Abdullah Said: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ainuddin (bicara | kontrib)
memasukkan infobox
Ainuddin (bicara | kontrib)
menambahkan infobox dan referensi
Tag: referensi YouTube VisualEditor
Baris 1:
{{Kotak info tokoh
| name = Allahuyarham Ust Abdullah Said
| image = Ust H Abdullah Said.jpg
| birth_date = Lamatti Rilau, Sinjai, 17 Agustus 1945
Baris 12:
}}
 
'''Abdullah Said''' adalah pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan yang kemudian menjadi organisasi massa Islam nasional bernama [[Hidayatullah (organisasi)|Hidayatullah]]<ref>{{Citation|title=Biografi Ust Abdullah Said Pendiri Hidayatullah #1|url=https://www.youtube.com/watch?v=KIqFUKc5J84|accessdate=2021-10-08|language=id-ID}}</ref>. Abdullah Said lahir di sebuah desa yang bernama Lamatti Rilau, salah satu desa di wilayah kecamatan Sinjai Utara, [[Kabupaten Sinjai]], [[Sulawesi Selatan]]. Bertepatan dengan hari proklamasi kemerdekaan Republik [[Indonesia]], yaitu pada hari Jum’at, 17 Agustus [[1945]], dengan nama lahir Muhsin Kahar<ref>{{Cite book|last=Salbu|first=Mansur|date=2009|url=http://books.google.co.id/books/about/Mencetak_kader.html?id=38H7SAAACAAJ&redir_esc=y|title=Mencetak Kader|location=Surabaya|publisher=Suara Hidayatullah Publishing|isbn=9789791531818|pages=359|url-status=live}}</ref>.
 
Sejak masih dalam kandungan Abdullah Said sudah jadi perbincangan keluarga dan masyarakat di kampungnya, sebab usia kandungan ibunya sudah mencapai dua tahun namun belum lahir juga. Bahkan ada pandangan miring bahwa yang dikandung itu bukan manusia tetapi buaya atau entah apa.
Baris 27:
 
Kalau hanya untuk mendapatkan titel [[sarjana]], bukan itu yang diperlukan. Namun yang dia butuhkan adalah bagaimana bisa mengaplikasikan ilmunya secara menyeluruh kapanpun dan di manapun dia berada.
 
== Kalpataru ==
Pesantren Hidayatullah yang berada di atas lahan wakaf itu berdiri masjid, gedung-gedung sekolah dan perguruan tinggi, aula pertemuan, kantor, guest house, perumahan warga, juga dilengkapi sarana umum serta lingkungan hijau yang ditata sedemikian rupa sehingga tampak asri.
 
Tak heran bila pada tahun 1984, Presiden Soeharto menganugerahkan Kalpataru kepada Ust. Abdullah Said karena beliau dinilai mampu mengubah kawasan kritis di Gunung Tembak menjadi lingkungan pesantren yang hijau dan asri<ref>{{Cite web|title=Profil Pendiri Hidayatullah KH Abdullah Said, Peraih Kalpataru Era Soeharto|url=http://www.nasional.news/2020/05/profil-pendiri-hidayatullah-kh-abdullah-peraih-anugerah-kalpataru-era-soeharto.html|language=id|access-date=2021-10-08}}</ref>. Di tengah lokasi pesantren terdapat danau buatan yang tidak pernah kering meski berada di musim kemarau.
 
Ada yang menarik dalam rangkaian penganugerahan Kalpataru itu. Ketika Menteri Negara KLH Emil Salim menyelenggarakan jamuan buka puasa guna menghormati para penerima anugerah Kalpataru, salah seorang dari penerima anugerah itu tampil memberikan sambutan.
 
Dari suaranya yang berat dan tenang, orang faham laki laki ini adalah seorang orator yang pandai berpidato. Dia adalah Abdullah Said.
 
"Saya terharu pada malam hari ini," katanya pelan. "Ada seorang sahabat saya yang sudah 20 tahun kami berpisah... ternyata pada malam ini baru saya jumpai dia". Hadirin sesaat bertanya tanya siapa gerangan yang ia maksud.
 
"Itulah dia Bapak Tanri Abeng...," katanya seraya menunjuk Presiden Direktur Bir Bintang yang hadir pula malam itu.
 
Tapi bagaimana pula pemimpin pesantren ini bisa bersahabat dengan Presdir Bir Bintang?
 
