Mahrus Amin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
mendirikan ponpes darunnajah ulujami
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
penambahan kisah pada mendirikan pondok pesantren darunnajah
Baris 26:
[[Doktorandus|Drs.]] [[Kiai|K.]][[Haji|H.]] Mahrus Amin ({{lahirmati|Cirebon, Indonesia|14|2|1940|Jakarta, Indonesia|7|8|2021}})<ref>[https://www.republika.co.id/berita/qxgvck335/pendiri-pondok-darunnajah-kh-mahrus-amin-meninggal-dunia Pendiri Pondok Darunnajah, KH Mahrus Amin Meninggal Dunia]</ref><ref>[https://www.timesindonesia.co.id/read/news/362964/pendiri-dan-pimpinan-ponpes-darunnajah-kh-mahrus-amin-meninggal-dunia Pendiri dan Pimpinan Ponpes KH Mahrus Amin Meninggal Dunia]</ref> adalah Pendiri dan Pimpinan [[Pondok Pesantren Darunnajah]] serta Pondok Pesantren Madinatunnajah.
 
'''== Awal Kehidupan''' ==
 
Mahrus Amin lahir di desa Kalibuntu, Ciledug (sekarang Kalimukti, Pebadilan) Cirebon pada 14 Februari 1940. Kedua orangtuanya asli [[Kota Cirebon|Cirebon]] dan [[Kabupaten Brebes|Brebes]]. Ayahnya, '''Casim Amin''' merupakan warga asli Kalimukti yang keturunan ''kuwu'' (setingkat lurah) dan masih memiliki hubungan darah dengan '''Wirasuta''', salasatu anak cucu ''waliyullah'' '''[[Sunan Gunung Jati|Syarif Hidayatullah]]'''. Sementara ibunya, '''Hj. Jamilah''' berasal dari Losari. Beliau adalah cucu dari Kyai Idris, pemimpin Ponpes Lumpur, di Desa Lumpur, [[Losari, Brebes|Losari]], Brebes.<ref>{{Cite book|last=Setiyono|first=Sri Nanang|last2=Qodir|first2=H. Abdul Haris|date=2008/14 Februari|title=KH. Mahrus Amin Dakwah Melalui Pondok Pesantren: Pengalaman Merintis dan Memimpin Pondok Pesantren Darunnajah|location=Jakarta|publisher=Group DANA|pages=138 + x hal|url-status=live}}</ref>
 
Baris 50 ⟶ 49:
Karena bercita-cita menjadi guru, tentu saja [[SGB]] (Sekolah Guru Bantu) dan SGA (Sekolah Guru Atas) menjadi tujuan Mahrus. Namun saat Orde Baru, sekolah-sekolah ini dihapus. Orangtuanya pun menyarankan Mahrus agar mendaftar ke Pondok Modern [[Gontor, Mlarak, Ponorogo|Gontor]] di Ponorogo. Bersama 7 temannya Mahrus berangkat ke Gontor untuk mengikuti jenjang KMI (Kuliyatul Mualimin Al-Islamiyah) selama 6 tahun. KMI menggabungkan tingkat Tsanawiyah dan Aliyah dalam 1 paket.  Namun dari 7 orang, hanya Mahrus yang berhasil menyelesaikan jenjang KMI.
 
'''== Kehidupan Semasa Mondok''' ==
 
Masa-masa Mahrus menjadi santri diwarnai oleh besarnya pengaruh [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] di Ponorogo. Stereotipe santri sebagai kaum sarungan bersama sentimen politik yang berkembang saat itu, membuat para santri acap “berhadap-hadapan” langsung dengan massa pendukung PKI (Partai Komunis Indonesia) melalui anak organisasinya BTI (Barisan Tani Indonesia). Baik PKI maupun BTI kerap menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kaum santri. Di antaranya dengan upaya pembakaran pagar Ponpes Gontor tahun 1956 dan upaya pembunuhan terhadap Kiai Zuhri, Kiai Ahmad Sahal dan Kiai Imam Zarkasyi yang dapat digagalkan setelah kehadiran pasukan Siliwangi.
 
