Persengketaan Kepulauan Tiaoyutai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perubahan dalam melengkapi kosakata dan pencarian.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Perubahan dalam melengkapi kosakata dan pencarian.
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 8:
}}
 
'''Persengketaan [[Kepulauan Pinnacle|Kepulauan Senkaku]]''' merujuk pada persengketaan teritorial terhadap sekelompok [[pulau gurun|pulau tak berpenghuni]] yang dikenal sebagai [[Kepulauan Senkaku]] di [[Jepang]], Diaoyu di [[Republik Rakyat Tiongkok]] (RRT),<ref name="name cnn">{{cite news|last=Ogura|first=Junko|title=Japanese party urges Google to drop Chinese name for disputed islands|url=http://articles.cnn.com/2010-10-14/world/japan.google.disputed.islands_1_diaoyu-islands-chinese-fishing-captain-senkaku-islands?_s=PM:WORLD|newspaper=CNN World|date=14 October 2010|agency=CNN|location=US|access-date=2014-08-23|archive-date=2012-10-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20121004161611/http://articles.cnn.com/2010-10-14/world/japan.google.disputed.islands_1_diaoyu-islands-chinese-fishing-captain-senkaku-islands?_s=PM%3AWORLD|dead-url=yes}}</ref> dan Kepulauan Tiaoyutai di [[Republik Tiongkok]] (Taiwan).<ref>{{cite news|url=http://kristof.blogs.nytimes.com/2010/09/10/look-out-for-the-diaoyu-islands/|title=Look Out for the Diaoyu Islands|last=Kristof|first=Nicholas|date=10 September 2010|work=New York Times|accessdate=15 August 2012}}</ref> Pada tahun [[1885]], Jepang mengambil alih kepulauan itu. Sementara Beijing mengklaim bahwa [[Kepulauan Senkaku]] merupakan bagian wilayah Tiongkok sejak [[Dinasti Ming]] (1368-1644).<ref>http://www.dw.de/sengketa-kepulauan-antara-cina-jepang-memanas/a-16241803</ref>
 
[[Perdana Menteri Jepang]] [[Yoshihiko Noda]], Selasa (20/11/2012) sore dalam pertemuan dengan [[Barack Obama|Presiden Obama]] di KTT ASEAN jelas-jelas dan resmi untuk ke sekian kali mengajak [[Tiongkok|China]] ke [[Mahkamah Internasional|mahkamah internasional]] guna memecahkan permasalahan sengketa pulau Senkaku milik Jepang yang oleh China dianggap miliknya. [[Barack Obama|Obama]] pun menyambut dengan baik usulan tersebut. Meskipun demikian untuk kesekian kalinya [[Tiongkok|China]] terus menerus menolak ajakan tersebut dan menganggap tidak perlu ke [[Mahkamah Internasional|mahkamah internasional]] karena pulau itu jelas-jelas milik [[Tiongkok|China]] dan direbut oleh [[Jepang]].
 
Itulah sebabnya Pertengahan September lalu  muncul unjuk rasa [[anti-Jepang]] di [[Tiongkok|China]], terus menerus lebih dari 10 hari. Sedikitnya 125.000 partisipan unjuk rasa bahkan menjadi kerusuhan anti [[Jepang]] terbesar, turun ke jalan umum di lebih 100 kota di [[Tiongkok|China]]. Mereka merusak berbagai tempat serta barang yang berbau [[Jepang]]. Saking takutnya [[Uniqlo]], peritel fashion terbesar [[Jepang]], menuliskan pada kaca depannya, “pulau Senkaku milik [[Tiongkok|China]]”, agar toko [[Jepang]] itu tidak dirusak para pengunjuk rasa.
 
Kerusuhan terbesar anti [[Jepang]] di [[Tiongkok|China]] itu, mengakibatkan beberapa [[orang Jepang]] cedera bahkan diperkirakan ada yang meninggal setelah dipukuli para perusuh tersebut. Sebuah [[Konsulat Jepang]] diserbu masuk para perusuh dan dirusak. [[Perdana Menteri Jepang|PM Jepang]] [[Yoshihiko Noda]] pun saat itu membentuk tim khusus darurat untuk memonitor keamanan [[warga Jepang]] di [[Tiongkok|Cina]].
 
