Genjer-Genjer: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 110.137.37.176 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Gervant of Shiganshina
Tag: Pengembalian
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Untuk|tanaman sawah bernama sama|Genjer}}{{Infobox song|name=Genjer-Genjer|type=song|artist=[[Muhammad Arief]]|language=Jawa/[[Bahasa Osing|Osing]]|genre=[[Angklung Khas Osing|Angklung Caruk]] Banyuwangian|writer=Muhammad Arief}}
"'''Genjer-Genjer'''" adalah [[musik populer|lagu populer]] ber[[bahasa Osing]] yang diciptakan oleh seniman asal [[Banyuwangi]], [[Muhammad Arief]], pada tahun 1940-an.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/71812578|title=Tidak bebas berekspresi : kisah tentang represi dan kooptasi kebebasan berekspresi|date=[2005?]|publisher=Institut Studi Arus Informasi|others=Saptono, Irawan.|isbn=979-8933-50-8|location=Jakarta|oclc=71812578}}</ref>
 
== Latar belakang penciptaan lagu ==
[[Berkas:Limnocharis flava HabitusFlower BotGardBln0906.jpg|jmpl|ka|180px|Tanaman ''[[Genjer]]''.]]
 
Pada sekitar tahun 1942, berkembang lagu angklung Banyuwangian yang terkenal berjudul “Genjer-Genjer”. Syair lagu ini diciptakan oleh M. Arif, seorang seniman pemukul alat instrumen [[Angklung Khas Osing|angklung]]. Berdasarkan keterangan teman sejawat almarhum Arif, lagu Genjer-Genjer itu diangkat dari lagu dolanan yang berjudul “Tong Alak Gentak”.<ref>{{Cite web|url=https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/143617/mati-sunyi-pencipta-genjer-genjer|title=Mati Sunyi pencipta Genjer-genjer|last=Tempomedia|date=2013-09-30|website=Tempo|language=en|access-date=2020-02-15}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/878531994|title=Lekra dan geger 1965.|others=Kepustakaan Populer Gramedia,|isbn=978-979-9106-73-5|edition=Cetakan pertama|location=Jakarta|oclc=878531994}}</ref> Lagu rakyat yang hidup di Banyuwangi itu, kemudian diberi syair baru seperti dalam lagu genjer-genjer.
 
Syair lagu Genjer-Genjer dimaksudkan sebagai sindiran atas [[masa pendudukan Jepang]] ke Indonesia. Pada saat itu, kondisi rakyat semakin sengsara dibanding sebelumnya. Bahkan ‘[[genjer]]’ (''Limnocharis flava'') tanaman gulma yang tumbuh di rawa-rawa sebelumnya dikonsumsi itik, namun menjadi santapan yang lezat akibat tidak mampu membeli daging. Menurut Suripan Sadi Hutomo (1990: 10), upaya yang dilakukan M. Arif sesuai dengan fungsi Sastra Lisan, yaitu sebagai kritik sosial, menyindir penguasa, dan alat perjuangan.