Sitanggang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Pokok Cerita Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Pokok Cerita Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 11:
Dan kemudian Raja Sitempang pulang dan turun ke kampungnya Sijambur Nabolak, serta bertemu kembali dengan ayahnya Raja Naiambaton dan saudara atau adiknya Raja Nabolon, kedatangan Raja Sitempang pun disambut baik dan dirayakan oleh Raja Naiambaton, karena anak sulungnya itu sudah tidak terlihat cacat lagi bahkan juga dianugerahi kharisma dan kesaktian oleh Mulajadi. Mengingat Raja Naiambaton sudah tua, tidak lama dari kedatangan kembali Raja Sitempang, Raja Naiambaton pun menyerahkan hak kerajaannya kepada [[Raja Sitempang]], untuk sepenuhnya menguasai Tano Sumba (Tanah Raja Isumbaon), yang tentu dibantu pula oleh adiknya Situan Nabolon atau Raja Nabolon.<ref name=":2" />
Seiring berjalannya waktu [[Raja Sitempang]] pun telah mendekati ujur, sehingga kekuasaannya atas Tano Sumba pun diserahkan kepada Raja Sitanggang, pada jaman Raja Sitanggang inilah Tano Sumba dikenal sebagai Pangururan, berbekal kharisma dan kesaktian yang secara alami turun dari ayahnya Raja Sitempang, Raja Sitanggang pun semakin leluasa dalam memajukan Tano Sumba, dengan mulai membuka tempat perdagangan, hingga marga-marga atau orang-orang dari daerah lain pun berdatangan ke Tano Sumba, selain untuk berdagang di antara mereka yang datang tersebut ada juga yang bertujuan untuk merebut Tano Sumba, mengadu ilmu dan berjudi, namun semua selalu kalah dan rugi (mangururi) jika berhadapan dengan Raja Sitanggang, sejak itulah Raja Sitanggang dijuluki Raja Pangururan atau Ompu Raja Pangururan<ref name=":3" /><ref name=":0" /><ref name=":5" /><ref name=":4" />dan wilayah kekuasaannya pun yaitu Tano Sumba menjadi populer dinamai orang sebagai Pangururan. <ref name=":0" /> Dan konon katanya Pangururan pada saat itu telah menjadi sebuah kota kecil yang ramai, bahkan menjadi kota kedua terbesar di Tapanuli Raya setelah Barus, sehingga Raja Sitanggang pun menjadi dikenal di daerah Tapanuli Raya hingga ke Karo, Simalungun, Dairi bahkan hingga ke Aceh. Selanjutnya, berdasarkan penuturan secara turun temurun dari tetua-tetua setempat, dalam mengembangkan Pangururan jadi kota yang maju dan kuat, Raja Sitanggang pun didukung sepenuhnya oleh sepupu dan keponakannya yaitu Tuan [[Simbolon]]<nowiki/>serta kedua orang anak dari Tuan Simbolon yang bernama Tuan Tunggul Sibisa (Suri Raja) serta Tuan Martua Raja.
== Referensi ==
|