Di [[Shibuya, Tokyo|Shibuya Tokyo]],  [[Duta Besar Jepang untuk China]], [[Shinichi Nishimiya]], yang baru dilantik 11 September lalu, dua hari kemudian, 13 September langsung jatuh sakit dan 16 September meninggal dunia. Komentar [[pemerintah Jepang]], “Tidak ada hubungannya dengan kerusuhan anti [[Jepang]] di [[Tiongkok|China]].” Tetapi rumor yang beredar di [[Jepang]], [[Duta besar|dubes]] tersebut dibunuh, entah bagaimana caranya, oleh [[Bangsa China|orang China]] yang ada di [[Jepang]], karena dubes baru itu diketahui tidak pro-[[Tiongkok|China]]. Sedangkan [[Duta besar|Dubes]] [[Jepang]] sebelumnya sangatlah pro-China.
 
Begitu parah dan ribut sekali hubungan kedua negara ini sejak minggu kedua September. Bahkan 18 September ([[Insiden Mukden|Insiden Mukden 1931]]), pada peringatan penjajahan Jepang atas China (masuk lewat [[Manchuria|Machuria]]), unjuk rasa menjadi hampir 200.000 orang di China. Bahkan sekitar 100 kapal China mendekati kepulauan Senkaku, dicegat ketat oleh puluhan kapal patroli Jepang, “Kita perlu meningkatkan kekuatan pasukan bela diri Jepang kalau sudah melihat ketegangan ini,” ungkap [[mantan Seretaris Kabinet Machimura]] saat kampanye di [[Tokyo]] 18 September lalu.
 
Survei [[Tokyo Broadcasting System Television|TBS TV]] (Tokyo) yang dilakukan di China belum lama ini menghasilan jawaban bahwa sekitar 55 persen masyarakat China yakin siap dan akan berperang dengan Jepang karena marah sekali. Sedangkan masyarakat Jepang hanya sekitar 5 persen yang menyatakan adanya kemungkinan perang dengan China. Jadi orang Jepang justru melihat China sebagai rasa “kasihan” dan “cool” tidak ada rasa marah apalagi ingin perang terhadap China. Perasaan Heiwa, artinya damai.
 
Mengapa kerusuhan anti Jepang meledak di China? Selasa 11 September pemerintah Jepang menandatangani kesepakatan dengan pemilik 3 pulau Senkaku, [[keluarga Kurihara]], membeli pulau itu dengan harga 2,05 miliar [[yen]].
 
“Pembelian pulau itu untuk memastikan keamanan navigasi perairan di sekitarnya dan akan mengelola dengan stabil serta aman bagi sekelilingnya,” komentar Menlu Jepang [[Kōichirō Genba|Koichiro Gemba]]
 
Kepulauan Senkaku terdiri dari lima pulau. Dua pulau telah dimiliki pemerintah Jepang yaitu pulau  Diaoyu dan pulau [[Tiaoyutai]]. Sedangkan 3 pulau lain dimiliki perorangan Jepang, [[Mr. Kurihara]], yaitu [[pulau Uotsuri Usland]], [[pulau Kitakojima]] dan [[pulau  Minamikojima]], yang disewanya bertahun-tahun.
 
Sejak beberapa tahun belakangan ini kepulauan Senkaku memanas kembali, diperebutkan oleh China, mengaku milik mereka, terutama setelah terungkap ada [[sumber daya alam]] yang sangat berharga.
 
"Kegiatan unjuk rasa anti Jepang di China yang tidak masuk akal sekarang ini dipastikan akan meningkatkan ketegangan dan krisis kedua negara seperti yang diharapkan mungkin oleh kelompok kanan Jepang,” ungkap [[Liu Jiangyong]], Wakil Dekan [[Institute of Modern International Relations]] di [[Universitas Tsinghua Beijing]].
 
Sejarah Pulau Senkaku
 
Coba kita lihat sejarah sejenak. Pulau Senkaku semula adalah pulau tak bertuan sampai dengan akhir tahun 1894, tak ada penghuninya dan semua orang tak ada yang melirik, tak ada yang tertarik kepada pulau tersebut. Lalu Jepang menganggap sebagai pulau miliknya.
 
