Pakuan Pajajaran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syusuf2016 (bicara | kontrib)
birukan ratu sakti. bismillah
k Menambahkan pranala dan beberapa kalimat pelengkap.
Baris 2:
{{kegunaan lain|Pakuan}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Pakuan Pajajaran''' atau '''Pakuan''' ('''Pakwan''') atau '''Pajajaran''' ([[Aksara Sunda Baku]]: {{sund|ᮕᮊᮥᮃᮔ᮪ ᮕᮏᮏᮛᮔ᮪}}) adalah ibu kota (''[https://kamuslengkap.com/kamus/sunda-indonesia/arti-kata/dayeuh Dayeuh]'' dalam bahasa Sunda Kuno) [[Kerajaan Sunda Padjadjaran]] yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di Tatar Pasundan, wilayah barat [[Pulau Jawa]]. Lokasinya berada di wilayah [[Bogor]], [[Jawa Barat]] sekarang. Pada masa lalu, di [[Asia Tenggara]] ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya sehingga Kerajaan Sunda sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.
 
Lokasi Pajajaran pada abad ke-15 dan abad ke-16 dapat dilihat pada peta [[Kolonialisme Portugis di Indonesia|Portugis]] yang menunjukkan lokasinya di wilayah Bogor, Jawa Barat.<ref>{{cite web|title=Portuguese Colonial Dominions in India and the Malay Archipelago – 1498-1580 | url=http://www.themapdatabase.com/category/location/asia/indonesia/}}</ref> Sumber utama sejarah yang mengandung informasi mengenai kehidupan sehari-hari di Pajajaran dari abad ke- 15 sampai awal abad ke- 16 dapat ditemukan dalam naskah kuno ''[[Bujangga Manik]]''. Nama-nama tempat, kebudayaan, dan kebiasaan-kebiasaan masa itu digambarkan terperinci dalam naskah kuno tersebut.<ref name="Noorduyn 2006 437">{{cite book|last =Noorduyn|first =J.|publisher= KITLV Press|title = Three Old Sundanese poems|date =|year =2006|page =437
Baris 57:
Seperti Scipio, Winkler bertolak dari Kedunghalang lewat Parung Angsana (Tanah Baru) lalu ke selatan. Ia melewati jalan besar yang oleh Scipio disebut ''twee lanen'' ("jalan dua lajur"). Hal ini tidak bertentangan Scipio. Winkler menyebutkan jalan tersebut sejajar dengan aliran Ci Liwung lalu membentuk siku-siku. Karena itu ia hanya mencatat satu jalan. Scipio menganggap jalan yang berbelok tajam ini sebagai dua jalan yang bertemu.
Setelah melewati sungai Jambuluwuk (Cibalok) dan melintasi "parit Pakuan yang dalam dan berdinding tegak ("de diepe dwarsgragt van Pakowang") yang tepinya membentang ke arah [[Ci Liwung|Ciliwung]] dan sampai ke jalan menuju arah tenggara 20 menit setelah arca. Sepuluh menit kemudian (pukul 10.54) sampai di lokasi kampung Tajur Agung (waktu itu sudah tidak ada). Satu menit kemudian, ia sampai ke pangkal jalan durian yang panjangnya hanya 2 menit perjalanan dengan berkuda santai.
Bila kembali ke catatan Scipio yang mengatakan bahwa jalan dan lahan antara Parung Angsana dengan Cipaku itu bersih dan di mana-mana penuh dengan pohon buah-buhan, maka dapat disimpulkan bahwa kompleks "Unitex" itu pada zaman Pajajaran merupakan "Kebun Kerajaan". "Tajur" adalah kata Sunda Kuno yang berarti "tanam, tanaman, atau kebun". Tajuragung sama artinya dengan "Kebon Besar" atau Kebun Raya". Sebagai kebun kerajaan, Tajuragung menjadi tempat bercengkerama keluarga kerajaan. Karena itu pula penggal jalan pada bagian ini ditanami pohon durian pada kedua sisinya.