Serat Sindujoyo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
referensi
Tag: kemungkinan spam pengguna baru menambah pranala luar
Baris 1:
{{referensi}}
'''Sindu Joyo'''
Sebagai nelayan Kyai Sindujoyo tidak seperti nelayan umumnya dalam kerjanya. Dia menarik seroh (sodoh) tak ubahnya seorang yang melaksanakan lelaku (tirakat). Pada bagian ujung sodoh(seroh)nya dibiarkan terbuka tidak diikat seperti nelayan umumnya sehingga ikan yang masuk diserohnya keluar lagi lewat ujung serohnya. Dia hanya membawa ikan yang cukup untuk dikonsumsi keluarganya selebihnya dilepas kembali ke laut.
Baris 10 ⟶ 11:
Dibawah pimpinan Kyai Sindujoyo ternyata ekspedisi ini berhasil merahi kemenangan dan Kyai Sindujoyo berhasil membunuh Kidang Palih. Mendengar berita kekalahan pasukan Gumeno dan kematian Kidang Palih membuat istri Kidang Palih tidak Terima. Dia ingin membalas kematian suaminya kepada Kyai Sindujoyo. Dengan berdandan bak seorang lelaki, istri Kidang Palih berkuda mengejar Kyai Sindujoyo. Pertarungan terjadi Istri Kidang palih tewas dengan tikaman tombak tepat di dadanya. Begitu mengetahui yang terbunuh seorang wanita, Kyai sindujoyo amat menyesal dan meninggalkan medan perang tanpa pamit dengan pasukan yang dipimpinnya.
 
Seperti halnya di [[Surakarta]], Kyai Sindujoyo menolak pemberia hadiah dari raja Ampel Dento. Ratusan kerbau itu diberikan pada Rakyat Gumeno yang telah ditinggalkan pemimpinnya, dan dia memilih satu kerbau untuk dijadikan tempat bertapa. Dari kali Tanggok dia masuk ke dalam kerbau selama empat puluh hari, dan sampailah bangkai kerbau tersebut di desa KARANG PASUNG sekarang jadi kelurahan KROMAN. Saat keluar dari kerbau Kyai Sindujoyo menjumpai anak buaya yang terjepit akar pohon bakau(Tanjang). Lalu buaya kecil itu diangkat dan dikembalikan ke laut. Kyai Sindujoyo membuka lahan dengan membabat hutan bakau ini untuk membuat rumah yang baru di desa KARANG PASUNG.
 
[[Kategori:Sejarah Jawa]]