Tuanku Tambusai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 31:
Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari [[Jakarta|Batavia]]. Berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen dapat dihancurkan. Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (''regent'' Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda ia digelari “''De Padrische Tijger van Rokan''” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada tanggal 28 Desember 1838, benteng Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan sekutu-sekutunya. Ia mengungsi dan wafat di [[Seremban]], [[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]] pada tanggal 12 November 1882.
 
Karena jasa-jasanya menentang penjajahan [[Hindia Belanda]], pada tahun 1995 pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan nasional.<ref>[{{Cite web |url=http://www.riaumandiri.us/berita/380 |title=Riau Mandiri Online] |access-date=2010-04-16 |archive-date=2012-01-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120106091919/http://www.riaumandiri.us/berita/380 |dead-url=yes }}</ref>
 
== Catatan kaki ==