Kegemukan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aranmaan!! (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 8 books for Wikipedia:Pemastian (20210913sim)) #IABot (v2.0.8.1) (GreenC bot
Baris 78:
Komplikasi dapat secara langsung disebabkan oleh kegemukan, atau secara tidak langsung berhubungan dengan mekanisme yang juga menyebabkan kegemukan, seperti asupan diet yang tidak sehat atau akibat [[gaya hidup kurang bergerak]]. Terdapat variasi kekuatan hubungan antara kegemukan dengan penyakit tertentu. Salah satu hubungan yang paling kuat adalah dengan [[diabetes tipe 2]]. Kelebihan lemak tubuh merupakan penyebab 64% kasus diabetes pada pria dan 77% pada wanita.<ref>Seidell 2005 p.9</ref>
 
Konsekuensi kesehatan yang terjadi dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu: konsekuensi akibat meningkatnya massa lemak (misalnya [[osteoartritis]], [[apnea tidur obstruktif]], stigma sosial) dan konsekuensi yang akibat meningkatnya jumlah [[sel lemak]] ([[diabetes mellitus|diabetes]], [[kanker]], [[penyakit kardiovaskular]], [[penyakit perlemakan hati non-alkoholik]]).<ref name=HaslamJames/><ref name=Bray2004>{{cite journal |author=Bray GA |title=Medical consequences of obesity |journal=J. Clin. Endocrinol. Metab. |volume=89 |issue=6 |pages=2583–9 |year=2004 |pmid=15181027|doi=10.1210/jc.2004-0535}}</ref> Peningkatan lemak tubuh mengubah respon tubuh terhadap insulin sehingga berpotensi menyebabkan [[penolakan insulin]]. Peningkatan lemak juga mengakibatkan [[inflamasi|kondisi proinflamasi]],<ref>{{cite journal|author=Shoelson SE, Herrero L, Naaz A |title=Obesity, inflammation, and insulin resistance |url=https://archive.org/details/sim_gastroenterology_2007-05_132_6/page/2169 |journal=Gastroenterology|volume=132 |issue=6 |pages=2169–80 |year=2007 |month=May |pmid=17498510|doi=10.1053/j.gastro.2007.03.059}}</ref><ref>{{cite journal |author=Shoelson SE, Lee J, Goldfine AB|title=Inflammation and insulin resistance |journal=J. Clin. Invest. |volume=116 |issue=7 |pages=1793–801 |year=2006|month=July |pmid=16823477 |pmc=1483173 |doi=10.1172/JCI29069 |url=http://www.jci.org/articles/view/29069}}</ref> dan kondisi [[trombosis|protrombosis]].<ref name=Bray2004/><ref>{{cite journal |author=Dentali F, Squizzato A, Ageno W|title=The metabolic syndrome as a risk factor for venous and arterial thrombosis |journal=Semin. Thromb. Hemost.|volume=35 |issue=5 |pages=451–7 |year=2009 |month=July |pmid=19739035 |doi=10.1055/s-0029-1234140}}</ref>
 
{| class="wikitable"
Baris 159:
* [[inkontinensia]]<ref>{{cite journal |author=Hunskaar S |title=A systematic review of overweight and obesity as risk factors and targets for clinical intervention for urinary incontinence in women |journal=Neurourol. Urodyn.|volume=27 |issue=8 |pages=749–57 |year=2008 |pmid=18951445 |doi=10.1002/nau.20635 |url=}}</ref>
* [[gagal ginjal kronis]]<ref>{{cite journal |author=Ejerblad E, Fored CM, Lindblad P, Fryzek J, McLaughlin JK, Nyrén O |title=Obesity and risk for chronic renal failure |journal=J. Am. Soc. Nephrol. |volume=17 |issue=6 |pages=1695–702|year=2006 |pmid=16641153 |doi=10.1681/ASN.2005060638}}</ref>
* [[hipogonadisme]]<ref>{{cite journal |author=Makhsida N, Shah J, Yan G, Fisch H, Shabsigh R |title=Hypogonadism and metabolic syndrome: Implications for testosterone therapy |url=https://archive.org/details/sim_journal-of-urology_2005-09_174_3/page/827 |journal=J. Urol. |volume=174 |issue=3 |pages=827–34|year=2005 |month=September |pmid=16093964 |doi=10.1097/01.ju.0000169490.78443.59}}</ref>
