Jalan Raya Pos: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanafiahmad80 (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan VisualEditor
k Suntingan Hanafiahmad80 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh AnsyahF
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 33:
 
=== Jalur pertama ===
Pembangunan Jalan Raya Pos pertama dimulai dari Buitenzorg ke Karangsambung (kini [[Tomo, Sumedang|Kecamatan Tomo]] di [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]]) berdasarkan perintah Daendels pada 5 Mei 1808. Jalur ini direncanakan melalui [[Cisarua, Bogor|Cisarua]], [[Cianjur, Cianjur|Cianjur]], [[Rajamandala Kulon, Cipatat, Bandung Barat|Rajamandala]], [[Kota Bandung|Bandung]], [[Parakan Muncang, Nanggung, Bogor|Parakan Muncang]], dan [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]]. Secara teknis, jalur tersebut harus dibuat selebar 2 [[w:Dutch units of measurement#Roede|rijnlandse roeden]] (~7.5 meter) dan didirikan tiang di setiap 400 [[w:Dutch units of measurement#Roede|rijnlandse roeden]] (~1.65 kilometer) untuk menunjukkan jarak dan menandai batas distrik.{{Sfn|Pramono dkk.|2008|pp=6-7}} Pemerintah menyediakan anggaran sebesar 30.000 ringgit perak untuk membangun jalur ini, sementara para pekerjanya disediakan oleh {{Interlanguage link|Nicolaus Engelhard|nl}}, Gubernur Pantai Timur Laut Jawa, sebanyak 1.100 orang.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=13}} Proyek ini dipimpin oleh [[Kolonel]] [[Zeni]] Balthazar Friedrich Wilhelm van Lützow dengan bantuan dari Komisi Negara dan dua [[Rekayasawan|insinyur]] militer. Van Lützow kemudian menyerahkan tanggung jawab sebagian pengerjaan, yaitu jalur Cisarua-Cianjur dan Parakan Muncang-Karangsambung, kepada dua insinyurnya. Masing-masing insinyur dibantu oleh dua [[bintara]] yang dipilihnya.{{Sfn|Pramono dkk.|2008|p=22}}{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=27}}
 
Daendels juga menetapkan jumlah pekerja dan upah yang berbeda untuk membangun jalan ini, mengingat kondisi medan yang berat yang dihadapi oleh para pekerja. Rinciannya adalah sebagai berikut:{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|pp=6-7}}
Baris 82:
 
=== Jalur selanjutnya ===
Pada Juli 1808, Daendels bertemu dengan 38 bupati untuk memerintahkan mereka memperbaiki dan menghubungkan jalan-jalan desa. Ia juga menyerahkan pembangunan jalan Cirebon-Surabaya kepada mereka agar mereka bisa menarik orang-orang umum ke dalam [[pengabdian masyarakat]]. Di [[Jawa Tengah]], jalan raya ini melewati [[Kabupaten Tegal|Tegal]], [[Kabupaten Pemalang|Pemalang]], [[Comal, Pemalang|Comal]], [[Kota Pekalongan|Pekalongan]], [[Kabupaten Kendal|Kendal]], [[Kaliwungu, Kendal|Kaliwungu]], [[Kota Semarang|Semarang]], [[Kabupaten Demak|Demak]], [[Kabupaten Kudus|Kudus]], [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Kabupaten Rembang|Rembang]], dan [[Lasem, Rembang|Lasem]]. Sementara di Jawa Timur, jalan raya ini melewati [[Kabupaten Pacitan|Pacitan]], [[KotaSidayu, MalangGresik|Sidayu]], [[JombangKabupaten Gresik|Gresik]], [[KabupatenKota GresikSurabaya|Surabaya]], [[Porong, Sidoarjo|Porong]], [[Bangil, Pasuruan|Bangil]], [[KabupatenKota SidoarjoPasuruan|Pasuruan]], [[Paiton, Probolinggo|Paiton]], [[Besuki, Situbondo|Besuki]], dan akhirnya [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]].{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=5}} Dengan jalan raya yang sisanya dikerjakan oleh para bupati, Daendels tidak perlu membuat laporan rinci untuk jalan-jalan tersebut. Akibatnya, tidak ada arsip-arsip kolonial yang memuat laporan pembangunan jalannya, dan satu-satunya sumber informasi yang diketahui berasal dari korespondensi antara Daendels dengan [[Kementerian Urusan Tanah Jajahan Belanda|Menteri Perdagangan dan Koloni]] saat itu, {{Interlanguage link|Paulus van der Heim|nl}}.{{Sfn|Pramono dkk.|2008|pp=25-26}}
 
== Kegunaan ==
Baris 120:
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Hindia Belanda]]
{{DEFAULTSORT:Jalan_tol}}