Pada jaman [[restorasi Meiji]] tepatnya tahun 1885, pemerintah Jepang melakukan survei yang hasilnya, pulau tersebut tidak ada pemiliknya. Saat itu, Menteri Dalam Negeri Jepang, [[Aritomo Yamagata]], mengajukan permintaan resmi agar pulau dimasukkan ke Jepang.
 
Tanggal 14 Januari 1895, Jepang mengumumkan secara resmi memiliki pulau tersebut pada saat perang Cina-Jepang dan kemenangan pada tentara Jepang atas China. Hal itu terjadi tiga bulan sebelum penandatanganan [[Pakta Shimonoseki]], pakta perdamaian penghentian perang dan pengakuan Cina kalah terhadap Jepang. Lalu Jepang membuat tanda di [[Kubajima (pulau Kuba)]] dan [[Uotsurijima (pulau Uotsuri)]] sebagai tanda pulau tersebut milik Jepang. Keputusan politik itu baru terungkap tahun 1950.
 
Kepulauan Senkaku yang terdiri dari lima pulau dengan luas keseluruhan tujuh kilometer persegi terdiri dari [[pulau Uotsuri (Diaoyu Dao), pulau Taisho (Chiwei Yu),  Kubajima (Huangwei Yu), pulau Kita Kojima (Bei Xiaodao) dan pulai Minami Kojima (Nan Xiaodao)]].
 
Pemerintah Jepang sejak tahun 1930 memperkenankan swasta, keluarga Jepang bernama [[Tatsuhiro Koga]], membeli dan mengelola pulau tersebut dan membayar pajak kepada pemerintah Jepang setiap tahun. Saat ini uang pajak dari pulau itu sekitar 24 juta [[yen]] setahun.
 
Koga membuat usaha (perikanan) Katsuobushi di pulau tersebut sehingga jumlah penduduk menjadi sekitar 200 orang. Setelah [[Perang Dunia II|perang dunia]] kedua berakhir, pulau itu yang menjadi bagian dari [[Prefektur Okinawa|Okinawa]], diambil pihak [[Amerika Serikat]]. Lalu tahun 1971 Okinawa termasuk pula pulau Senkaku dikembalikan kepada Jepang. Kepemilikan berganti dari keluarga Koga tahun 1970-an dibeli [[keluarga Kurihara]] hingga kini.
 
[[Perserikatan Bangsa-Bangsa|Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)]] tahun 1969 mengumumkan bahwa di kepulauan Senkaku banyak sumber alam mineral dengan nilai sekitar satu triliun [[Dolar Amerika Serikat|dolar AS]] kalau dikelola dengan baik. Gara-gara pengumuman PBB tersebutlah, pulau yang tak tertarik bagi siapa pun, kecuali Jepang, akhirnya jadi perhatian dunia terutama [[Tiongkok|China]] yang langsung ingin merebut balik sampai detik ini kepulauan Senkaku. Ternyata inti persoalan adalah kekayaan alam tersebut
 
Sidang Keamanan PBB tanggal 20 Mei 1972 memutuskan [[Amerika Serikat]] mengembalikan [[Prefektur Okinawa|Okinawa]] termasuk pulau Senkaku (China menyebut pulau Diaoyu) kepada [[Jepang]]. Sejak lepas dari [[Amerika Serikat|Amerika]], hingga kini banyak kasus terjadi persengketaan antara China dan Jepang. China tak mengakui kepulauan Senkaku milik Jepang. Persengketaan internasional tak terhindari, muncul  penembakan kapal laut antar kedua negara berulang kali.
 
Senin, 16 April 2012, [[Gubernur Tokyo]], [[Shintaro Ishihara]], 79, mengumumkan pada konferensi persnya di Washington bahwa pemda Tokyo akan membeli pulau Senkaku milik keluarga Kurihara. Hal ini membuat [[Tiongkok|China]] meledak marah. Ishihara berhasil mengumpulkan uang sumbangan rela dari masyarakat Jepang dalam empat bulan terakhir ini sebanyak 1,45 miliar yen. Tapi akhirnya persoalan diambil alih pemerintah pusat Jepang dan 11 September menandatangani jual beli kontrak dengan Kurihara.
 
