'''Kesultanan Demak''' atau '''Kerajaan Demak''' adalah kerajaan [[Islam]] [[Suku Jawa|Jawa]] yang didirikanberdiri pada akhir abad ke-15 di [[Kabupaten Demak|Demak]]. Demak sebelumnya menjadi kadipaten yang tunduk pada [[Majapahit]] (yang saat itu sudah mengalami kemunduran) untuk beberapa tahun sebelum hubungan merenggang dan akhirnya melepaskan diri pada perempat akhir abad ke-15.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=39}} Menurut cerita tradisional Jawa, kerajaan ini didirikan oleh [[Raden Patah]], anak raja [[Majapahit]] yang terakhir dan seorang putri raja dari negeri Tiongkok.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=39}} Setelah runtuhnya Majapahit, [[Wali Songo]] menempatkan Raden Patah sebuah pemerintahan dan memberinya gelar ''Panembahan Jimbun''.{{Sfn|Raffles|1817|p=143}}
Kesultanan ini memainkan peran penting dalam keruntuhankejatuhan Majapahit dan [[Penyebaran Islam di Nusantara#Jawa Tengah dan Jawa Timur|penyebaran Islam di Jawa]].{{Sfn|Ooi|2004|p=864}} Sepanjang setengah awal abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan [[Trenggana]]. Pada masanya, Demak melakukan banyak penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di [[Jawa|Pulau Jawa]] hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh oleh [[Islam]].{{Sfn|Ricklefs|2008|p=39}} Salah satu pelabuhan yang ditaklukkan Demak adalah [[Sunda Kelapa]], yang pada waktu itu berada dalam kekuasaan [[Kerajaan Sunda|Kesultanan Sunda]]. Hubungan aliansinya dengan [[Imperium Portugal]] sejak tahun 1511 menjadi ancaman bagi Demak. Pada Tahun 1527, pasukan dari Demak dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]] yang dipimpin oleh [[Fatahillah]] melancarkan serangan ke Sunda Kelapa. Serangan itu sukses sehingga Portugal dikalahkan dan Sunda mundur ke pedalaman. Fatahillah kemudian mengganti nama pelabuhan tersebut menjadi [[Jayakarta]].{{Sfn|Ooi|2004|p=410}}▼
Menurut cerita tradisional Jawa, kerajaan ini didirikan oleh [[Raden Patah]], anak raja [[Majapahit]] yang terakhir dan seorang putri raja dari Tiongkok.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=39}} Setelah jatuhnya Majapahit, [[Wali Songo]] menempatkan Raden Patah sebuah pemerintahan dan memberinya gelar ''Panembahan Jimbun''.{{Sfn|Raffles|1817|p=143}}
Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran ketika Trenggana terbunuh dalam perang melawan [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]] pada tahun 1546. [[Sunan Prawoto|Sunan Prawata]] kemudian naik takhta menggantikannya, tetapi dibunuh pada tahun 1547 oleh suruhan [[Arya Panangsang]], Adipati [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]] yang ingin menjadi raja Demak.{{Sfn|Raffles|1817|pp=153-154}} Perang perebutan takhta segera terjadi dan berakhir dengan dibunuhnya Arya Penangsang oleh [[Hadiwijaya dari Pajang|Joko Tingkir]], Adipati [[Pajang, Laweyan, Surakarta|Pajang]] saat itu, sebagai hukuman. Joko Tingkir kemudian memindahkan kekuasaan Demak ke [[Kesultanan Pajang|Pajang]], dimana ia mendirikan kerajaan baru di tempatnya yang bernama [[Kesultanan Pajang]].{{Sfn|De Graaf|1976|p=9}}{{Sfn|Ooi|2004|p=410}}▼
▲Kesultanan ini memainkan peran penting dalam keruntuhan Majapahit dan [[Penyebaran Islam di Nusantara#Jawa Tengah dan Jawa Timur|penyebaran Islam di Jawa]].{{Sfn|Ooi|2004|p=864}} Sepanjang setengah awal abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan [[Trenggana]]. Pada masanya, Demak melakukan banyak penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di [[Jawa|Pulau Jawa]] hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh oleh [[Islam]].{{Sfn|Ricklefs|2008|p=39}} Salah satu pelabuhan yang ditaklukkan Demak adalah [[Sunda Kelapa]], yang pada waktu itu berada dalam kekuasaan [[Kerajaan Sunda|Kesultanan Sunda]]. Hubungan aliansinya dengan [[Imperium Portugal]] sejak tahun 1511 menjadi ancaman bagi Demak. Pada Tahun 1527, pasukan dari Demak dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]] yang dipimpin oleh [[Fatahillah]] melancarkan serangan ke Sunda Kelapa. Serangan itu sukses sehingga Portugal dikalahkan dan Sunda mundur ke pedalaman. Fatahillah kemudian mengganti nama pelabuhan tersebut menjadi [[Jayakarta]].{{Sfn|Ooi|2004|p=410}}
▲Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran ketika Trenggana terbunuh dalam perang melawan [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]] pada tahun 1546. [[Sunan Prawoto|Sunan Prawata]] kemudian naik takhta menggantikannya, tetapi dibunuh pada tahun 1547 oleh suruhan [[Arya Panangsang]], Adipati [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]] yang ingin menjadi raja Demak.{{Sfn|Raffles|1817|pp=153-154}} Perang perebutan takhta segera terjadi dan berakhir dengan dibunuhnya Arya Penangsang oleh [[Hadiwijaya dari Pajang|Joko Tingkir]], Adipati [[Pajang, Laweyan, Surakarta|Pajang]] saat itu, sebagai hukuman. Joko Tingkir kemudian memindahkan kekuasaan Demak ke [[Kesultanan Pajang|Pajang]], dimana ia mendirikan kerajaan baru di tempatnya yang bernama [[Kesultanan Pajang]].{{Sfn|De Graaf|1976|p=9}}{{Sfn|Ooi|2004|p=410}}