Penis manusia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Bubursumsum (bicara | kontrib)
Aspek budaya: culture aspect .
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 74:
Kebudayaan manusia banyak memberi perhatian terhadap penis. Pada umumnya, penis dianggap merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini tampak pada berbagai kata-kata [[eufemisme]] untuk menyebutnya dalam percakapan sehari-hari. Orang Indonesia sering menyebut "[[burung]]" bagi penis, terutama kepada anak-anak. Kata asli dalam bahasa Indonesia<ref>[[Bahasa Melayu]] dan [[bahasa Jawa]] mengenal kata "kontol".</ref> bahkan dianggap sebagai kata yang tidak pantas disampaikan di muka umum.
 
PenisTitit yang ereksi, dikenal sebagai ''[[phallus]]'', sering kali menjadi perlambang kesuburan. Kebudayaan Indik (yang terpengaruh [[Hinduisme]]) banyak mengadopsi perlambang ini dan diwujudkan dalam figur [[lingga|lingam]] atau lingga. Lingga juga diwujudkan dalam bentuk [[arsitektur|bangunan]] dan [[pahat]]an ([[arsitektur phallik]]), sering kali di[[stilisasi|stilistik]] sehingga tidak tampak jelas.
 
Kebudayaan [[Yunani Kuno]] dan [[Kebudayaan Romawi|Romawi]] mengenal Dewa [[Priapus]], yaitu dewa kesuburan yang digambarkan memiliki penis yang besar. Kepercayaan ini bahkan memasuki beberapa kelompok kultus "[[agama baru]]", sehingga terdapat "gereja" yang khusus dibangun untuk memujanya ([[Gereja St. Priapus]]).<ref>{{Cite book|last=Fritscher|first=Jack|coauthors=Anton Szandor La Vey|title=Popular witchcraft: straight from the witch's mouth|publisher=Popular Press|year=2004|page=161|isbn=978-0-299-20304-7|url=http://books.google.com/?id=OZm3tdWMgbIC&pg=PA161}}</ref>