Gedongarum, Kanor, Bojonegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Novakurniawan (bicara | kontrib)
Revisi nama
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Novakurniawan (bicara | kontrib)
Menghilangkan nilai panen
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 29:
Pada tahun 1980-an masyarakat di desa-desa di bagian utara Kecamatan Kanor mempunyai tiga siklus musim tanam. Dimulai dari musim hujan dengan menanam padi, musim kemarau menanam tembakau, dan musim pancaroba dengan menanam jagung. Tetapi saat ini siklus itu menjadi musim padi, padi, dan padi lagi karena efek dari sistem irigasi pompanisasi yaitu LPPD JAYA TIRTA
 
Salah satu yang unik dari desa ini adalah bahwa Kepala Desa dapat dikatakan tidak mendapat gaji dari pemerintah pusat. Kalaupun mendapatkan hanya sebatas tunjangan setara UMR. Akan tetapi desa ini memiliki tanah desa yang luas yang diberikan hak pengelolaannya kepada Kepala Desa terpilih. Hasil bercocok tanam di tanah yang dinamai bengkok ini dapat mencapai hasil bersih 150 juta. Dalam satu tahun setidaknya mendapatkan 2 kali masa panen sehingga minimal seorang Kepala Desa akan mendapatkan penghasilan bersih 300 juta rupiah setiap tahun. Bayangkan begitu makmurnya jadi Kepala Desa Di Desa ini. maka setiapSetiap ada pergantian kepala desa baru maka akan banyak diperebutkan dengan cara membeli suara atau istilahnya BOM-BOMAN siapa yang banyak uang dialah yang menjadi Kepala Desa.
 
Desa Gedongarum terdiri atas dua dusun yaitu Dusun Dondong dan Dusun Gebang. Dahulu kala kedua dusun memiliki karakteristik pembeda yang cukup jelas. Dusun Gebang identik dengan kaum santri karena Masjid Desa ada di dusun ini, sedangkan dusun Dondong identik dengan masyarakat tradisional jawa non-santri. Tahun 1980-an sangat jarang (bahkan tidak pernah) ditemukan ada pagelaran Tayub atau Tandak (Hedon tradisional) di dukuh Gebang, sebaliknya sering ada pengajian karena stereotip sebagai dusun santri. Lain halnya di dusun Dondong, pagelaran Tayub adalah puncak hiburan buat pemuda-pemudanya. Ketika seorang pemuda ketiban sampur yang artinya menerima selendang dari sindir atau yang punya acara maka pemuda tersebut wajib untuk ikut menari bersama sindir di sebuah pagelaran Tayub. Kalau pemuda kota ber-ajojing di diskotek, maka pemuda dusun Dondong ber-ajojing di pagelaran Tayub bersama para sindir. Saat ini dusun Gebang dipimpin oleh seorang Kepala Dusun, yang sedang menjabat bernama Purwadi. Demikian pula dusun Dondong saat ini dipimpin seorang kepala dusun yang sedang menjabat bernama Jurikah.