Paradise Road (film): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
→Plot Synopsis: Perbaikan kesalahan ketik Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
Baris 25:
== Plot Synopsis ==
Diangkat dari kisah nyata, Bruce Beresford bercerita tentang orkestra vokal yang diciptakan seorang perempuan di sebuah kamp [[Jepang]], sebuah cerita klasik tentang para perempuan yang bertahan hidup dari kekejaman melalui ketekunan, kekompakan, solidaritas, dan kreativitas. Film dibuka dengan adegan danca di klub [[kriket]] di [[Singapura]]. Wives dan suaminya, seorang tentara dan [[sosialita]] yang sedang menikmati malam dengan berdansa, persembahan, dan percakapan. Adegan memperlihatkan kebahagiaan tapi kemudian tidak berlanjut karena diketahui, terjadi perang di luar pintu. ''Paradise Road'' dijadikan latar cerita saat [[Perang Dunia II]], dan tentara Jepang menyerang [[Singapura]]. Ketika bom meledak, di sisi kanan luar klub, dapat diketahui bahwa tentara Jepang telah melampaui garis pertahanan. Para wanita dan anak-anak segera berkumpul dan disembunyikan dengan perahu penyelamat. Beberapa jam berlalu, perahu tersebut diledakkan oleh pesawat udara Jepang dan para perempuan
Tiga orang perempuan, Adrienne Pargiter istri petani teh, Rosemary Leighton-Jones seorang model dan Susan Macarthy, seorang perawat asal Australia berenang ke pantai. Tempat mereka mendarat adalah [[Pulau Sumatra]]. Mereka ditemukan oleh seorang perwira Jepang, Kapten Tanaka, dan diantar ke sebuah desa terpencil. Mereka kemudian dibawa ke sebuah penjara di tengah hutan. Tiga perempuan itu bertemu kembali dengan seorang anak dan satu perempuan yang berada di atas perahu. Di kamp penjara, para perempuan dari semua bangsa termasuk Belanda, Inggris, Irlandia, Purtugis, Tiongkok, dan Australia. Mereka berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Ada biarawati, perawat [[sosialita]], dan ibu rumah tangga. Mereka dipaksa untuk kepada para perwira [[Jepang]] dan disuruh hormat bendera. Para wanita itu harus bertahan dalam siksaan. Ada di antaranya yang berpikir positif, itu akan segera berakhir dan suami mereka menjemput. Meskipun demikian, oleh kondisi yang brutal menyebabkan para wanita itu menderita sakit, dan ada sebagian yang meninggal.
|