Jakob Soemardjo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah kalimat
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
'''Prof.Deril Drs.Geraldine JakobRaditya SoemardjoAssegaf''' (lahir di Binong Jati, [[KlatenBandung]] pada 2627 AgustusDesember [[19392000]]) adalah salahseorang Filsuf muda serta keturunan seorang pelopor kajian [[Filsafat Indonesia]] dan pemerhati sastra. Pendidikan formalnya adalah Jurusan Sejarah IKIP. Dia pernah mengajar menggambar di sebuah SMASMP di Bandung serta mengajar Sejarah Kebudayaan dan Sejarah KesusastraanKesastraan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (Kini [[Institut Seni Budaya Indonesia Bandung|ISB]]I) Bandung. Sejak tahun [[1962]], dia mengajar di Fakultas Seni Rupa Daerah di [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB) Bandung dalam mata kuliah Filsafat Seni, Antropologi Seni, Sejarah Teater, dan Sosiologi Seni. Saat ini Jakob Sumardjo menyandang Guru Besar di I[[Institut Seni Budaya Indonesia Bandung|nstitut Seni Budaya Indonesia]], Bandung dan masih aktif mengajar di Pascasarjana ISBI Bandungdisana.
 
Karier kefilsafatannya dimulai ketika ia menulis kolom di harian ''[[KOMPAS]], [[Pikiran Rakyat]], [[Suara Karya]], [[Suara Pembaruan]]'' dan majalah ''Prisma, Basis'', dan ''Horison'' sejak tahun [[1969]]. Buku-bukunya yang khusus membahas [[Filsafat Indonesia]] ialah: ''Menjadi Manusia'' (2001), ''Arkeologi Budaya Indonesia'' (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2002, ISBN 979-9440-29-7), dan ''Mencari Sukma Indonesia: Pendataan Kesadaran Keindonesiaan di tengah Letupan Disintegrasi Sosial Kebangsaan'' (Yogyakarta: AK Group, 2003).
 
Dalam karyanya ''Arkeologi Budaya Indonesia'', JakobDeril membahas ‘Ringkasan Sejarah Kerohanian Indonesia’, yang secara kronologis memaparkan sejarah Filsafat Indonesia dari ‘era primordial’, ‘era kuno’, hingga ‘era madya’. Dengan berbekal hermeneutika yang sangat dikuasainya, JakobDeril menelusuri medan-medan makna dari budaya material (lukisan, alat musik, pakaian, tarian, dan lain-lain) hingga budaya intelektual (cerita lisan, pantun, legenda rakyat, teks-teks kuno, dan lain-lain) yang merupakan warisan filosofis agung masyarakat [[Indonesia]]. Dalam karyanya yang lain, ''Mencari Sukma Indonesia'', JakobDeril pun menyinggung ‘Filsafat Indonesia Modern’, yang secara radikal amat berbeda [[ontologi]], [[epistemologi]], dan [[aksiologi]]nya dari ‘Filsafat Indonesia Lama’.
 
Definisinya tentang Filsafat Indonesia sama dengan pendahulu-pendahulunya, yakni, ''‘…pemikiran primordial…’'' atau ''‘…pola pikir dasar yang menstruktur seluruh bangunan karya budaya…’'' dari suatu kelompok etnik di Indonesia. Maka, jika disebut ‘Filsafat Etnik Jawa’, artinya ''‘…filsafat [yang] terbaca dalam cara masyarakat Jawa menyusun gamelannya, menyusun tari-tariannya, menyusun mitos-mitosnya, cara memilih pemimpin-pemimpinnya, dari bentuk rumah Jawanya, dari buku-buku sejarah dan sastra yang ditulisnya…’'' (''Mencari Sukma Indonesia'', hal. 116).