Ilyas Ruhiat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 81:
}}
 
'''[[Kiai]] [[Haji]] Muhammad Ilyas Ruhiat''' ({{lahirmati|Cipasung, [[Cipakat, Singaparna, Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]]|31|1|1934|[[Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]]|18|12|2007}}) adalah seorang ulama besar [[Nahdhatul Ulama]], dan pernah menjabat sebagai Rais Aam [[Nahdlatul Ulama|Pengurus Besar Nahdhatul Ulama]] (1992-1999) dan [[lima ulama kharismatik Jawa Barat]].
 
== Kelahiran ==
Baris 105:
Saat itu pun ia merangkap sebagai Ketua [[Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama]] (IPNU) Jawa barat. Kemudian pada tahun 1985-1989 ia terpilih sebagai Wakil Rois Syuriah NU Jawa Barat.
 
Pada tahun 1989, saat muktamar NU di [[Panggungharjo, Sewon, Bantul|Krapyak]], Ilyas menjadi salah seorang Rois Syuriah Pengurus Besar (PB) NU. Puncaknya, pada tahun 1994, pada muktamar ke-29 NU yang berlangsung di pesantren[[Pondok Pesantren Cipasung|Pesantren Cipasung, Tasikmalaya]], Ilyas terpilih sebagai Rois Am PB NU, mendampingi KH [[Abdurrahman Wahid]] alias Gus Dur sebagai Ketua Umum PB NU.
 
Pada saat muktamar NU di Krapyak KH Ilyas menjadi salah satu anggota Rois Syuriah PBNU. Kemudian sejak Munas dan konferensi besar NU di Bandar Lampung tahun 1992, Ilyas ditunjuk sebagai pelaksana Rois Aam Syuriah NU menggantikan Rois Aam K.H. [[Ahmad Shiddiq]] yang wafat. Kemudian K.H. Ilyas kembali menjadi Rois Aam untuk periode berikutnya 1994-1999.
Baris 113:
Dalam sejarah tatar Sunda, daerah Tasikmalaya dulu dikenal dengan Kebataraan Galunggung (Tempat pembinaan para calon raja atau kesatria). Dalam khazanah budaya Sunda, dikenal adanya tiga pembagian kekuasaan yang setara dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Ketiga lembaga kekuasaan itu menyatu dan saling mendukung. Kekuasaan yang dihormati adalah ''kekuasaan rohaniah'' yang disebut '''resi'''. Kekuasaan kedua disebut '''ratu''', yakni pihak eksekutif yang memerintah ketiga kampung kekuasaan. Dalam bahasa yang lebih primordinal disebut negara. Dan alamat ketiga adalah '''rama''' yang tak lain adalah rakyat, yang lembaganya mengurusi keamanan dan pertahanan ketiga kesatuan tripartit kampung. Dengan demikian, ketiga lembaga memiliki pucuk pimpinan atau jawaranya sendiri-sendiri, yakni ''jawara rohaniah, jawara eksekutif, dan jawara silat''.
 
Sosok kharismatik ajengan Cipasung [[Tasikmalaya]] adalah sosok resi yang telah mensenyawakan dirinya dan mentalitas spiritualitas Islam secara natural dengan mentalitas budaya Sundanya di Cipasung. Dia bernama KH Moh Iyas Ruhiat. Dilahirkjan hari Ahad, 12 Rabiul Awwal 1352 H/31 Januari 1934. Namanya sebagai tafa’ul terhadap tokoh muda pesantren yang tengah naik daun saat itu, KH Muhammad Ilyas, yang pernah menjabat Menteri Agama dalam tiga periode (h. 37). Sejak kecil sampai dewasa, Endang Ilyas (anak kiai diseputar Tasikmalaya lazim dipanggil Endang), dididk oleh orang tuanya sendiri. Ajengan Ruhiat, bapak Endang Ilyas, adalah perintis pesantren Cipasung. Ajengan Ruhiat termasuk pelopor masyarakat Tasimalaya dalam menghadang imperialisme penjajahan Belanda, sehingga pada 17 November 1941 dia ditangkap dan ditahan bersama ulama terkemuka, [[Zainal Mustafa|KH Zainal Musthofa]] di [[Sukamiskin, Arcamanik, Bandung|Penjara Sukamiskin]] dan dibebaskan pada tanggal 10 Januari 1942 (h. 29). Kegigihan sang ayah, sekaligus guru yang paling disegani Endang Ilyas, inilah yang menjadi spirit Ilyas untuk terus belajar secara tekun dan selalu bersikap tegar yang nantinya mampu menjadi modal memperjuangkan masyarakat Cipasung.
 
Kecerdasan dan ketegarannya membuat orang tuanya bangga, sehingga ketika sang Ayah merasa sakitnya parah, Endang Ilyas langsung dibai’at oleh ayahanda sebagai penerus kepemimpinan pesantren Cipasung. Ditangan Moh Ilyas, Cipasung sejak tahun 1980-an sampai sekarang menjadi pesantren besar yang penuh prestasi. Terlebih ketika Ajengan Ilyas terpilih sebagai pelaksana harian Rais Aam PBNU yang ditinggalkan KH Ahmad Siddiq dalam Munas Lampung tahun 1992. Dan kemudian dia terpilih kembali sebagai Rais Aam PBNU dalam Muktamar XXIX tahun 1994 di pesantrennya sendiri, Cipasung. Kesuksesan Ajengan Ilyas menjadi Rais Aam PBNU membuktikan akan teguhnya dia sebagai seorang resi. Dan dia sampai saat ini, adalah satu-satunya orang Sunda yang pernah menduduki posisi Rais Aam. Karena dalam kepemimpinan NU, jabatan Rais Aam selalu diisi orang Jawa. Dan perlu dicatat, Rais Aam bukanlah sekadar jabatan. Yang terpilih (bukan dipilih) adalah mereka yang kharismatik dan benar-benar menjadi panutan ummat. Sebut saja mislanya K.H. [[Hasjim Asy'ari]], K.H. [[Abdul Wahab Hasbullah]], dan K.H. [[Bisri Syansuri]].