Liwa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aiken (bicara | kontrib)
Aiken (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
 
== Posisi strategis ==
Pemilihan Liwa sebagai ibu kota [[Kabupaten]] [[Lampung Barat]] memang tepat. Beberapa alasan memperkuat pernyataan ini.
 
Memiliki sejarah sejak trbangunnya pesanggerahan para sultan Kepaksian tahun 1746 pada tahun tahun 1824 pada saat Colonial Belanda masuk ke liwa pesanggerahan ini dikuasai oleh belanda kemudian pada saat kekalutan marga liwa karena sedang pungguh pesanggerahan tersebut diserahkan kembali oleh Colonial belanda kepada sultan. Hingga sekitar Abad 18-19 Masehi Putra ke dua dari Indra Patih Cakra Negara mendirikan Liwa hingga menjadi tegak jukhai di Batu Brak. Pada Jaman Pra-sejarah mengkutip dari surat Nomor EK.210/937/1977 tanggal 7 November 1977 yang disampaikan seretaris desa kotabesi [[Uppu Sejambak|MAT. NASIR]] kepada Camat Balik Bukit H. Amoeis putra kedua dari Pangeran H. Suhaimi surat tersebut ditujukan kepada Bupati/Kdh. TK II Lamp. Utara di Kotabumi. Pokok : data lengkap bahwasanya liwa dari berdirinya marga liwa kota ini memang telah dijadikan pusat pemerintahan sejak jaman Colonial Belanda. H. Amoeis adalah Saibatin Marga Liwa adik kandung dari Sultan Pangeran Maulana Balyan. Saat ini pesanggerahan para sultan tersebut dijadikan Wisma Sindalapai sebagai bukti peninggalan Sejarah.
Pertama, tempatnya strategis karena berada di tengah-tengah wilayah Lampung Barat, sehingga untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh daerah Lampung Barat oleh pemerintah kabupaten akan relatif efektif.
Baris 51 ⟶ 49:
Tentang asal usul nama, Liwa berasal dari kata Panji Al-Liwa (bahas arab: Bendera), Panji Al Liwa ini adalah simbol dari pada pemberian Sultan Usmani [[Abd-ul-Hamid II]] kepada [[Pangeran Dalom Merah Dani]] Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja, ini menandakan bahwasanya Sekala Brak adalah kerajaan Penyebar Agama Islam Sejak dahulu kala dari tahun 1289 Masehi Rajab 688 Hijriah. Panji ini Sebagai Simbol penguasa, berjaya, perkasa untuk memperlihatkan salah satu dari identitas Kebesarannya yaitu Kepaksian. Panji Al-Liwa ini disebut Bendera Sekala Brak. Bendera Lama Kepaksian Sekala Brak berwarna hitam dan terdapat tulisan Syahadatin, allah dan Muhammad. Menurut sejarah secara turun temurun, setelah kemenangan [[Paksi Pak|Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak]] melawan penguasa Sekala Brak kuno, para 4 (empat) putra-putra Al-Mujahid [[Kepaksian Sekala Brak]] dari keempat putra Al-Mujahid kepaksian sekala brak tersebut disebut (Paksi Buay Belunguh, Kepaksian Pernong Sekala Brak, Paksi Buay Bejalan Diway, dan Kepaksian Nyerupa) menancapkan bendera kemenangan di puncak [[Gunung Pesagi]] dengan sebutan kuno nya Bukit Sulang (Humatang Sulang/Bukit Humatang Sulang). Bendera kemenangan yang dimaksud Bendera Lama Kepaksian Sekala Brak berwarna hitam dan terdapat tulisan Syahadatin, allah dan Muhammad, bendera ini disebut Panji Syahadatain dan bukalah Panji Al-Liwa sebagai simbol asal-usul nama, Liwa.
 
 
== Potensi budaya ==
 
== Potensi budaya ==