Baris 66 ⟶ 64:
Amanah itu demikian memberi pengaruh luar biasa ke dalam diri Mahrus. Sejak saat itu, ia bertekad untuk berusaha sekuat tenaga mengisi umur dengan berdakwah lewat dunia pendidikan khususnya pondok pesantren. Semangat itu tak pernah padam yang di kemudian hari melatari ikhtiar Mahrus untuk membangun 1000 pesantren Nusantara.
 
'''== Hijrah ke Ibukota''' ==
 
Selepas lulus dari Gontor, atas saran pamannya, '''Prof. Tohir Abdul Muin''', Guru Besar IAIN Sunan Kalijaga, pada 2 Februari 1961 Mahrus melabuhkan kehidupannya di Jakarta. Di ibukota, Mahrus tinggal di kantor PB Makmur milik '''H. Abdul Manaf Mukhayyar''' yang berlokasi di Palmerah, Jakarta Barat. Mahrus mengenal PB Makmur dari Hasim Munif, rekannya sesama alumni Gontor yang bekerja di PB Makmur.
 
Baris 80 ⟶ 77:
Raudhatul Athfal merupakan lembaga pendidikan setingkat madrasah ''ibtidaiyyah (''SD). Penamaan yang kurang tepat membuat YKMI menyetujui usulan Ustad Aminullah, salahsatu kerabat H. Abdul Manaf, untuk mengganti namanya menjadi Darunnajah (rumah keberhasilan). Oleh Mahrus, penamaan Darunnajah digandengkan dengan “balai pendidikan” menjadi Balai Pendidikan Darunnajah, mengikuti Balai Pendidikan Pondok Modern Gontor.
 
'''== Memimpin Madrasah Darunnajah Petukangan''' ==
 
Pada 1 Agustus 1961, Mahrus mendapat amanah untuk mengurus bidang pendidikan di Balai Pendidikan Darunnajah di Petukangan. Bersama teman-temannya, '''A. Hafizd Dasuki, Ridho Masduki''' dan '''A. Rahim Hidayat''', Mahrus mengembangkan madrasah ini menjadi pesat. Tidak hanya membuka jenjang TK tapi juga membuka Sekolah Dasar dan SLTP.
 
Baris 106 ⟶ 102:
Sementara itu tanah di Ulujami hingga tahun 1972, tak kunjung terjual. Maka di tahun ini pula, rencana pembangunan Ponpes Darunnajah Petukangan diurungkan, dan ikhtiar mendirikan Ponpes di Ulujami kembali digiatkan. Di masa mendatang, perkembangan Darunnajah Ulujami memberi dampak positif bagi perkembangan Madrasah Darunnajah Petukangan. Layaknya saudara kandung, Darunnajah Petukangan semakin populer di masyarakat berkat kurikulumnya yang memadukan pengetahuan agama dan umum.  Pada perkembangannya, di tahun 2005, Madrasah Darunnajah Petukangan berganti nama menjadi '''Madrasah Annajah'''.   
 
'''== Mendirikan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami  '''     ''' ==
Berbekal restu dari H. Abdul Manaf, yang di tahun 1972, telah menjadi mertuanya, Mahrus mulai menyeriusi ikhtiarnya membangun Ponpes di Ulujami. Di awal ikhtiar, hal ini berkendala, karena masyarakat Petukangan tidak ingin wilayahnya kehilangan kesempatan untuk memiliki Ponpes. Namun selepas musyawarah guru di Cibodas, Mahrus bersama istri, '''Suniyati,''' secara diam-diam mulai menetap di perkebunan Ulujami untuk memulai pembangunan Ponpes Darunnajah Ulujami.
 
Berbekal restu dari H. Abdul Manaf, yang di tahun 1972, telah menjadi mertuanya, Mahrus mulai menyeriusi ikhtiarnya membangun Ponpes di Ulujami. Di awal ikhtiar, hal ini berkendala, karena masyarakat Petukangan tidak ingin wilayahnya kehilangan kesempatan untuk memiliki Ponpes. Namun selepas musyawarah guru di Cibodas, Mahrus bersama istri, '''Suniyati,''' secara diam-diam mulai menetap di perkebunan Ulujami untuk memulai pembangunan Ponpes Darunnajah Ulujami.
 