* [[penis terbenam]]<ref name="pmid19935302">{{cite journal |author=Pestana IA, Greenfield JM, Walsh M, Donatucci CF, Erdmann D |title=Management of "buried" penis in adulthood: an overview |journal=Plast. Reconstr. Surg. |volume=124|issue=4 |pages=1186–95 |year=2009 |month=October |pmid=19935302 |doi=10.1097/PRS.0b013e3181b5a37f}}</ref>
|}
Baris 166:
Meskipun dampak negatif kegemukan terhadap kesehatan pada populasi umum ditunjang oleh bukti yang kuat, namun kesehatan subgrup tertentu tampaknya lebih baik bila angka IMT-nya lebih besar. Fenomena ini dikenal sebagai paradoks kesintasan kegemukan.<ref name=Schmidt2007>{{cite journal |author=Schmidt DS, Salahudeen AK |title=Obesity-survival paradox-still a controversy? |journal=Semin Dial |volume=20 |issue=6 |pages=486–92 |year=2007 |pmid=17991192|doi=10.1111/j.1525-139X.2007.00349.x}}</ref> Paradoks tersebut pertama kali dikemukakan tahun 1999 pada kelompok pasien gizi lebih dan kegemukan yang menjalani hemodialisis,<ref name=Schmidt2007/> yang kemudian ditemukan juga pada pasien dengan [[gagal jantung]] dan [[penyakit vaskular perifer|penyakit arteri perifer]] (PAT).<ref name=paradox2003>{{cite journal |author=|title=Behavioral counseling in primary care to promote a healthy diet: recommendations and rationale |journal=Am Fam Physician |volume=67 |issue=12 |pages=2573–6 |year=2003 |month=June |pmid=12825847 |doi= |author1= U.S. Preventive Services Task Force }}</ref>
 
Pasien gagal jantung dengan IMT antara 30,0 dan 34,9 menunjukkan angka kematian yang lebih rendah dibandingkan pasien dengan berat badan normal. Hal ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa berat badan seseorang akan semakin turun seiring dengan bertambah beratnya penyakit.<ref>{{cite journal |author=Habbu A, Lakkis NM, Dokainish H |title=The obesity paradox: Fact or fiction?|journal=Am. J. Cardiol. |volume=98 |issue=7 |pages=944–8 |year=2006 |month=October |pmid=16996880|doi=10.1016/j.amjcard.2006.04.039}}</ref> Hal serupa juga telah ditemukan pada jenis penyakit jantung yang lain. Pasien dengan kegemukan kelas I yang mempunyai penyakit jantung tidak lebih cepat berkembang menjadi gangguan jantung lanjut dibandingkan pasien dengan berat badan normal yang mempunyai penyakit jantung. Meskipun demikian, pada pasien dengan tingkat kegemukan yang lebih berat, risiko gangguan jantung lanjut akan meningkat.<ref>{{cite journal |author=Romero-Corral A |title=Association of bodyweight with total mortality and with cardiovascular events in coronary artery disease: A systematic review of cohort studies |journal=Lancet |volume=368|issue=9536 |pages=666–78 |year=2006 |pmid=16920472 |doi=10.1016/S0140-6736(06)69251-9 |author-separator=,|author2=Montori VM |author3=Somers VK |display-authors=3 |last4=Korinek |first4=Josef |last5=Thomas |first5=Randal J|last6=Allison |first6=Thomas G |last7=Mookadam |first7=Farouk |last8=Lopez-Jimenez|first8=Francisco}}</ref><ref>{{cite journal |author=Oreopoulos A, Padwal R, Kalantar-Zadeh K, Fonarow GC, Norris CM, McAlister FA |title=Body mass index and mortality in heart failure: A meta-analysis |journal=Am. Heart J. |volume=156|issue=1 |pages=13–22 |year=2008 |month=July |pmid=18585492 |doi=10.1016/j.ahj.2008.02.014 |url=}}</ref> Meskipun telah dilakukan [[operasi jantung bypass]], peningkatan angka kematian pada kelompok dengan berat badan lebih dan kegemukan tetap tidak ditemukan .<ref>{{cite journal |author=Oreopoulos A, Padwal R, Norris CM, Mullen JC, Pretorius V, Kalantar-Zadeh K|title=Effect of obesity on short- and long-term mortality postcoronary revascularization: A meta-analysis|journal=Obesity (Silver Spring) |volume=16 |issue=2 |pages=442–50 |year=2008 |month=February |pmid=18239657|doi=10.1038/oby.2007.36}}</ref> Sebuah studi menunjukkan bahwa kesintasan yang lebih baik tersebut mungkin disebabkan oleh pengobatan pasien kegemukan yang lebih agresif setelah terjadinya serangan jantung.