Seru Padu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
←Mengosongkan halaman
Tag: Mengosongkan VisualEditor
Baris 1:
Seru Padu merupakan sebuah upacara adat yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat suku Lamagohang di [[Kalike, Solor Selatan, Flores Timur|Desa Kalike]], kecamatan [[Solor Selatan, Flores Timur|Solor Selatan]], Kabupaten Flores Timur pada saat sesudah masa panen. Upacara Seru Padu ini dilaksanakan sebagai tanda terima kasih kepada Lera Wulan Tana Ekan (Penguasa langit dan bumi) atas segala sesuatu yang telah diberikan-Nya, khususnya hasil jerih payah masyarakat di bidang pertanian maupun perkebunan dan juga sebagai ucapan terima kasih atas kesehatan bagi orang-orang yang merawat tanaman tersebut.
 
Berdasarkan asal suku kata, Seru Padu terdapat dua suku kata yakni kata ''Seru'' dan ''Padu'', dimana Seru berarti Bakar dan Padu berarti Damar.
 
Makna yang terkandung dari arti Seru Padu juga sangat unik, yang mana Damar yang dibakar melambangkan cahaya, dimana masyarakat suku Lamagohang percaya bahwa cahaya itu dapat memberikan harapan baru untuk hasil panen berikutnya. Ritual Seru Padu disebut juga ritual '''Wu’un Lolon''', dimana Wu’un berarti baru dan lolon berarti teratas, tertua atau pertama, yang dapat disimpulkan bahwa ''Wu’un Lolon/Seru Padu'' merupakan ritual adat syukuran atas hasil panen yang baru.
 
Ritual ini biasa dilaksanakan pada bulan kelima (perhitungan bulan purnama raya menurut tafsiran tua-tua adat). waktu itu panen hasil kebun yang tercepat misalnya padi, jewawut, jagung solor yang sudah dipanen. Tanaman mewakili piaraan yang digunakan dalam Serumonial sebagai hasil panen baru adalah jewawut. Jewawut dipilih karena memiliki makna dan cerita tersendiri menurut sejarah nenek moyang mereka. Selain itu, tanaman ini biar tidak ditanam tetapi bisa tumbuh sendiri.
 
Upacara Seru Padu merupakan budaya asli masyarakat Desa Kalike dimana memiliki tujuan utama yakni tujuan religius, karena tujuan tersebut berkaitan dengan penyembahan dan penghormatan terhadap Tuhan Sang Pencipta (Lera Wulan Tana Ekan), roh leluhur (kewoko kelite ), dan roh alam (Nuba Nara), yang diyakini sebagai kekuatan spiritual utama yang sangat menentukan keberadaan dan kebertahanan hidup mereka sebagai manusia dan masyarakat.
 
 
Artikel ini sudah tanyang di [https://solor-news.com Solor News] kunjungi artikel dan baca lebih lengkap.