Mengikuti langkah Rasulullah Saw yang membangun masjid saat hijrah ke Madinah, Mahrus pun mengawali pembangunan di Ponpes Darunnajah dengan mendirikan masjid di tahun 1973. Desain masjid dibuat oleh '''Ir. Ery Chayaridipura'''. Bahan materialnya diperoleh dengan melakukan pembuatan swadaya batu bata yang dikoordinir oleh sang ayah, '''Casim Amin'''.
 
Tentu saja tidak cukup dengan batu bata semata, untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan lainnya dan keperluan pesantren secara umum, Mahrus mulai membuka toko bahan bangunan di Kali Raya dan membuat usaha percetakan dan sablon. Juga berjualan ayam dan memasoknya di restoran-restoran sekitar Jakarta. Tahun 1974, masjid pusaka dengan ukuran 11 x 11 meter rampung dibangun.    
 
 
 
Mengikuti langkahLangkah Rasulullah Saw yang membangun masjid saat hijrah ke Madinah, Mahrus pun mengawali pembangunan di Ponpes Darunnajah dengan mendirikan masjid di tahun 1973. Desain masjid dibuat oleh '''Ir. Ery Chayaridipura'''. Bahan materialnya diperoleh dengan melakukan pembuatan swadaya batu bata yang dikoordinir oleh sang ayah, '''Casim Amin'''.
 
Tentu saja tidak cukup dengan batu bata semata, untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan lainnya dan keperluan pendirian pesantren secara umum, awalnya menggunakan harta H. Abdul Manaf. Bersamaan dengan itu, Mahrus mulaijuga membuka toko bahan bangunan di Kali Raya dan membuat usaha percetakan dan sablon., Jugajuga berjualan ayam dan memasoknya di restoran-restoran sekitar restoran Jakarta. Tahun 1974, masjid pusaka dengan ukuran 11 x 11 meter rampung dibangun.  Bangunan  ini terdiri dari 3 bagian. Sisi sayap kanan dan kiri dipakai untuk kelas, kamar depan untuk guru dan karyawan serta ruang tengah untuk pembinaan santri dan salat berjemaah.
 
Pada 1 April 1974, Ponpes Darunnajah Ulujami memulai kegiatan belajar-mengajar dengan 3 orang santri mukim. Seiring berjalannya waktu, santri mukim pun bertambah menjadi 9 orang di tahun 1975 dan menjadi 150 orang di tahun 1978. Mahrus pun mengupayakan pengembangan bangunan fisik dengan bantuan 3 gedung sekolah dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Juga bantuan dari Arab Saudi berupa 2 unit asrama putra sebesar USD 100.000 (Rp. 100.000.000) pada tahun 1979.
 
Pertumbuhan jumlah santri terus terjadi setiap tahunnya. Sejak tahun 1986 hingga kini, jumlah santri selalu di atas 900 orang, bahkan pernah mencapai 2100. Antusiasme yang tinggi terhadap Ponpes Darunnajah, membuat Mahrus mulai mengembangkan Ponpes Darunnajah ke wilayah-wilayah lainnya di Indonesia dengan membuka cabang maupun ponpes binaan. Di antaranya, di Batam, Pekanbaru, Banten, Bengkulu, Gorontalo, Tidore dan Merauke.
 
Di tahun 2008, Ponpes Darunnajah Ulujami telah memiliki 1900 santri mukim untuk tingkat TMI (Tarbiyatul Mualimin wa Mualimat Al-Islamiyah), 11 Ponpes cabang dan puluhan Ponpes binaan di berbagai daerah di penjuru Nusantara.
 
==Riwayat Pendidikan==
Ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat Islam Losari Brebes pada tahun 1954, kemudian melanjutkan pendidikannya ke KMI [[Pondok Modern Darussalam Gontor]] dan lulus pada tahun 1961. Kemudian melanjutkan pendidikan Sarjana Jurusan Ilmu Dakwah di Fakultas Ushuluddin, [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|IAIN Jakarta]] dan lulus pada tahun 1972.
 
 
==Pengalaman Organisasi==
* Merintis dan memimpin Pondok Pesantren Darunnajah