<ref>{{cite journal| author=Diercks DB | title=The obesity paradox in non-ST-segment elevation acute coronary syndromes: Results from the Can Rapid risk stratification of Unstable angina patients Suppress ADverse outcomes with Early implementation of the American College of Cardiology/American Heart Association Guidelines Quality Improvement Initiative | url=https://archive.org/details/sim_american-heart-journal_2006-07_152_1/page/140 | journal=Am Heart J | year=2006 | month=July | volume=152 |issue=1 | pages=140–8 | pmid=16824844 | doi=10.1016/j.ahj.2005.09.024| author-separator=,| author2=Roe MT|author3=Mulgund J| display-authors=3| last4=Pollack| first4=Charles V.| last5=Kirk| first5=J. Douglas| last6=Gibler|first6=W. Brian| last7=Ohman| first7=E. Magnus| last8=Smith| first8=Sidney C.| last9=Boden| first9=William E.}}</ref> Studi lain menunjukkan bahwa bila [[penyakit paru obstruktif kronik]] (PPOK) juga ditemukan pada pasien dengan penyakit arteri perifer maka kegemukan tidak lagi menjadi kondisi yang menguntungkan.<ref name=paradox2003/>
 
== Penyebab ==
Baris 212:
=== Genetika ===
[[Berkas:La monstrua desnuda (1680), de Juan Carreño de Miranda..jpg|jmpl|lurus|alt=Sebuah lukisan perempuan muda gemuk telanjang dengan rambut gelap dan pipi bersemu merah muda yang bersandar ke meja. Dia memegang anggur dan daun anggur di tangan kiri sehingga menutupi kemaluannya.|Sebuah lukisan pada 1680 karya [[Juan Carreno de Miranda]] terhadap seorang gadis yang diperkirakan menderita [[Sindrom Prader-Willi]]<ref>{{cite web |url=http://www.esst.org/newsletter2000.htm |title=Case Study: Cataplexy and SOREMPs Without Excessive Daytime Sleepiness in Prader Willi Syndrome. Is This the Beginning of Narcolepsy in a Five Year Old?|author=Mary Jones|publisher=European Society of Sleep Technologists|accessdate=April 6, 2009}}</ref>]]
Seperti sejumlah kondisi medis lainnya, kegemukan merupakan hasil perpaduan antara faktor genetik dan faktor lingkungan.[[Polimorfisme (biologi)|Polimorfisme]] pada berbagai [[gen]] yang mengontrol [[nafsu makan]] dan [[metabolisme]] merupakan predisposisi terjadinya kegemukan apabila terdapat energi makanan yang cukup. Pada 2006 lebih dari 41 situs ini telah ditautkan dengan terjadinya kegemukan apabila terdapat lingkungan yang sesuai.<ref>{{cite journal |author=Poirier P |title=Obesity and cardiovascular disease: pathophysiology, evaluation, and effect of weight loss |journal=Arterioscler. Thromb. Vasc. Biol. |volume=26 |issue=5 |pages=968–76 |year=2006 |month=May |pmid=16627822 |doi=10.1161/01.ATV.0000216787.85457.f3|url= https://archive.org/details/sim_arteriosclerosis-thrombosis-and-vascular-biology_2006-05_26_5/page/968|author-separator=, |author2=Giles TD |author3=Bray GA |display-authors=3 |last4=Hong |first4=Y |last5=Stern|first5=JS |last6=Pi-Sunyer |first6=FX |last7=Eckel |first7=RH}}</ref> Seseorang yang memiliki dua rangkap [[gen FTO]] (gen yang berhubungan dengan massa lemak dan kegemukan) telah ditemukan rata-rata mempunyai berat lebih banyak 3–4&nbsp;kg dan berisiko mengalami kegemukan 1,67- kali lebih besar dibandingkan seseorang yang tanpa risiko [[alel]].<ref>{{cite journal |author=Loos RJ, Bouchard C |title=FTO: the first gene contributing to common forms of human obesity |journal=Obes Rev |volume=9 |issue=3 |pages=246–50|year=2008 |month=May |pmid=18373508 |doi=10.1111/j.1467-789X.2008.00481.x |url=}}</ref> Persentasi populasi kegemukan yang disebabkan oleh faktor genetik cukup bervariasi, bergantung pada populasi yang diperiksa, dan berkisar antara 6% hingga 85%.<ref>{{cite journal|author=Yang W, Kelly T, He J |title=Genetic epidemiology of obesity |journal=Epidemiol Rev |volume=29 |issue=|pages=49–61 |year=2007 |pmid=17566051 |doi=10.1093/epirev/mxm004}}</ref>
 
