Kabupaten Lampung Barat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Sekala Brak, Asal Muasal: Memperbaiki konten Tag: LTA Sekala Brak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
→Sekala Brak, Asal Muasal: Menambahkan ringkasan Tag: LTA Sekala Brak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 85:
Ada pula sebuah batu prasasti termuda di Bunuk Tenuar desa harakuning perkampungan disekitaran kaki [[Gunung Pesagi]], Liwa berangka tahun 966 Saka "1 Tahun Saka ialah 79 Tahun Masehi", menunjukkan ada jejak animisme di kawasan tersebut. Bahkan di tengah rimba ditemukan bekas parit dan jalan Zaman animisme. Ada lagi disebut-sebut bahwa Kenali yang dikenal sekarang sebagai Ibu Kota Kecamatan, adalah bekas kerajaan bernama “Kendali” dengan “Raja Sapalananlinda” sebagaimana disebut dalam “Kitab Tiongkok Kuno”. Kata “Sapalananlinda” oleh L. C. Westenenk ditafsir sebagai berasal dari kata “Sribaginda” dalam pengucapan dan telinga orang Cina. Jadi bukan nama orang tetapi gelar penyebutan. Buku itu konon juga menyebut, bahwa Kendali itu berada di antara Jawa dan Siam-Kamboja. Kitab itu, menyebut angka tahun antara 454–464 Masehi. Kitab ini telah disalin ke dalam bahasa Inggris oleh Groenevelt (Wikipedia Indonesia, 2007).
Meski belum seluruhnya terbaca, namun dapat disimpulkan: di situ tercatat suatu peradaban panjang. Suatu kawasan tua yang mencatatkan diri dalam sejarah umat manusia. Di wilayah ini pula pernah berdiri sebuah [[Kerajaan]] yang memiliki Empat titik Kebesaran Istana Gedung, untuk Kepaksian Pernong Sekala Brak disebut [[Istana Gedung Dalom]], Paksi Buay Nyerupa disebut Gedung Pakuon, Paksi Buay Bejalan Diway disebut Lamban Dalom, Paksi Buay Belunguh disebut Lamban Gedung. Ada sebagian pula masyarakat penyimbang (Pepadun) mengklaim menyebut keberadaan daripada kerajaan yang ada di [[Tulang Bawang]] namun bukti-bukti keberadaannya sulit ditemukan dan tidak akan pernah bisa Terbuktikan karena kerajaan tersebut tidak
Kalau membaca peta Provinsi [[Lampung]] sekarang, kisaran lokasi pusat Sekala Brak berada di hampir seluruh wilayah Kabupaten Lampung Barat, sebagian Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan [[Komering]] Ulu, Provinsi Sumatra Selatan. “Pusat kerajaan” meliputi daerah pegunungan di lereng [[Gunung Pesagi]] di daerah [[Liwa]], seputar Kecamatan [[Batu Brak]], Kecamatan Sukau, Kecamatan Belalau, dan Kecamatan Balik Bukit.
Baris 91:
Sebagai kesatuan politik Kerajaan Sekala Brak telah berakhir. Tetapi, sebagai kesatuan budaya (cultural based) keberadaannya turun-temurun diwarisi melalui sejarah panjang yang menggurat kuat dan terbaca makna-maknanya hingga saat ini. Sekala Brak dalam gelaran peta Tanah Lampung, pastilah tertoreh warna tegas, termasuk sebaran pengaruh kebudayaannya sampai saat ini.
Tata kehidupan berbasis adat tradisi Sekala Brak juga masih dipertahankan dan dikembangkan. Terutama, Sekala Brak setelah dalam pengaruh “Empat
Hasil pembacaan atas segala yang ada dalam masyarakat berkebudayaan Sai Batin di [[Lampung]], memperlihatkan kedudukan dan posisi penting Sekala Brak sebagai satuan peradaban yang lengkap dan terwariskan. Keberadaan Sekala Brak tampak sangat benderang dalam peta kebudayaan Sai Batin, sebagai satu tiang sangga utama pembangun masyarakat Lampung. Bahkan, telah diakui, Sekala Brak sebagai cikal bakal atau asal muasal tertua leluhur
Seperti dikutip Harian KOMPAS, (11 Desember 2006:36), pada abad 13 datang empat kelompok masyarakat yang menduduki sekitar Danau Ranau. Di sebelah barat danau dihuni orang-orang yang datang dari Pagaruyung Sumatra Barat dipimpin Dipati Alam Padang. Sementara itu, tiga kelompok lainnya berasal dari Sekala Brak. Tiga kelompok orang-orang Sekala Brak itu adalah Raja Singa Jukhu (dari Kepaksian Bejalan Diway), menempati sisi timur danau. Di sisi timur danau pula, kelompok yang lainnya Pangeran Liang Batu dan Pahlawan Sawangan (berasal dari Kepaksian Nyerupa) bertempat. Sementara kelompok yang dipimpin oleh Umpu Sijadi Helau menempati sisi utara danau.
Ketiga kelompok dari Sekala Brak ini kemudian berbaur dan menempati kawasan Banding Agung, Pematang Ribu, dan Warkuk. Sampai sekarang banyak orang Banding Agung mengaku keturunan [[
Kisah-kisah ini memperkuat suatu kenyataan bahwa Sekala Brak tidak hanya sebagai sumber muasal secara geografis, melainkan juga sumber kultur masyarakat. Sekala Brak
Semua aksara Nusantara tersebut berasal dari bahasa Palava, yang berinduk pada bahasa Brahmi di India. Bahasa Palava digunakan di India dan Asia Tenggara. Di Nusantara, bahasa ini mengalami penyebaran dan pengembangan, bermula dari bahasa Kawi, sebagai induk bahasa Nusantara. Dari bahasa Kawi menjadi bahasa: Jawa (Hanacaraka), Bali, Surat Batak, Lampung, Sumatra Selatan (Kaganga), dan Bugis.
Dari [[Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak]] yang telah memiliki unsur-unsur “kebudayaan lengkap” ini pulalah “ideologi”
=== Transportasi ===
|