Bukti Kuat Jepang
 
Jepang memiliki bukti-bukti kuat kepemilikan kepulauan Senkaku. Setelah kasus tenggelamnya sebuah kapal milik China tahun 1920, sebuah surat resmi tertanggal 20 Mei 1921, dikirimkan oleh Konsul Cina di Nagasaki, Feng Mien, kepada pemerintah Jepang bahwa atas nama Pemerintah China, dia mengakui kepulauan Senkaku sebagai bagian dari Jepang dengan merujuk penulisan kata-kata “Senkaku Islands, Yaeyama District, Okinawa Prefecture, the Empire of Japan".  Surat resmi itu bisa dilihat di Museum Yaeyama, di Okinawa, Jepang.
 
Bukti kedua, koran harian China, The People's Daily, yang jelas merupakan organ Komite Pusat Partai Komunis China (CPC), pada tahun 1953, beberapa kali pernah menuliskan bahwa kepulauan Senkaku merupakan bagian dari kekuasaan Jepang.
 
Bukti ketiga, sejak tahun 1895 hingga tahun 1940, sudah ada pabrik Katsuobushi (pengelupasan/penyerutan ikan) milik orang Jepang. Tahun 1978 kelompok nasional Jepang, Nihonseinensha membangun Mercusuar di pulau Uotsuri Jima. Kemudian Japan Coast Guard (Pasukan Perairan Jepang) mulai mengambil alih penjagaan atas pulau tersebut.
 
Bukti lain, sebuah buku geografi yang diterbitkan pemerintah Taiwan tahun 1970 dengan sangat jelas memperlihatkan bahwa kepulauan Senkaku adalah milik kekuasaan Jepang.
 
Mantan Presiden Republic of China, Lee Teng-hui, seperti dikutip koran Taipei Times tanggal 6 September 2009, mengatakan bahwa kepulauan Senkaku dianggap sebagai bagian dari Okinawa.
 
Informasi kepemilikan kepulauan Senkaku itulah yang sangat kurang dipublikasikan Jepang ke berbagai negara, sehingga banyak negara tidak tahu permasalahan utamanya. Kelemahan diplomatik Jepang, khususnya mengenai informasi kepulauan Senkaku kepada masyarakat internasional, dimanfaatkan pemerintah China dengan baik dan sangat meyakinkan terutama kepada masyarakatnya bahwa kepulauan itu milik China.
 
Hal baru yang muncul, mungkin kurang diperhitungkan pemerintah China, adalah kepemilikan internet oleh lebih dari 500 juta masyarakat China, membuat satu info ajakan unjuk rasa, pada saat yang sama menyebar ke berbagai pelosok China, sehingga sedikitnya 57 kota di China, terpicu ajakan unjuk rasa. Hal ini membuat mereka serentak turun ke jalanan umum, membuat kegiatan anti-Jepang semakin merebak luas dan cepat di China. Apalagi setelah kedua pimpinan utamanya berkomentar.
 
Presiden, Hu Jintao, mengomentari, “Pembelian Diaoyu adalah ilegal dan cacat hukum dan China menentang tegas hal tersebut.” Ditambah lagi komentar PM Cina, Wen Jiabao, “Tidak ada konsesi apa pun soal kepulauan Diaoyu karena menyangkut kedaulatan negara China.”
 
Langsung saja masyarakat China tersulut api semakin panas, serentak turun ke jalan setelah membaca dari internet. Pemerintah China kaget, terbukti tidak siap menerjunkan polisi dan pihak keamanannya pada waktunya untuk mencegah gerakan anti Jepang yang meluas cepat, bahkan menjadi huru-hara, perusakan, dan kemungkinan juga terjadi korban pembunuhan oleh perusuh, seperti kejadian di Jakarta Mei 1998 lalu.
 
Kerusuhan ini tidak bisa dianggap ringan. Bukan tidak mungkin emosi anti-Jepang menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Apalagi belum lama, bulan Agustus lalu terjadi unjuk rasa di depan kedutaan Jepang di Jakarta, akibat masalah PHK dan Serikat Buruh di sebuah perusahaan Jepang yang ada di Semarang. Kita berdoa saja agar perasaan anti Jepang tidak masuk ke Indonesia seperti kejadian Malari 1972.
 