Kegemukan merupakan gambaran utama pada beberapa sindrom, misalnya [[Sindrom Prader-Willi]], [[Sindrom Bardet-Biedl]], [[Sindrom Cohen]], dan [[Sindrom MOMO]]. (Istilah "kegemukan tanpa sindrom" kadang-kadang dipakai sebagai pengecualian terhadap kondisi tersebut.)<ref name="pmid19506576">{{cite journal |author=Walley AJ, Asher JE, Froguel P |title=The genetic contribution to non-syndromic human obesity |journal=Nat. Rev. Genet. |volume= 10|issue= 7|pages= 431–42|year=2009|month=June |pmid=19506576 |doi=10.1038/nrg2594 |url=}}</ref> Pada orang dengan kegemukan berat dini (didefinisikan dengan onset sebelum usia 10 &nbsp;tahun dan indeks masa tubuh lebih dari tiga [[standar deviasi]] di atas normal), sejumlah 7% mempunyai mutasi DNA satu titik.<ref>{{cite journal |author=Farooqi S, O'Rahilly S |title=Genetics of obesity in humans|journal=Endocr. Rev. |volume=27 |issue=7 |pages=710–18 |year=2006 |month=December |pmid=17122358|doi=10.1210/er.2006-0040 |url=http://edrv.endojournals.org/cgi/content/full/27/7/710}}</ref>
Baris 218:
Studi yang berfokus pada pola keturunan dibandingkan gen spesifik telah menemukan bahwa 80% keturunan dari dua orang tua yang kegemukan juga mengalami kegemukan [[kegemukan parental|orang tua yang kegemukan]], sangat kontras dengan hanya kurang dari 10% keturunan dari dua orang tua dengan berat badan normal.<ref>{{cite book|author=Kolata,Gina|title=Rethinking thin: The new science of weight loss&nbsp;– and the myths and realities of dieting|publisher=Picador|location=|year=2007|page=122|isbn=0-312-42785-9}}</ref>
 
[[Hipotesis gen thrifty]] mengemukakan dalil bahwa karena kelangkaan bahan makanan selama masa evolusi manusia, orang menjadi rentan terhadap kegemukan. Kemampuan mereka untuk mengambil kesempatan pada masa kelimpahan yang jarang terjadi, dengan menyimpan energi berupa lemak akan menjadi keuntungan selama masa ketersediaan makanan yang tidak menentu, dan individu dengan timbunan lemak lebih banyak akan lebih mampu bertahan hidup[[kelaparan]]. Kecenderungan untuk menyimpan lemak, bagaimanapun, akan menjadi suatu penyesuaian yang salah pada masyarakat dengan pasokan makanan yang stabil.<ref>{{cite journal |author=Chakravarthy MV, Booth FW |title=Eating, exercise, and "thrifty" genotypes: Connecting the dots toward an evolutionary understanding of modern chronic diseases |url=https://archive.org/details/sim_journal-of-applied-physiology_2004-01_96_1/page/3 |journal=J. Appl. Physiol.|volume=96 |issue=1 |pages=3–10 |year=2004 |pmid=14660491 |doi=10.1152/japplphysiol.00757.2003}}</ref> Teori ini telah mendapat berbagai kritik dan teori berbasis evolusi lainnya seperti [[hipotesis gen drifty]] dan teori [[fenotip thrifty|hipotesis fenotip thrifty]] juga telah diajukan.<ref>{{cite doi|10.1038/ijo.2009.175}}</ref><ref>{{cite doi|10.1002/ajhb.21100}}</ref>
 
=== Penyakit lain ===
