Dahana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Update data perusahaan
→‎Sejarah: penambahan referensi
Baris 33:
== Sejarah ==
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1966 sebagai "Proyek Menang" dari [[TNI Angkatan Udara]]. Nama “Menang” berasal dari nama sebuah dukuh di [[Madiun]], yakni Dukuh Menang di [[Kuwiran, Kare, Madiun|Desa Kuwiran]]. Melalui Proyek Menang, di dukuh tersebut, TNI AU membangun pabrik roket pertamanya di Indonesia. Lokasi
tersebut dipilih karena berdekatan dengan [[Pangkalan Udara Iswahyudi]]. Untuk makin meningkatkan produksinya, pada bulan Mei 1964, sebuah pabrik dinamit berbasis nitrogliserin juga mulai dibangun di [[Tasikmalaya]]. Pada tanggal 22 Oktober 1966, Panglima TNI AU [[Rusmin Nurjadin]] akhirnya meresmikan pabrik dinamit tersebut. Kerja sama dengan Hispano-Suizza kemudian diabadikan pada logo Proyek Menang yang mengadopsi gambar kendil. Pada bulan September 1970, melalui kerja sama dengan PT Surya Dirgantara, Proyek Menang mulai memproduksi bahan peledak untuk kebutuhan masyarakat umum, tidak hanya untuk TNI AU. Pada tanggal 1 Oktober 1973, Proyek Menang akhirnya dijadikan penyertaan modal untuk mendirikan "[[Perusahaan umum|Perum]] Dahana".<ref name="pn">{{Cite web|url=https://jdih.setkab.go.id/puu/buka_puu/2906/PP0361973.pdf|title=Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 1973|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=2 Oktober 2021}}</ref> Nama “Dahana” berarti “api” dalam [[Bahasa Sanskerta]]. Logo Proyek Menang pun diubah, yakni dengan menambahkan bentuk segi lima untuk merepresentasikan TNI AU di antara gambar kendil, serta api yang sebelumnya mengarah ke kiri juga diubah menjadi ke kanan. Pada tanggal 5 Maret 1976, salah satu gudang milik Dahana meledak, sehingga Dahana dilarang melakukan penelitian dan
pengembangan. Pemerintah kemudian mengizinkan importasi bahan peledak. Pada tahun 1982, pemerintah menunjuk Dahana sebagai satu-satunya perusahaan yang boleh mengimpor,
memproduksi, dan mendistribusikan bahan peledak di Indonesia. Namun pada tahun 1994 dan 1997, pemerintah mengizinkan PT Multi Nitrotama Kimia dan PT Tridaya Esta untuk mengimpor dan mendistribusikan bahan peledak. Walaupun begitu, Dahana masih merupakan satu-satunya perusahaan yang boleh memproduksi bahan peledak di Indonesia. Pada tahun yang sama, perusahaan ini berekpansi ke bisnis jasa peledakan, diawali dengan [[Kerjasama Operasi|KSO]] dengan [[Kaltim Prima Coal]]. Pada tahun 1991, status perusahaan ini resmi diubah menjadi [[persero]].<ref name="pn2">{{Cite web|url=https://jdih.setkab.go.id/puu/buka_puu/5867/PP%20NO%2017%20TH%201991.pdf|title=Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 1991|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=2 Oktober 2021}}</ref> Perusahaan ini kemudian juga memasok bahan peledak untuk kebutuhan survei seismik pada kegiatan [[eksplorasi]] minyak dan gas. Sementara untuk kegiatan eksploitasi minyak dan gas, sejak tahun 1995, perusahaan ini bekerjasama dengan Chartered Oiltech Singapore untuk memproduksi ''shaped charges'' yang digunakan untuk proses perforasi sumur minyak. Pada tahun 1993, perusahaan ini mulai mencari lahan untuk membangun ''Energetic Material Center'' (EMC), agar dapat memproduksi bahan peledak selain dinamit, dan akhirnya ditetapkan pada lahan seluas 600 hektar di [[Cibogo, Subang]]. Pada tahun 2012, EMC selesai dibangun dan perusahaan inipun memindahkan kantor pusatnya ke kawasan tersebut. Pada tahun 2018, Dahana dan Balitbang [[Kementerian Pertahanan]] selesai membangun pabrik Sarana & Prototipe Nitrogliserin (NG) di kawasan EMC untuk memproduksi bahan baku propelan yang rencananya akan menjadi komponen utama dalam pembuatan Munisi Kaliber Besar (MKB) dan Munisi Kaliber Kecil (MKK).<ref name="annual"/><ref name="sejarah">{{Cite web|url=http://dahana.id/about-us/brief-history/|title=Sejarah Perusahaan|publisher=Dahana (Persero)|language=id|access-date=26 September 2021}}</ref>
 
== Bidang usaha ==