terus dibawa dari panggung ke panggung, termasuk [[Ngayogjazz]] 2017,<ref>http://jogja.tribunnews.com/2017/11/18/rubah-di-selatan-remi-panossian-trio-dan-tashoora-sukses-memukau-penonton-ngayogjazz</ref>
=== Oktober 2018 - Desember 2018: ''Ruang Pertama Tatap Muka'' ===
Ide awal pembuatan EP pertama ini adalah merekam lagu-lagu Tashoora secara ''live'' di Studio Kua Etnika dengan menghadirkan beberapa tamu undangan. Perkembangan terjadi setelah ide ini dijabarkan kepada tim produksi Tashoora. Alih-alih menggunakan studio, proses rekaman ini dipindahkan ke Pendapa [[Padepokan Seni Bagong Kussudiardja|Padepokan Bagong Kussudiardja]] yang lebih luas sehingga penggarapan visual menjadi lebih maksimal. Konsep rekaman ''live'' tersebut akhirnya berkembang menjadi ''showcase'' berjudul “Ruang Pertama Tatap Muka” yang dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Oktober 2018 di Pendapa [[Padepokan Seni Bagong Kussudiardja]], Yogyakarta. ''Showcase'' yang digelar dalam dua sesi tersebut dihadiri oleh media, teman-teman dan keluarga terdekat Tashoora.<ref>{{Cite web |url=https://majalahkartini.co.id/berita/band-asal-yogyakarta-tashoora-siap-warnai-musik-indonesia/ |title=Salinan arsip |access-date=2018-12-27 |archive-date=2018-12-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181227230227/https://majalahkartini.co.id/berita/band-asal-yogyakarta-tashoora-siap-warnai-musik-indonesia/ |dead-url=yes }}</ref>
Baris 19:
“Terang” terinspirasi dari peristiwa persekusi Ahok ([[Basuki Tjahaja Purnama|Basuki Tjahja Purnama]]) pada tahun 2017.<ref>https://tirto.id/kronologi-kasus-dugaan-penistaan-agama-b457</ref> Peristiwa di mana manusia tergila-gila terhadap agama seolah kita berhenti pada sila pertama dalam Pancasila dan lupa akan keempat sila lainnya. Agama yang dibela dengan cara-cara brutal membuat Tashoora menggarisbawahi peristiwa tersebut dengan penggalan lirik “surgamu yang mana?”. Masih dari rentetan peristiwa serupa, pada bulan Maret 2017 di Jakarta, jenazah Ibu Hindun<ref>https://tirto.id/sengkarut-pilkada-dki-pada-jenazah-nenek-hindun-ckBb</ref> dan Ibu Rohbaniah<ref>https://tirto.id/rohbaniah-tak-ikut-nyoblos-tapi-jenazahnya-ditolak-disalati-ckBk</ref> ditolak untuk disolatkan di masjid setempat. Alasan di baliknya adalah pilihan politik yang membuat keduanya disebut sebagai pendukung kafir atau pembela penista agama. Peristiwa tersebut yang menjadi cerita di balik lagu “Nista”. Konflik SARA ini berpusat di Jakarta namun efeknya menyebar hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia.<ref>https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39992156</ref><ref>https://www.brilio.net/serius/kenapa-isu-sara-mudah-jadi-alat-politik-dan-bisnis-di-indonesia-170828e.html</ref>
“Sabda”, lagu ini merupakan potret peristiwa yang terjadi di kota kelahiran Tashoora, [[Yogyakarta]]. Pemerintah Daerah provinsi [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] masih memberlakukan kebijakan yang menyebutkan bahwa non-pribumi tidak boleh memiliki tanah di Yogyakarta.<ref>https://tirto.id/mengapa-nonpribumi-tak-boleh-punya-tanah-di-yogya-bQZl</ref> Kebijakan yang sudah ada sejak 1975 ini dibuat “untuk melindungi ekonomi masyarakat lokal”.<ref>https://regional.kompas.com/read/2018/03/01/11395741/mengapa-warga-nonpribumi-tidak-boleh-punya-tanah-di-jogja?page=all</ref> Meskipun Komnas HAM sudah menegur pemerintah Yogyakarta karena kebijakan ini dinilai diskriminatif, teguran tersebut tidak ditindaklanjuti dengan positif.<ref>https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/10/161005_majalah_tanah_yogyakarta</ref> Dua peristiwa yang menjadi pijakan lagu “Sabda” adalah tuntutan Siput Lokasari - seorang warga keturunan Tionghoa - terhadap Sultan karena merasa ada diskriminasi dalam kebijakan kepemilikan tanah tersebut <ref>https://tirto.id/hikayat-siput-melawan-sultan-bRac</ref> dan tuntutan Eka Aryawan kepada lima pedangang kaki lima sebesar Rp 1,2 miliar karena menggunakan sebagian tanah tempat usahanya.<ref>{{Cite web |url=http://jateng.metrotvnews.com/read/2016/01/21/472868/sengketa-lahan-pkl-eka-aryawan-disebut-ingkari-perdamaian |title=Salinan arsip |access-date=2018-12-27 |archive-date=2018-12-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181227230313/http://jateng.metrotvnews.com/read/2016/01/21/472868/sengketa-lahan-pkl-eka-aryawan-disebut-ingkari-perdamaian |dead-url=yes }}</ref> Adanya diskriminasi, masalah dari masa lalu yang masih dianggap relevan, sampai inkonsistensi pemeritah dalam menerapkan kebijakan memunculkan banyak tanda tanya yang akhirnya ditumpahkan lewat lagu “Sabda”.
Ditulis dari berbagai macam peristiwa diskriminasi terhadap [[LGBT|LGBTQ]],<ref>https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140814_lgbt_indonesia</ref><ref>https://nasional.kompas.com/read/2016/08/21/23055511/diskriminasi.kelompok.lgbt.dan.pemerintah.yang.tutup.mata.</ref><ref>https://www.theguardian.com/cities/2016/dec/06/komunitas-lgbt-jakarta-lebih-parah-dari-senjata-nuklir-kami-cuma-ingin-diterima-kok</ref>
Tatap merupakan lagu pertama yang dikerjakan oleh Tashoora. Lagu yang berbicara tentang ke-Tuhan-an ini terinpirasi dari konflik-konflik Agama yang pernah terjadi, mulai dari proses penyebaran agama di Indonesia, [[Perang Salib]], Konflik Sunni-Syiah,<ref>https://wiki-indonesia.club/wiki/Perang_saudara_Islam_pertama</ref><ref>https://wiki-indonesia.club/wiki/Perang_saudara_Islam_kedua</ref>
== Personel ==
|