Pattimura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
 
:''Untuk Kapitan Pattimura sebagai nama kapal laut TNI dengan nomor lambung 371, lihat [[KRI Kapitan Patimura]]''
{{Expert}}
[[Berkas:Pattimura 2.jpg|thumb|Kapitan Pattimura<br />(sumber: [http://foto-foto.com foto-foto.com])]]
'''Kapitan Pattimura''',([[Saparua]], [[1783]] - [[Kota Ambon|Ambon]], [[16 Desember]] [[1817]]), Thomas Matulessy atau Thomas Matulessia alias Kapitan Pattimura lahir di Negeri Haria, Porto, Pulau Saparua pada tanggal 8 Juni 1783. Thomas Matulessy lahir dari keluarga Frans Matulessia dan Fransina Silahoi adalah seorang pernah berkarir militer sebagai mantan [[sersan]] Militer Inggris <ref>http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/p/pattimura/index.shtml Pahlawan Nasional dari Maluku </ref>kesatria keturunan dari keluarga besar Matulessia (Matulessy) yang tidak lain masih bersaudara dengan raja Maluku <sup>TANPA RUJUKAN</suP>(kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Raja, oleh karena pedagang Arab lebih dulu menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau Maluku dan mereka mengenal Maluku sebagai Jaziratul Mulk yang berarti Kepulauan Raja-Raja). Ia yang selama ini dikenal sebagai seorang Kristen, ternyata adalah seorang muslim. Karena seluruh keturunan Ambon yang bermarga Matulessy adalah muslim. <sup>Otak Atik Gatuk </sup>
 
Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan <ref>J B Soedarmanta, Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia, Grasindo, 2007, halaman 199, ISBN 9797597164 ISBN 9789797597160 </ref> <span style="color:red">Sebab-sebab pecahnya perang melawan Belanda adalah karena para misionaris, yang didukung dan dilindungi oleh penjajah Belanda, menyebarkan agamanya kepada rakyat Maluku yang notabene sudah beragama yakni Islam <sup> RUJUKAN ?</sup> </span> . Karena tingkah laku para misionaris menjadi keterlaluan yakni dengan menggunakan kekuatan militer Belanda yang juga bertujuan memperbudak rakyat Maluku, maka Pattimura dan para pembesar di Maluku merasa harus bertindak.Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Thomas Matulessy mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.