Pangeran Anglingkusumo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
}}
 
'''Pangeran Anglingkusumo''' atau lengkapnya yakni '''Kanjeng Pangeran Hario H. Anglingkusumo''' (KPH. H. Anglingkusumo) ({{lahirmati|[[Yogyakarta]]|8|1|1944}}) adalah putra dari Sri Paduka KGPAA Paku Alam VIII. Dia adalah memiliki istri bernama Ir. KRAy. Hj. Setianingsih Moerwengdyah Anglingkusumo, S.Pd.,M.Eng. yang juga akrab disapa dengan sebutan Bunda Angling. Dia memiliki 3 orang putri antara lain:
 
Dia memiliki 3 orang putri, yakni:
# RA. Retno Setyoboma Savitri Kusumoputri, S.H.,M.M. MBA Aviation (BRAy. Wasitonagoro).
# RA. Dyah Renggowati Retno Puasa Setyawati Kusumodewi, S.Sos. (BRAy. Satyonagoro).
# RA. Retno Puspita Mandarwati Kusumawardhani, S.E.,M.M. (BRAy. Wiroyudho)
 
Sampai dengan usianyausia yang hingga kini mencapai hampir 71 tahun (lahir 8 Januari 1944)lanjutnya, Kanjeng Pangeran Haryo Haji (KPH. H) Anglingkusumo yang juga akrab disapa dengan Kanjeng Angling sudah menjalani hidup berimbang sejak muda. Untuk menjaga kesehatan fisik, mental dan mengasah sportivitas, Kanjeng Angling – begitu akrab disapa – aktif di bidang olahraga.
 
== Riwayat Hidup ==
Sebagai atlet panahan, Kanjeng Angling pernah menjadi delegasi Indonesia dalam tim Panahan Nasional pada Kejuaran Dunia di Swedia tahun 1965. Pernah juga menjadi pelatih Olahraga Panahan di [[Universitas Negeri Yogyakarta|IKIP]] thun 1983 – 1984. Sampai kini, Kanjeng Angling masih dipercaya sebagai Penasehat [[Persatuan Pemanah Indonesia|Perpani (Persatuan Pemanah Indonesia)]] DIY.
Olahraga Menembak juga pernah ditekuninya. Kanjeng Angling memperoleh penghargaan 20 medali emas, perak dan perunggu dari cabang olahraga Panahan dan menembak tingkat Daerah dan Nasional.
 
Olahraga sepeda juga ditekuninya justru setelah Kanjeng Angling menginjak usia 50 tahun. Bersepeda nbukanbukan hanya sekkedan pengisi waktu di kala libur, melainkan lebih dari itu, juga menawarkan olahraga pembakar lemak yang efektif serta rekreasi.
 
Untuk menyalurkan jiwa seninya, Kanjeng Angling sejak muda aktif sebagai profesional dunia fotografi. Ini terbukti, hampir 20 tahun lamanya sampai dengan tahun 1994, Kanjeng Angling dipercaya sebagai Ketua Himpunan Seni Foto Amatir (HISFA) Yogyakarta. Dan sampai sekarang masih duduk sebagai penasehat.
Baris 37 ⟶ 36:
Banyak hal bisa dilakukan secara bersamaan. Kanjeng memilih berwiraswasta. Sebagai putra seorang Wakil Gubernur pastilah mudah untuk menjadi PNS. Tapi lain dengan kanjeng Angling. Berbisnis sebagai agen Pertamina serta pemborong bangunan dan jasa konstruksi menjadikan Kanjeng Angling berkiprah lebih leluasa.
 
Ketajaman di bidang ajaran luhur Pura Pakualamanpun terus diasahnya. Dalam berbagai tulisannya, Kanjeng Angling menyebutkan, [[Paku Alam V]] adalah peletak dasar intelektualisasi Dinasti Paku Alam yang mendorong putra-putra PA beserta sentana Paku Alam untuk menempuh studi di perguruan yang maju bahkan sampai ke luar negeri. PA V berpandangan bahwa pembentukan intelektual itu merupakan kebutuhan mendesak dan mendasar.
 
Disebutkan Kanjeng Anglingkusumo, dalam alam perjuangan melawan penjajahan Belanda tempo dulu, nama-nama seperti Kusumoyudo, Notosuroto, Notodiningrat dan Soerjopranoto. Bahkan yang paling terkenal dalam pergerakan kebangsaan adalah dari dinasti Pakualaman, yakni Suwardi Soerjaningrat yang lebih dikenal dengan nama [[Ki HajarHadjar Dewantara]].
 
Dua yang terakhir telah mampu menggoncangkan kolonial. Soerjopranoto lewat SI dan Sarikat Buruhnya, sedangkan Ki Hajar lewat [[National Indische Partij|Indische Partij]], Komite Bumi Putera dan Tamansiswa[[Sekolah Taman Siswa|Taman Siswa]] sebagai tempat pergerakannya.
 
Menurut Kanjeng Angling, selain sebagai Pendidik, Sri Paku Alam V juga sebagai seorang ekonom yang membenahi ketidakseimbangan keadaan negeri Pakualaman. Sementara itu, ketokohan Soewardi Soerjoningrat sebagai cucu [[Paku Alam III|Sri Paku Alam III]] tampak nyata sekali pada waktu bersama-sama dengan [[Ernest Douwes Dekker|Douwes Dekker]] dan Cipto[[Tjipto Mangoenkoesoemo|Tjipto Mangunkusumo]] memimpin Indische Partij. Pergerakan ini diam-diam didukung oleh Sri Paku Alam VII. Karena Sri Paku Alam sadar bahwa perjuang itu untuk menumbuhkan semangat kebangsaan bagi seluruh rakyat yang masih terjajah.
 
Kanjeng Anglingkusumo tergerak untuk menekuni dunia pendidikan dikarenakan mengikuti jejak pendahulunya. Pangeran Notodiprodjo, putra Sri Paku Alam V dengan kesadarannya mendirikan Yayasan Beasiswa Darmoworo guna membiayai dan membantu orang-orang Jawa yang ingin melanjurkan studi ke Eropa.