Situs Ndalem Pojok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Merapikan/copyedit
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 10:
Hubungan Bung Karno dengan Ndalem Pojok bermula saat masih bernama Koesno. Pada 28 Desember 1901, Raden Soekemi dimutasi oleh pemerintah kolonial menjadi guru di [[Ploso, Jombang]]. Saat itu, Koesno yang masih berusia 6 bulan sering sakit-sakitan karena hidup pada daerah kering dan berkapur di deretan Pegunungan Kabuh. Bahkan, Koesno yang sudah pada masa kritisnya hingga mati suri tersebut membuat kedua orang tuanya kebingungan. Akhirnya, Raden Soekemi membawanya ke seorang yang berkemampuan lebih dan warga menjulukinya sebagai Denmas Mendung. Denmas Mendung sebenarnya adalah RM. Soemosewojo, anak dari RMP. Soemohatmodjo yang telah lama akrab dengan R. Soekemi. Denmas Mendung mensyaratkan jika ditakdirkan sembuh, anak tersebut akan diambil sebagai anak angkatnya dan namanya berganti menjadi Sukarno. <ref>https://jatim.suara.com/read/2019/09/10/182345/ndalem-pojok-saksi-bisu-kusno-kecil-diruwat-menjadi-soekarno?page=all</ref>
 
Di Ndalem Pojok yang berada di lereng Gunung Kelud inilah, Koesno kecil dirawat dan diganti namanya menjadi Sukarno. Pergantian nama itu ditadadi dengan upacara kenduri bubur merah-putih. Eyang Pandji mendoakan bahwa anak tersebut akan menjadi kebanggan dunia sambil mengusap kepala Sukarno kecil. Seiring dengan kehadirannya dan menjadi anggota keluarga Ndalem Pojok, perkembangan Sukarno semakin lincah. Sukarno senang bermain dan berlarian di halaman Ndalem Pojok yang luas. Karena terjatuh saat bermain, dahi kirinya pun luka dan sampai menjadi presiden, lukanya tersebut masih membekas. Oleh karena itulah, Bung Karno memakai peci miring ke kiri untuk menutupi bekas luka saat jatuh di Ndalem Pojok tersebut.<ref>https://www.merdeka.com/jatim/menilik-masa-kecil-bung-karno-sakit-sakitan-hingga-alasan-pakai-peci-miring.html</ref>. Dia pun senang memakan jagung bakar dan ketela bakar khas pedesaan, serta berhasil menaiki kerbau liar bernama Kebo Buda yang menandakan telah muncul pada diri Sukarno kecil bibit-bibit keberanian dan kepemimpinan.
 
Meskipun telah dewasa, Sukarno masih sering mengunjungi Ndalem Pojok dan bersilaturahmi dengan ayah angkatnya, RM. Soemosewojo. Sukarno yang dididik oleh [[Oemar Said Tjokroaminoto|HOS. Tjokroaminoto]] ketika indekos di [[Kota Surabaya|Surabaya]] telah berkembang menjadi pemuda aktivis. Tak jarang, dia mengajak rekan-rekannya ke Ndalem Pojok. Ruang tamu Ndalem Pojok adalah saksi tempat berdiskusinya Sukarno dengan dr. [[Tjipto Mangoenkoesoemo|Cipto Mangunkusumo]], RMP. [[Sosrokartono]], dan HOS. Tjokroaminoto tentang nasib bangsa ke depannya. Beringin tua yang berukuran raksasa di halaman Ndalem Pojok juga dijadikan tempat latihan pidato atau orasi Sukarno didampingi gurunya, HOS. Tjokroaminoto.