Amangkurat V: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Inayubhagya (bicara | kontrib)
pengalihan baru
Tag: Pengalihan baru VisualEditor
Inayubhagya (bicara | kontrib)
k perubahan nama Mangkurat ke Amangkurat: menyesuaikan dengan nama yang umum dikenal
Baris 2:
{{DISPLAYTITLE:Amangkurat V}}
{{Infobox royalty
|name = MangkuratAmangkurat V<br />ꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧕꧇{{java|ꦲꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧕꧇}}
|title = Sunan Kuning
|image =
Baris 15:
|suc-type =
|successor =
|regnal name = ''Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Prabu MangkuratAmangkurat Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping V''
|posthumous name = Sunan Kuning
|native_lang1 = [[Bahasa Jawa]]
|native_lang1_name1 = ꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧕꧇ꦲꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧕꧇
|house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
|full name =
Baris 32:
|spouses =
}}
'''MangkuratAmangkurat V''' ({{lang-jv|ꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧕꧇ꦲꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧕꧇|mangkuratamangkurat kalima|mangkuratamangkurat lima}}, dikenal juga sebagai ''Sunan Kuning'') adalah seorang cucu [[MangkuratAmangkurat III]] di Mataram, putra dari Pangeran Tepasana. Tahun 1742, diaia diangkat sebagai raja[[susuhunan]] [[Mataram II|Mataram]] menggantikan takhta [[MangkuratAmangkurat IV]] oleh koalisi Jawa-Tionghoa yang menantang kekuasaan [[Pakubuwana II]].
 
== Silsilah ==
Sunan MangkuratAmangkurat V atau Sunan Kuning memiliki nama asli Raden Mas Garendi, lahir pada 1726. Dia adalah putra bungsu dari Pangeran Tepasana, atau cucu dari [[MangkuratAmangkurat III]]. Masa kecilnya sudah diwarnai politik berdarah. Ayahnya, Pangeran Tepasana, terbunuh karena konflik kerajaan.
 
Setelah ayahnya tewas, Raden Mas Garendi dibawa lari menyelamatkan diri meninggalkan [[Kartasura, Mataram|Karaton Kartasura]] oleh pamannya bernama Wiramenggala. Mereka melintasi Gunung Kemukus hingga menuju Grobogan. Di lokasi itu, rombongan pelarian Kartasura berjumpa dengan keluarga Tionghoa, Tan He Tik. Garendi lantas dipungut anak oleh He Tik.<ref name ="darad01">{{cite book | author= Gondodiprojo, Daradjadi | year = 2014 | title= Geger Pacinan 1740-1743: Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC | publisher = Penerbit Buku Kompas }}</ref>
Baris 46:
=== Geger Pacinan ===
[[Berkas:Lukisan Perang Jawa (1741-1743).jpg|jmpl|300px|Lukisan Jawa abad ke-19 menggambarkan salah satu episode Perang Jawa-Tionghoa melawan VOC, perang yang meletus di Jawa tahun 1741-1743.]]
Pada mulanya, [[Pakubuwana II]] adalah seorang rajasunan yang melawan kolonialisme Belanda. Dia pernah meminta para pejabat dan bupati bersumpah setia serta bersiap mengusir mereka dari [[tanah Jawa]].
 
Di masa kepemimpinannya, pasukan Mataram menyerang benteng kompeni di Kartasura pada 1741. Tercatat 10 prajurit kompeni tewas di dalam dan sekitar benteng. Peristiwa itu menandai konflik terbuka antara [[Kesultanan Mataram]] dan VOC. Pakubuwana II juga memerintahkan patihnya mengirim pasukan untuk membantu laskar [[Tionghoa]] mengepung VOC di [[Semarang]].
Baris 67:
 
=== Kenaikan takhta ===
Pada tanggal [[6]] [[April]] [[1742]] di [[Kabupaten Pati|Pati]], diadakan pembahasan mengenai siapa yang harus menggantikan Pakubuwana II. Singseh mengusulkan Tumenggung Martapura yang diangkat menjadi rajasunan Mataram, Kapitan Sepanjang setuju dengan usul itu. Namun Tumenggung Mangun Oneng tidak setuju karena Martapura tidak memiliki garis keturunan atau wahyu keprabon, bobot (kepantasan), dan bibit (asal-usul) untuk menjadi rajasunan Mataram.
 
Tan He Tik mengusulkan agar Raden Mas Garendi yang menjadi rajasunan Mataram pengganti Pakubuwana II. Karena, Raden Mas Garendi adalah cucu rajasunan Mataram, [[MangkuratAmangkurat III]]. He Tik sendiri adalah orang tua angkat Garendi. Kapitan Sepanjang sempat khawatir bila Raden Mas Garendi akan berkhianat seperti Pakubuwana II yang semula melawan VOC menjadi bersekutu dengan VOC. Namun akhirnya semua bersepakat untuk menobatkan Raden Mas Garendi menjadi rajasunan Mataram.
 
Raden Mas Garendi kemudian bergelar MangkuratAmangkurat V, dalam upacara penobatan itu hadir para ulama di samping kanan MangkuratAmangkurat V dan panglima berbusana Tionghoa di samping kirinya.
 
