Kesultanan Siak Sri Inderapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MarDumai (bicara | kontrib)
Penambahan peta.
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 49:
Setelah itu perkembangan [[agama]] [[Islam]] di Siak menjadikan kawasan ini sebagai salah satu pusat penyebaran dakwah Islam, hal ini tidak lepas dari penggunaan nama ''Siak'' secara luas di kawasan Melayu. Jika dikaitkan dengan pepatah [[Minangkabau]] yang terkenal: ''Adat menurun, syara’ mendaki'' dapat bermakna masuknya Islam ke [[Dataran Tinggi Minangkabau|dataran tinggi pedalaman Minangkabau]] dari Siak sehingga orang-orang yang ahli dalam agama Islam, sejak dahulu sampai sekarang, masih tetap disebut dengan ''Orang Siak''.<ref name="Jasmi"/> Sementara di [[Semenanjung Malaya]], penyebutan Siak masih digunakan sebagai nama jabatan yang berkaitan dengan urusan agama Islam.<ref>Lamry, M. S., Nor, H. M., (1993), ''Masyarakat dan Perubahan'', Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, ISBN 967-942-249-6.</ref><ref>http://www.jais.gov.my [http://www.jais.gov.my/borang/2010/IklanJawatanKosongS41S27S17.pdf Iklan Jawatan Kosong] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110103140558/http://www.jais.gov.my/borang/2010/IklanJawatanKosongS41S27S17.pdf |date=2011-01-03 }}</ref>
 
Walau telah menerapkan [[hukum]] Islam pada masyarakatnya, namun sedikit pengaruh [[Minangkabau]] dengan identitas [[matrilineal]]nya<nowiki/> masih mewarnai tradisi masyarakat Siak. Dalam pembagian warisan, masyarakat Siak mengikut kepada hukum waris sebagaimana berlaku dalam Islam. Namun dalam hal tertentu, mereka menyepakati secara [[adat]] bahwa untuk warisan dalam bentuk [[rumah]] hanya diserahkan kepada anak perempuan saja.<ref name="Luthfi"/>
 
== Masa awal ==
Baris 110:
Dalam administrasi pemerintahannya Kesultanan Siak membagi kawasannya atas ''hulu'' dan ''hilir'', masing-masing terdiri dari beberapa kawasan dalam bentuk [[distrik]]<ref name="Wolters"/> yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar [[Datuk]] atau [[Tuanku]] atau [[Yang Dipertuan]] dan bertanggungjawab kepada Sultan Siak yang juga bergelar ''[[Yang Dipertuan Besar]]''. Pengaruh [[Islam]] dan keturunan [[Arab]] mewarnai Kesultanan Siak,<ref>Dobbin, C. E., (1983), ''Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847'', Curzon Press, ISBN 0-7007-0155-9.</ref> salah satunya keturunan ''Al-Jufri'' yang bergelar ''Bendahara Patapahan''.<ref>L.W.C. van de Berg, ''Le Hadramouth et les colonies Arabes dans l'archipel Indien'', Batavia:Imprimerie du gouvernement, 1886.</ref>
 
Pada kawasan tertentu, ditunjuk ''Kepala Suku'' yang bergelar [[Penghulu]], dibantu oleh ''Sangko Penghulu'', ''Malim Penghulu'' serta ''Lelo Penghulu''. Sementara terdapat juga istilah ''Batin'', dengan kedudukan yang sama dengan Penghulu, namun memiliki kelebihan hak atas hasil hutan yang tidak dimiliki oleh Penghulu. [[Batin]] ini juga dibantu oleh ''Tongkat'', ''Monti'' dan ''Antan-antan''. Istilah Orang Kaya juga digunakan untuk jabatan tertentu dalam Kesultanan Siak, sama halnya dengan pengertian <nowiki>''Rangkayo'' atau ''Urang Kayo''</nowiki> di Minangkabau terutama pada kawasan pesisir.<ref name="Luthfi"/><ref name="Sejarah"/><ref>Kathirithamby-Wells, J., ''Royal Authority and the "Orang Kaya" in the Western Archipelago, circa 1500-1800'', Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 17, No. 2 (Sep., 1986), pp. 256-267.</ref>
 
== Pembagian Administrasi ==