Penyakit fisik dan mental tertentu dan obat-obatan yang digunakan untuk menanganinya dapat meningkatkan risiko kegemukan. Penyakit medis yang dapat meningkatkan risiko kegemukan mencakup beberapa sindrom genetik yang langka (diuraikan di atas) dan juga beberapa kelainan atau kondisi bawaan: [[hipotiroidisme]], [[Sindrom Cushing]], [[defisiensi hormon pertumbuhan]],<ref>{{cite journal |author=Rosén T, Bosaeus I, Tölli J, Lindstedt G, Bengtsson BA |title=Increased body fat mass and decreased extracellular fluid volume in adults with growth hormone deficiency |url=https://archive.org/details/sim_clinical-endocrinology_1993-01_38_1/page/63 |journal=Clin. Endocrinol. (Oxf) |volume=38 |issue=1 |pages=63–71 |year=1993 |pmid=8435887| doi = 10.1111/j.1365-2265.1993.tb00974.x}}</ref> dan [[gangguan makan]]: [[gangguan makan berupa ngemil berlebihan]] dan [[sindrom makan malam hari]].<ref name=HaslamJames/> Meskipun demikian, kegemukan tidak dianggap sebagai kelainan psikiatri, sehingga tidak terdaftar dalam [[Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders|DSM-IVR]] sebagai penyakit psikiatri.<ref>{{cite journal |author=Zametkin AJ, Zoon CK, Klein HW, Munson S |title=Psychiatric aspects of child and adolescent obesity: a review of the past 10 years |journal=J Am Acad Child Adolesc Psychiatry |volume=43 |issue=2 |pages=134–50 |year=2004 |month=February |pmid=14726719|doi=10.1097/00004583-200402000-00008}}</ref> Risiko kelebihan berat badan dan kegemukan lebih tinggi pada pasien dengan kelainan psikiatrik dibandingkan dengan seseorang tanpa kelainan psikiatrik.<ref>{{cite journal | author=Chiles C, van Wattum PJ |title=Psychiatric aspects of the obesity crisis | journal=Psychiatr Times | year=2010 | volume=27 | issue=4 |pages=47–51}}</ref>
 
Pengobatan tertentu dapat menyebabkan naiknya berat badan atau perubahan pada [[komposisi tubuh]]; yang mencakup [[insulin]], [[sulfonilurea]], [[thiazolidinedione]], [[antipsikotik atipikal]], [[antidepresan]],[[glukokortikoid|steroid]], [[antikonvulsan]] tertentu, ([[fenitoin]] dan [[valproat]]), [[pizotifen]], dan beberapa bentuk [[kontrasepsi hormonal]].<ref name=HaslamJames/>
Baris 228:
Walaupun pengaruh genetik penting untuk pemahaman tentang kegemukan, namun tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi lonjakan dramatis di negera-negara tertentu maupun secara global.<ref>{{cite journal |author=Yach D, Stuckler D, Brownell KD |title=Epidemiologic and economic consequences of the global epidemics of obesity and diabetes |journal=Nat. Med. |volume=12 |issue=1|pages=62–6 |year=2006 |month=January |pmid=16397571 |doi=10.1038/nm0106-62 |url=}}</ref> Meskipun dapat diterima bahwa konsumsi energi yang melebihi kebutuhan energi menyebabkan terjadinya kegemukan pada tingkat individu, penyebab pergeseran kedua faktor ini pada tingkat masyarakat masih diperdebatkan. Terdapat sejumlah teori tentang penyebabnya tetapi sebagian besar percaya bahwa hal ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor.
 
Korelasi antara [[kelas sosial]] dan BMI sangat bervariasi. Suatu tinjauan pada 1989 menemukan bahwa di negara maju, perempuan dari kelas sosial tinggi jarang menjadi gemuk. Tidak terlihat perbedaan yang bermakna pada laki-laki dengan kelas sosial yang berbeda. Di negara berkembang, perempuan, laki-laki, dan anak-anak dari kelas sosial tinggi mempunyai tingkat kegemukan yang lebih besar.<ref>{{cite journal |author=Sobal J, Stunkard AJ |title=Socioeconomic status and obesity: A review of the literature |url=https://archive.org/details/sim_psychological-bulletin_1989-03_105_2/page/260 |journal=Psychol Bull |volume=105 |issue=2 |pages=260–75 |year=1989 |month=March |pmid=2648443|doi=10.1037/0033-2909.105.2.260}}</ref> Tinjauan yang lebih baru dilakukan pada 2007 dan menemukan hubungan yang sama, tetapi lebih lemah. Melemahnya hubungan korelasi ini mungkin disebabkan karena efek [[globalisasi]].<ref name=McLaren2007>{{cite journal |author=McLaren L |title=Socioeconomic status and obesity |journal=Epidemiol Rev|volume=29 |issue= |pages=29–48 |year=2007 |pmid=17478442 |doi=10.1093/epirev/mxm001}}</ref> Di negara maju, tingkat kegemukan pada orang dewasa, persentasi remaja yang kelebihan berat badan, berkorelasi dengan [[ketidakseimbangan ekonomi|ketidakseimbangan pendapatan]]. Hubungan yang serupa terlihat di antara negara bagian di AS: lebih banyak orang dewasa, bahkan dari kelas sosial tinggi, menderita kegemukan pada negara bagian yang tidak seimbang.