Dalam catatan seorang Tionghoa di Semarang, Liem Thian Joe, dikatakan bahwa Sunan Kuning adalah sebutan populer bagi Raden Mas Garendi.<ref name ="sylado">{{cite book | author= Sylado, Remy | year = 2005 | title= 9 Oktober 1740: Drama Sejarah | location = Jakarta | publisher = Kepustakaan Populer Gramedia }}</ref> Selain karena banyak pengikutnya yang berkulit kuning (Tionghoa), hal itu karena orang Tionghoa menyebutnya sebagai ''cun ling'' (bangsawan tertinggi) merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam peristiwa Geger Pacinan.
Baris 77:
Sejak saat itu, pertempuran demi pertempuran dilakoni oleh koalisi Jawa-Tionghoa. Mei 1742, formasi pasukan Jawa-Tionghoa terdiri atas seribu prajurit Jawa dan seribu prajurit Tionghoa. Perkembangan selanjutnya, pasukan Jawa menjadi lebih banyak dibanding Tionghoa.
 
Pada Juni 1742, Sunan MangkuratAmangkurat V dan pasukannya menuju Kartasura. Laskar Tionghoa dipimpin panglimanya bernama Entik, Macan, dan Pibulung. Laskar Jawa di bawah komando Kertawirya, Wirajaya, dan Martapura. Sunan yang masih remaja tersebut dikawal oleh Tumenggung Mangun Oneng, Kapitan Sepanjang, dan Singseh. Mereka bertempur di [[Salatiga]] hingga [[Boyolali]].
 
=== Penyerbuan ke Kartasura ===
Pada tanggal [[30]] [[Juni]] [[1742]], pasukan MangkuratAmangkurat V menjebol benteng [[Kartasura, Mataram|Karaton Kartasura]]. Penjebeloan benteng istana itu bahkan bisa dilihat sampai sekarang. Tembok istana itu berhasil dilubangi karena pasukan MangkuratAmangkurat V menggunakan meriam.
 
Suasana Kartasura mendadak kacau dan luluh lantak karena diserbu pasukan gabungan Jawa-Tionghoa. [[Pakubuwana II]] dan keluarganya menyelamatkan diri dari peristiwa tersebut. Mereka dievakuasi oleh Kapten Van Hohendorff bersama pasukan VOC dan mengungsi ke arah [[Magetan]] melalui Gunung Lawu.
 
Pada tanggal [[1]] [[Juli]] [[1742]], Sunan MangkuratAmangkurat V alias Sunan Kuning resmi bertakhta di Kartasura. Terdapat candrasengkala (penanda waktu dalam tradisi Jawa) berbunyi ''Pandita anom angoyog jagad'', bermakna ''Pemimpin muda mengguncang jagat''.
 
Setelah berhasil menduduki takhta Mataram kemudian MangkuratAmangkurat V mengangkat Tumenggung Mangun Oneng menjadi patih. Tumenggung Martapura diangkat menjadi pelaksana harian komando pertempuran dengan nama Sujanapura. Raden Suryakusuma kelak dikenal sebagai Pangeran Prangwedana diangkat sebagai panglima perang.
 
== Akhir pemerintahan ==
MangkuratAmangkurat V merencanakan menggempur pasukan VOC di [[Semarang]]. 1200 pasukan gabungan Jawa-Tionghoa dipimpin [[Raden Mas Said]] dan Singseh (Tan Sin Ko) menuju Welahan. Di Welahan mereka bertempur dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh Kapten Gerrit Mom. VOC yang menyerang dari berbagai sudut berhasil memukul mundur pasukan gabungan itu. Setelahnya berbagai kekalahan dialami pasukan gabungan Jawa-Tionghoa. Beberapa pimpinan terbunuh seperti Tan We Kie di pulau Mandalika, lepas pantai Jepara dan Singseh tertangkap di Lasem dan dieksekusi mati di sana.
 
Pada 26 November 1742, keadaan semakin tidak berpihak kepada MangkuratAmangkurat V. Kartasura diserang dari tiga penjuru oleh Cakraningrat IV dari arah Bengawan Solo, Pakubuwana II dari Ngawi, dan pasukan VOC dari Ungaran dan Salatiga. MangkuratAmangkurat V meninggalkan Kartasura dan mengungsi ke arah selatan bersama pasukannya.
 
Akhir dari perjalanan MangkuratAmangkurat V terjadi pada September 1743 saat tedesak di sekitar [[Surabaya]]. Terpisah dari kawalan Kapitan Sepanjang, MangkuratAmangkurat V terpaksa menyerahkan diri ke loji VOC di Surabaya di bawah pimpinan Reinier De Klerk. Setelah beberapa hari ditawan di Surabaya, dia bersama beberapa pengikutnya dibawa ke Semarang lalu ke Batavia, hingga akhirnya diasingkan ke Ceylon ([[Sri Lanka]]).
 
== Kontroversi ==
Sumber riwayat Semarang menyebutkan bahwa petilasan Sunan Kuning atau Sunan MangkuratAmangkurat V berada di bagian barat [[Kota Semarang]], di atas sebuah bukit [[Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Semarang]]. Sekitar makam Sunan Kuning itu, sejak paruh kedua dasawarsa 1960-an dijadikan lokalisasi pelacuran, nama lokalisasi Sunan Kuning pun lebih populer dibanding nama resmi kawasan [[Resosialisasi Argorejo]] dan ini terus dikecam oleh banyak kalangan yang mengira bahwa sebutan [[Sunan]] niscaya berhubungan dengan [[Walisongo]] dan penguasa [[Kasunanan]].<ref name="historia.id">{{Cite web|url=https://historia.id/politik/articles/sunan-kuning-dan-geger-pacinan-P712D/page/1|title=Sunan Kuning dan Geger Pacinan|author=Fajri, Muhammad Yogi|date=5 Juli 2014|website=historia.id|access-date=4 Februari 2021}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 119:
{{s-end}}
 
{{DEFAULTSORT:MangkuratAmangkurat 05}}
[[Kategori:Kesultanan Mataram]]
[[Kategori:Susuhunan Mataram]]