Lampung: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Gunung: hanya ada 5 gunung di lampung
→‎Sejarah: Perbaikan konten
Tag: Dikembalikan LTA Sekala Brak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 136:
[[Pangeran Purba jaya|Pangeran Ringgau Gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala]] bertahta dari tahun 1789 sampai 1869 Masehi pada masa kepemimpinan Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala beliau dapat menyelesaikan Komflik yang tenjadi di [[Rejang Lebong]] dan pesemah lebar, atas kesuksesan tersebut pemerintah belanda menganugerahkan SANDANG MERDEKA Kepada [[Kepaksian Sekala Brak]] dimerdekakan selama 14 tahun, mengurus pemerintahan sendiri, di bebaskan dari pajak bumi dan gawe Raja. Pada saat tahun 1899 setelah Tuan Guru Pangeran Dalom Merah Dani dari tanah suci sepulangnya beliau menunaikan ibadah haji pada saat itu beliau berkunjung ke Konstantinopel instanbul diperkitakan pada tahun 1899 Masehi. Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja bertemu dan menyampaikan kepada Sultan Usmani bahwasanya beliau Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja berasal dari Kerajaan Islam Sumatra yang pendahulunya nenek moyangnya berasal dari tanah pesisir pantai utara Sumatra, kemudian Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di terima oleh [[Abd-ul-Hamid II]], Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja pada saat itu Segera dihadiahi sebuah [[Kiswah]] kain yang menutupi Ka'bah di Makkah, Saudi Arabia. Kiswah yang bertuliskan lailahaillollah muhammaderasululloh. Kain Kiswah pemberian dari Sultan Usmani Abd-ul-Hamid II ini menandakan bahwasanya [[Kepaksian Sekala Brak]] adalah kerajaan Penyebar Agama [[Islam di Lampung]] Sejak dahulu kala dari abad ke-12 tahun 1289 Masehi 688 Hijriah. Kain Kiswah tersebut sebagai Simbol Penguasa, untuk memperlihatkan salah satu dari identitas Kebesaran yang dimiliki kerajaan tersebut. Al-Liwa Panji Syahadatain adalah Panji Kebesaran Kepaksian yang disebut Bendera Sekala Brak (Panji Sekala Brak). Kemudian Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di hadiahi pula 2 (dua) buah pedang instanbul akan tetapi saat ini pedang instanbul tersebut telah rapuh namun Pedang instanbul ini masih tersimpan dengan baik oleh [[Penobatan Sultan Sekala Brak|Sultan Sekala Brak]] di [[Istana Gedung Dalom]]. Diperkirakan sudah lebih dari seratus tahun pedang instanbul tersebut tidak terawat. Sultan Usmani juga memberikan gelar sultan kepada Pangeran Dalom Merah Dani. Setelah itu pada saat itu pula Sultan Usmani menyampaikan pemberitahuan kepada Pangeran Dalom Merah Dani bahwasanya Sekala Brak harus mengirimkan serdadu apa bila ada terjadi sesuatu di [[Kesultanan Utsmaniyah]] atau dengan sebutan lainya Turky saja. Perang global pada tahun 1917, [[Perang Dunia I]] (PD1) terpusat di [[Eropa]], [[Sekala Brak]] mengirimkan banyak pasukan antara lain yang di pimpin oleh Tuyuk (pendahulu) dari Sultan Sekala Brak yang bernama H. Hasbulloh berangkat ke turki berangkat membawa misi perang di Turki selama peperangan dunia pertama peperangan tersebut berahir pada tanggal 11 November 1918, perang ini sering juga disebut perang besar, sekitar tahun 1942-1943 H. Hasbulloh kembali lagi ke Bumi Sekala Brak.
 
Pada jaman Pangeran Alif Jaya sekitar tahun 1746 membangun pesanggerahan besar di Liwa dari era Pangeran Alif Jaya Gelar Sultan Pangeran Alif Jaya sampai jaman Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja pada masa ini para Sultan Kemana-mana membawa nama besar Pesanggerahan tersebut yang berada di Liwa, Sebagai Wadah (Kendaraan) dari pada Sultan-sultan pada masa itu. [[Tuan Guru Pangeran Dalom Merah Dani]] Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja adalah Raja (Sultan) yang menyebarkan agama Islam di tanah Lampung. Ia menunaikan ibadah haji bersama 100 rakyat sekala brak, sepulangnya beliau menunaikan ibadah haji pada saat itu beliau berkunjung ke Konstantinopel instanbul diperkitakan pada tahun 1899 Masehi. Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja bertemu dan menyampaikan kepada Sultan Usmani bahwasanya beliau Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja berasal dari Kerajaan Islam Sumatra yang pendahulunya nenek moyangnya berasal dari tanah pesisir pantai utara Sumatra, kemudian Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di terima oleh Abd-ul-Hamid II, Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja pada saat itu Segera dihadiahi sebuah Kiswah kain yang menutupi Ka'bah di Makkah, Saudi Arabia. Kiswah yang bertuliskan lailahaillollah muhammaderasululloh. Kiswah tersebut menjadi asal usul nama, Liwa berasal dari kata Panji Al-Liwa (bahas arab: Bendera Al-Liwa), Panji Al Liwa ini adalah simbol dari pada pemberian Sultan Usmani Abd-ul-Hamid II kepada Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja. Ini membuktikan bahwasanya Kerajaan Sekala Brak adalah kerajaan Penyebar Agama Islam Sejak dahulu kala dari tahun 1289 Masehi Rajab 688 Hijriah. Panji ini Sebagai Simbol penguasa, berjaya, perkasa untuk memperlihatkan salah satu dari identitas Kebesarannya yaitu Kepaksian. Panji Al-Liwa ini disebut Bendera Sekala Brak atau Bendera Kerajaan Sekala Brak, Lampung. Bendera Lama [[LampungKepaksian Sekala Brak]] berwarna hitam dan terdapat tulisan Syahadatin, allah dan Muhammad. BertahtaDidalam sejarah melalui titik awal dari pada berdirinya Kerajaan Islam yang disebut Kepaksian Sekala Brak para putra- putra Al-Mujahid kepaksian sekala brak tersebut menancapkan bendera kemenangan di puncak Bukit Sulang (Hematang Sulang/Bukit Humatang Sulang). Bendera tersebut berwarna hitam dan terdapat tulisan Syahadatin, allah dan Muhammad, bendera ini disebut Panji Syahadatain dan bukalah Panji Al-Liwa sebagai simbol asal-usul nama, Liwa. Tuan Guru Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja bertahta dari tahun 1869 sampai 1909, Ia Seorang ulama besar penyebar [[agama Islam]], [[Belanda]] tidak pernah berani menegur beliau menggunakan Gelar Sultan walaupun sejak jaman Pangeran batinsekhandak gelar sultan sudah dilarang oleh pemerintahan belanda. Putra dari Indra Patih Cakra Negara Membawa putra pertamanya bersama sekitar tiga ratusan orang, meninggalkan Liwa berangkat nyussuk pekon mendirikan negeri baru di Negara batin Semaka, serta putra ketiga nya berangkat menuju sukau, dan putra yang kedua mendirikan [[Liwa]] sehingga menjadi tegak Jukhai (baca-Jurai) di Batu Brak. Tuan Guru Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja mendapat gelar Harmain sultan memegang kekuasan dan kepemimpinan Saibatin Marga [[Liwa]] dan [[Saibatin]] Kepaksian Sekala Brak. Dia merupakan cucu kandung Pendiri Marga liwa Pangeran Indrapati Cakra Negara yang mendapat mandat hak kesaibatinan. Selanjutnya sultan Harmain melepas kesaibatinan marga dan kedudukan sebagai kesaibatinan diturunkan kepada Putrinya Tjik Mas yang menikah dengan putra Pasirah Liwa bernama Muhammad Athorid. Kemudian karena memiliki seorang putri Ratu Siti Maisuri, maka kemudian dia menikah dengan Putra kedua Pangeran Haji Suhaimi, Adik Kandung Sultan Maulana Balyan yang bernama H abdul muis, dan ditetapkan sebagai Saibatin marga liwa, merupakan Kebesaran Indra Pati Cakra Negara, Sultan Makmur Dalom Natadiraja saat mulai digunakannya kembali menggunakan Gelar Sultan dalam Kepaksian Sekala Brak setelah dia diberi gelar Sultan oleh Khalifahan Utsmani sekembalinya dari Istambul sekitar tahunabad 1899ke-18 Masehi. Pra-sejarah Saat ini pesanggerahan para sultan tersebut dijadikan Wisma Sindalapai yang di kelola oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sebagai bukti peninggalan Sejarah.
 
[[Ki. Akmal Gelar Dalom Raja Kapitan]] adalah tokoh perjuangan lascar pejuang dari [[Partai Syarikat Islam Indonesia]] (PSII) sekaligus pendiri pertama kali di Sumatra Selatan , Ki. Akmal Gelar Dalom Raja Kapitan ini juga yang membawa sekaligus, Ki. Akmal Gelar Dalom Raja Kapitan Tamong Batin yang merupakan Ayah Kandung dari Ratu Rochma Syuri Maulana gelar Ratu Mas Ria Intan (Ratu Kepaksian Pernong, Atas jasa-jasa para Pahlawan kemudian Pemerintah membangun Tugu Monpera Simpang Sender Ranau Ki. Akmal Gelar Dalom Raja Kapitan di makamkan di makam pahlawan komarung. Nama dari pahlawan rakyat ranau tersebut di abadikan menjadi nama salah satu jalan di tengah kota Batu Raja, Pada saat menempuh jenjang pendidikan Ki. Akmal Gelar Dalom Raja Kapitan tinggal bersama-sama di rumah Ki Hadjar Dewantara bersama-sama juga dengan H. Agus Salim, Dr. (H.C.) Ir. H. [[Soekarno]], Daud Beureu'eh, dan kartosuryo, bahkan pada saat terjadi bertentangan berhadapan melawan belanda pada saat belanda ingin menguasai wilayah perkebunan tembakau di gunung seminung Ranau pada saat itu masyarakat Ranau melakukan perlawanan secara hukum Ki. Akmal Gelar Dalom Raja Kapitan datang membawa seorang teman seperjuangannya yaitu H. Agus Salim, H. Agus Salim bersama-sama dengan Ki. Akmal Gelar Dalom Raja Kapitan menghadapi melawan Belanda dalam masalah hukum melalui jalur pengadilan kala itu, dan dimenangkan oleh rakyat yang diwakili oleh Ki. Akmal Gelar Dalom Raja Kapitan dan H. Agus Salim di dalam sejarah.