Sakera: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
{{rapikan}}
{{refimprove|date=Maret 2018}}
'''Sakera''' adalah seorang tokoh pejuang legenda kelahiran [[Pulau Madura]]. Ia berjuang melawan penjajahan [[Belanda]] sekitar permulaan [[abad ke-19]]. Sakera adalah seorang jagoan daerah, yang melawan perintah diktator Belanda di perkebunan [[tebu]] di daerah [[Bangil]]. Sakera, seperti juga jagoan-jagoan daerah lainnya, ditangkap [[Belanda]] setelah dikhianati oleh salah satu temannya sendiri. Ia dimakamkan di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari. Daerah paling selatan di Kota [[Bangil]]. Legenda jagoan asli [[Suku Madura|Madura]] ini sangat populer di [[Jawa Timur]].{{cn}}
 
[[Berkas:Sakera.jpg|jmpl|Ilustrasi Sakera digambarkan dengan senjata khasnya, [[Arit]]]]
 
'''Sakera''' adalah seorang tokoh pejuang yang lahir di Pulau Madura. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda pada awal abad ke-19. Sakera sadalah seorang jagoan daerah yang melawan penjajah Belanda di perkebunan tebu Kancil Mas [[Bangil]]. Legenda jagoan berdarah Bangil ini sangat populer di Jawa Timur utamanya di [[Pasuruan]] dan Madura. Sakera yang bernama asli Sadiman adalah golongan ningrat yang di sebut dengan kalas MAS, berlatar belakang Islam yang amat sholeh dan pekerja keras. Profesinya sebagai mandor di perkebunan tebu milik pabrik gula kancilKancil Mas Bangil. Ia dikenal sebagai seorang mandor yang baik hati dan sangat memperhatikan kesejahteraan para pekerja, sehingga dijuluki Pak Sakera. Sakera adalah pejuang yang anti penjajahan.
 
Suatu saat setelah musim giling selesai, pabrik gula tersebut membutuhkan banyak lahan baru untuk menanam tebu. Karena kepentingan itu orang Belanda ambisius untuk membeli lahan perkebunan yang seluas-luasnya dan dengan harga semurah-murahnya. Dengan cara yang licik, orang Belanda itu menyuruh Carik Rembang untuk bisa menyediakan lahan baru untuk Perusahaan dalam jangka waktu singkat dan murah, dengan iming-iming harta dan kekayaan. Sehingga Carik Rembang bersedia memenuhi keinginan tersebut. Carik Rembang pun menggunakan cara-cara kekerasan kepada rakyat dalam mengupayakan tanah untuk perusahaan.