Global Mediacom: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
EEIHAJL (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 48:
Memang, pada masa sebelum HT masuk, Bimantara merupakan salah satu perusahaan yang menjadi obligor terbesar [[Badan Penyeharan Perbankan Nasional|BPPN]] senilai Rp 3,24 triliun, namun cabangnya terlalu banyak. Setelah HT masuk, pada saat itulah Bimantara melakukan "perampingan" dan menyederhanakan fokusnya pada beberapa perusahaan saja, terutama media. Misalnya, pada 14 April 2001, Bimantara melepaskan saham di [[Danapaint|PT Danapaints Indonesia]], sebuah perusahaan [[cat]] senilai Rp 41 miliar. Lalu saham di PT Bimagraha Telekomindo dijual pada [[Indosat]] senilai US$ 55,8 juta, saham di PT Samudra Petrindo Asia dijual senilai Rp 36,5 miliar serta saham di PT Bimantara Graha Insurance Brokers dijual senilai Rp 10 juta.<ref name="ekonomipolitik">[https://books.google.co.id/books?id=cbt1DwAAQBAJ&pg=PA24&dq=bimantara+BPPN&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi2jKu_yrTuAhUCcCsKHTdgCN0Q6AEwAnoECAkQAg#v=onepage&q=bimantara&f=false Ekonomi Politik Media Penyiaran]</ref><ref name=TVJakarta/> Selain itu, perusahaan yang bergerak di bidang [[aviasi]] seperti [[Cardig Air]] dan [[Jasa Angkasa Semesta]] dilepas. Sebenarnya, upaya divestasi ini sudah dilakukan di masa Bambang masih menjadi pemilik saham utama, misalnya pada 2000 Bimantara melepas PT Polychem Lindo, PT Aqualindo Mitra Industri, PT Bimantara Cakra Nusa, [[Plaza Indonesia|PT Plaza Indonesia Realty]], [[Nestle|PT Nestle Indonesia]] (ke Nestle) dan PT Citramobil Nasional (ke [[Hyundai]]). Anak perusahaan Bimantara yang di [[Singapura]], Van der Horst Ltd dan Osprey Maritim juga dilepas. Penjualan perusahaan Bimantara ini digunakan dalam rangka untuk merestrukturisasi perusahaan dan membayar hutang ke BPPN.<ref name=ekonomipolitik/><ref>[https://books.google.co.id/books?id=4DjjAAAAMAAJ&q=bimantara+lepas+saham&dq=bimantara+lepas+saham&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwia6o3TzbTuAhUylEsFHbIXC8gQ6AEwAnoECAAQAg Gamma, Volume 2,Masalah 33-40]</ref> Namun, di bawah HT divestasi dipercepat pada perusahaan yang tidak berhubungan dengan media, sedangkan investasi/akuisisi di perusahaan media seperti [[MetroTV]] (dilepas pada 2003), [[GTV (Indonesia)|Global TV]] (sejak 2001), [[MNCTV|TPI]] (sejak 2003), [[MNC Vision|Indovision]], [[MNC Trijaya FM|Radio Trijaya]], serta telekomunikasi seperti [[Smartfren Telecom|Mobile-8 Telecom]] berusaha ditingkatkan.<ref>[https://swa.co.id/swa/listed-articles/mengapa-orang-masih-mengira-yang-laintanya]</ref>
 
Menurut HT, ketika ia masuk Bimantara, ia ditawari langsung oleh Bambang untuk membeli sahamnya sebesar 25%. HT menyatakan ia langsung membeli saham itu dengan dana sendiri dan ia menyesuaikan dengan situasi di mana Bimantara masih memiliki [[kapitalisasi pasar]] yang rendah. Ketika terlibat dalam pengelolaan Bimantara itulah ia tertarik dengan anak perusahaan Bimantara RCTI dan industri media [[penyiaran]]. RCTI memang dibanding perusahaan lain paling berperan memberikan untung, dengan pada 2002 40% pendapatannya berasal dari TV ini.<ref>[https://edukasi.kompas.com/read/2013/03/10/18500131/hary.tanoe.bantah.kekayaannya.warisan.keluarga.cendana Hary Tanoe Bantah Kekayaannya Warisan Keluarga Cendana]</ref><ref>[https://swa.co.id/swa/listed-articles/mengapa-orang-masih-mengira-yang-laintanya Mengapa Orang Masih Mengira yang Lain?]</ref> Seiring waktu, kemudian kepemilikan Bimantara (yang kemudian berganti menjadi Global Mediacom) menjadi berada di bawah pengendalian HT sedangkan saham Bambang Tri (lewat PT Asriland) semakin merosot. Walaupun awalnya sempat bertahan sampai tahun 2012 lewat saham sekitar 10-14%, saham Bambang (PT Asriland) akhirnya lenyap pada awal 2012, yang diperkuat dengan mundurnya Bambang Tri dan Mohammad Tachril Sapi'ie dari jajaran manajemen Global Mediacom pada akhir April 2012. Sejak saat itu, saham Global Mediacom berada sepenuhnya di bawah kepemilikan HT, bahkan saat ini sudah mencapai 55%. Walaupun demikian, HT masih mempertahankan beberapa "orang lama" di Global Mediacom seperti [[Rosano Barack]]. Pada intinya, pengendalian atas Bimantara/Global Mediacom telah berganti sejak 2001-2003 dari Bambang ke HT, dan Global Mediacom (dahulu Bimantara) telah mengadakan perampingan bisnis, sehingga bisnisnya hanya tersisa media dan telekomunikasi, sampai saat ini.
 
== Komposisi kepemilikan saham ==