<ref name="spirit">{{cite book|title=[[The Spirit Level: Why More Equal Societies Almost Always Do Better]]|last1=Wilkinson|first1=Richard|authorlink1=Richard G. Wilkinson|last2=Pickett|first2=Kate|publisher=Allen Lane|location=London|isbn=978-1-84614-039-6|year=2009|pages=91–101|url=http://www.equalitytrust.org.uk/why/evidence/obesity}}</ref>
 
Banyak penjelasan yang dikemukakan tentang hubungan antara BMI dan kelas sosial. Diperkirakan di negara maju, yang kaya lebih mampu untuk membeli makanan bergizi, mereka berada di bawah tekanan sosial untuk tetap langsing, dan mempunyai lebih banyak kesempatan dan juga harapan untuk [[kebugaran fisis]]. Di [[negara belum maju]] kemampuan untuk membeli makanan, kebutuhan energi tinggi karena pekerjaan fisis, dan nilai budaya yang menyukai badan berukuran besar, dipercaya memberikan kontribusi pada pola yang terlihat.<ref name=McLaren2007/> Sikap seseorang terhadap massa tubuhnya juga memainkan peran yang penting dalam terjadinya kegemukan. Suatu korelasi terhadap perubahan IMT sejalan dengan waktu telah ditemukan di antara teman, saudara, dan pasangan.<ref>{{cite journal |author=Christakis NA, [[James H. Fowler|Fowler JH]] |title=The Spread of Obesity in a Large Social Network over 32 Years |journal= New England Journal of Medicine|volume=357 |issue=4|pages=370–379 |year=2007 |pmid=17652652 |doi=10.1056/NEJMsa066082}}</ref> Stres dan pandangan tentang status sosial yang rendah juga meningkatkan risiko kegemukan.<ref name="spirit" /><ref>{{cite journal|author=Bjornstop P|title=Do stress reactions cause abdominal obesity and comorbidities?|journal=Obesity Reviews|volume=2|issue=2|pages=73–86|year=2001|doi=10.1046/j.1467-789x.2001.00027.x|pmid=12119665}}</ref><ref>{{cite journal|author=Goodman E, Adler NE, Daniels SR, Morrison JA, Slap GB, Dolan LM|title=Impact of objective and subjective social status on obesity in a biracial cohort of adolescents|journal=Obesity Reviews|volume=11|issue=8|pages=1018–26|year=2003|pmid=12917508|doi=10.1038/oby.2003.140}}</ref>
Baris 364:
;References
{{Refbegin|30em}}
* {{cite journal | doi = 10.1079/BJN2002739 | last1 = Bhargava | first1 = Alok | last2 = Guthrie | first2 = J. | year = 2002 | title = Unhealthy eating habits, physical exercise and macronutrient intakes are predictors of anthropometric indicators in the Women's Health Trial: Feasibility Study in Minority Populations | url = https://archive.org/details/sim_british-journal-of-nutrition_2002-12_88_6/page/719| journal = British Journal of Nutrition | volume = 88 | issue = 6| pages = 719–728 | pmid = 12493094 }}
* {{cite journal | last1 = Bhargava | first1 = Alok | year = 2006 | title = Fiber intakes and anthropometric measures are predictors of circulating hormone, triglyceride, and cholesterol concentration in the Women's Health Trial | url =| journal = Journal of Nutrition | volume = 136 | issue = 8| pages = 2249–2254 | pmid = 16857849 }}
* Jebb S. and Wells J. Mengukur komposisi tubuh pada orang dewasa dan anak-anak Dalam:{{cite book|author=Peter G. Kopelman, Ian D. Caterson, Michael J. Stock, William H. Dietz|title=Clinical obesity in adults and children: In Adults and Children|publisher=Blackwell Publishing|location=|year=2005|pages=[https://archive.org/details/clinicalobesityi02edunse/page/12 12]–28|isbn=1-4051-1672-2|url=https://archive.org/details/clinicalobesityi02edunse}}