Guna memecahkan persoalan perasaan anti-Jepang ini sebenarnya perlu sensitivitas kedua pihak. Keduanya perlu melakukan diplomasi yang lebih baik lagi. Pihak China pun perlu bersabar, menahan diri berkomentar. Bukan malah memanaskan rakyatnya.
 
Sedangkan pihak Jepang harus lebih agresif lagi mendekati China, mencari solusi bersama masalah ini, karena berbagai “pipa” kedua negara selama ini cukup banyak, pasti bisa di solusikan berama.
 
Upaya terakhir tentu kerelaan kedua negara mau membawa masalah kepulauan Senkaku ke Mahkamah Internasional (MI). Pihak Jepang bersedia membawa ke MI, tetapi pihak China berkeberatan karena yakin penuh kepulauan Senkaku milik China.
 
Tanpa upaya jalan tengah MI rasanya masalah ini sampai kapan pun tak akan selesai. Kerawanan dan ketidaknyamanan akan berdampak ke negara sekitar. Mungkin perlu masa cooling down bersama agar semua pihak menjauhkan diri dari kegiatan yang dapat memancing kemarahan kedua pihak. Bukan malah emosi balas dendam seperti dilakukan dua laki-laki Jepang yang sengaja mendarat di pulau Senkaku dan segera ditangkap pihak kepolisian laut Jepang.
 
Bisa dibayangkan, apabila hubungan kedua negara semakin kacau, 22.000 perusahaan Jepang di China akan kabur, 9,2 miliar pekerja China di perusahaan Jepang tak bekerja lagi, dan sedikitnya 5,9 miliar USD pajak perusahaan Jepang di China tak dapat masuk kas negara China lagi. Tidak ada yang untung dari ketegangan ini. Sentimen anti Jepang atau anti China berkembang di banyak negara.
 
Sementara itu Pemimpin Redaksi suratkabar Keizai Shinpo, Masatomo Takahashi di Tokyo khusus kepada Tribunnews.com mengatakan bahwa pulau itu jelas milik Jepang.
 
“Dulu pulau ini tidak diketahui dan tidak ada yang melirik sama sekali. Warga Jepang sudah ada di sana mengelola berbagai kegiatan usaha. Lalu saat diketahui ada sumber alam yang menarik belakangan ini, China mulai mengklaim hak kepemilikan,” kata Takahashi.
 
China sebenarnya harus berterima kasih kepada Jepang dengan bantuan ekonomi di masa lalu sehingga ekonomi Cina jadi hidup seperti sekarang, “Mudah-mudahan saja China bersedia menyelesaikan di mahkamah internasional sehingga cepat berakhir masalah ini.”
 
Pengusaha Jepang lain, [[CEO Trend Japan Co.Ltd, Ryuji Kitagawa]] juga berpendapat sama bahwa Senkaku adalah sepenuhnya milik [[Jepang]], “Saya bingung masalah Senkaku ini ini malah jadi meluas ke mana-mana, padahal jelas milik [[Jepang]],” katanya.
 
Menurutnya, [[Tiongkok|China]] harus menghormati [[hukum internasional]] seperti perdagangan bebas yang telah diatur [[internasional]], permasalahan dua negara baiknya diselesaikan di [[Mahkamah Internasional|mahkamah internasional]], bukan dengan ngotot maunya sendiri menyatakan miliknya. Biar lembaga internasional yang memutuskan.
 
”[[Tiongkok|China]] meremehkan kekuatan [[teknologi Jepang]]. [[Embargo]] yang dilakukan terhadap [[Jepang]] menghentikan pengiriman bahan baku tertentu, tidak berpengaruh besar. Bahkan kini dengan kemajuan teknologi [[Jepang]] menemukan sendiri bahan dasar pengganti yang lain. Lalu kapan-kapal [[Tiongkok|Cina]] menabrakkan dirinya ke kapal petugas penjaga laut [[Jepang]] di sekitar Senkaku. Semua itu jelas memalukan sekali di mata [[internasional]],” tekannya lagi.
 
Memang permasalahan dua negara ini sebenarnya mudah diselesaikan, tapi upaya [[Tiongkok|China]] selalu menolak maju ke [[Mahkamah Internasional|mahkamah internasional]] membuat masalah ini tak pernah selesai.
 
== Referensi ==