Ignatius Sandyawan Sumardi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 16:
Selepas SMP, atas pilihannya sendiri, Sandyawan kemudian meneruskan pelajarannya ke [[Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan|Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius]], Mertoyudan, Magelang. Setelah lulus dari [[Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan|Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius]], Mertoyudan, Magelang, ia pun memutuskan untuk masuk kuliah ke [[Seminari|Seminari Tinggi]] di Yogyakarta.
Atas kegiatannya menyertai mereka yang dimarjinalkan, Pastor [[Yesuit]] yang ditahbiskan pada tahun 1988 ini, sering berhadapan dengan aparat keamanan. Ia pernah ditahan di Kodim Jakarta Timur, dilempar kursi oleh aparat saat membantu masyarakat di daerah Pedongkelan, Jakarta yang digusur dan rumah-rumahnya dibakar. Ketika berada di Yogyakarta, ia pun aktif membina para tukang becak serta membantu biarawan dan budayawan [[
== Aktivitas dan Kegiatan ==
* '''
Interaksi Sandyawan dengan kehidupan masyarakat kecil semakin kongkrit saat ia menjalani masa pendidikan [[Seminari|Seminari Tinggi]] di Yogyakarta, pada pertengahan tahun 1980-an. Setiap kali masa liburan perkuliahan datang, ia selalu minta ijin kepada Pastor Provinsial Serikat/Ordo [[Yesuit]], untuk mendapatkan tugas mendalami kehidupan kaum miskin, yang tersisih dari proses pembangunan di negeri ini. Caranya cukup unik, yaitu dengan menyamar dan berbaur sehingga kelompok sasarannya sama sekali tidak mengetahui statusnya sebagai seorang biarawan.
Baris 26:
Sandyawan juga pernah menyamar dan berbaur dengan para buruh pabrik di kawasan Jakarta Timur, seperti Cibubur, Ciracas, dan Cijantung. Penyamarannya yang paling lama yakni dua bulan lebih adalah bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik susu di kawasan Cijantung. Selama menyamar dan berbaur inilah ia banyak berbicara dan bertukar-pikiran dengan para buruh tentang masalah-masalah perburuhan yang mereka hadapi.
Di sela-sela masa perkuliahan jurusan Teologi pada [[Seminari|Seminari Tinggi]] di Yogyakarta itulah, Sandyawan pernah menjadi koordinator perkampungan sosial di Pingit, Yogyakarta. Di sini ia mendampingi para keluarga gelandangan yang biasa berkeliaran di kawasan Malioboro. Bersama beberapa temannya, Sandyawan juga pernah membantu Romo [[
* '''1988'''
Baris 32:
* '''1989'''
Setahun setelah ditahbiskan, Sandyawan pun bergabung dengan [[Institut Sosial Jakarta]] (ISJ). LSM yang didirikan pada tahun 1985 oleh beberapa
Kaum pemulung dan anak-anak jalanan merupakan kelompok sasaran yang diutamakan oleh Romo
Sandyawan juga pernah berurusan dengan aparat keamanan, yaitu saat maraknya pembersihan becak di akhir era 1980-an. Bahkan, ia sempat ditahan beberapa hari di Kodim Jakarta Timur, karena dituduh mengkoordinasi aksi perlawanan para tukang becak di Jakarta. Selama dua hari dua malam ia dimintai keterangan
* '''1991'''
Pendampingan dan pembelaan terhadap kaum pinggiran itu kerap kali mengundang resiko. Ia dan para aktivis ISJ lainnya sering berurusan dengan aparat keamanan, akibat 'ulah' kaum pinggiran yang pernah dibantunya.
* '''1996'''
Keterlibatan Sandyawan dalam pembelaan dan penegakan
Pada 1996 Romo Sandy bersama kakaknya Benny Sumardi, juga pernah ditangkap dan disidang dengan tuduhan membantu gerakan [[Partai Rakyat Demokratik]] (PRD).
|