"Kami pernah sama sama aktif di PII ketika di Ujung Pandang dulu," kata Said kepada majalah Panjimas seperti diulas dengan judul Sang Ustadz Pemenang Kalpataru pada majalah Panji Masyarakat, Edisi 21 Juni 1984.<ref>{{Cite news|last=Amrullah|first=Afif|date=21 Juni 1984|title=Sang Ustadz Pemenang Kalpataru|work=Panji Masyarakat|issue=435|page=42-43}}</ref>
 
Saat itu, di Pelajar Islam Indonesia (PII) Abdullah Said di bidang dakwah sementara Tanri Abeng menjadi bendahara. Namun ketika mulai merantau ke Kalimantan, Tanri Abeng pun ke Amerika untuk belajar.
 
Dan memang, setelah beberapa tahun nasih telah membawa hidup mereka masing masing. Seorang menjadi direktur pondok pesantren dan seorang lagi direktur Bir Bintang.
 
Pada kesempatan penganugerahan tersebut, Abdullah Said juga sempat diterima oleh Wakil Presiden (Wapres) ke-4 Umar Wirahadikusumah di Istana Wapres.
 
== Pemikiran ==
 
Pemikiran Abdullah Said<ref>{{Cite web|last=Suwarno|first=Ahmad|date=2013|title=Pemikiran Abdullah Said Tentang Sistem Pengkaderan Dan Dakwah Hidayatullah Serta Aplikasinya Di Pondok Pesantren Hidayatullah Semarang|url=http://eprints.ums.ac.id/27545/1/HALAMAN_DEPAN.pdf|website=Universitas Muhammadiyah Malang|access-date=6 Oktober 2021}}</ref> dapat ditelusuri dari karya tulis, ceramah, dan berbagai aktivitas dia. Namun, jika melihat pada catatan-catatan dia, memang tidak dijumpai tulisan yang secara khusus membahas pandangan atau pemikiran dia, ini dapat dimaklumi sebab dia memang manusia kerja, “Man of Action” seperti yang dikatakan Amien Rais (Mantan ketua MPR-RI, mantan ketua Umum Muhammadiyah), ketika dimintai komentarnya terhadap pribadi Abdullah Said<ref>{{Cite journal|last=Ma’sa|first=Lukman|date=2018|title=Pemikiran Dan Gerakan Dakwah Abdullah Said|url=http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1504612&val=17973&title=PEMIKIRAN%20DAN%20GERAKAN%20DAWAH%20ABDULLAH%20SAID|journal=Jurnal Dakwah STID Mohammad Natsir|volume=Vol.1|issue=No.1|pages=17}}</ref>. Dari berbagai catatan, ceramah dan gerakan serta aktivitas da’wahnya, dapat diidentifikasi beberapa gagasan sebagai pemikiran da’wah Abdullah Said sebagai berikut:
 
=== Bidang Da'wah ===
Baris 48 ⟶ 71:
Hal yang tak kalah penting dan selalu ditekankan oleh Abdullah said adalah bahwa letak keberhasilan ceramah atau da’wah bukan hanya ditentukan semata karena kemahiran beretorika. Perhatian pendengar dan audiens sangat ditentukan oleh perilaku dan akhlak da’i. orang memperhatikan budi pekerti dan tingkah laku sehari-hari. Dia pernah mengatakan: ”Da’wah yang lebih didengar adalah da’wah yang didukung oleh pembuktian ayat, berupa peragaan dan praktik di lapangan pada diri dan keluarga.”
 
Hal lain yang selalu ditekankan oleh Abdullah Said kepada para da’i Hidayatullah adalah agar tidak meninggalkan shalat lail demi suksesnya da’wah. Menurut dia seorang da’i adalah pejuang Islam yang memikul beban yang sangat berat sehingga seharusnya dia senantiasa dekat dengan Allah SWT yang akan memberikan keringanan dan kemudahan dalam menjalankan misi da’wahnya. Dia mengatakan: “Bagi mereka yang pernah melakukan shalat lail tentu merasakan dan mengakui adanya pertarungan yang sangat seru dan sengit dalam menghadapi godaan syetan dan pengaruh nafsu yang luar biasa kuatnyakuatnya”.
 
Sholat lail
 
=== Metode Da’wah ===
Baris 84 ⟶ 105:
Dia menginginkan para pemuda masuk barisan partai oposisi karena jika ditangkap masih bisa bertahan hidup dipenjara, sedangkan kaum tua disuruh masuk golkar agar mendapat jaminan. Dia menginginkan Hidayatullah menguasai kursi pada tiga partai saat itu (Golkar, PPP, dan PDI), sehingga keputusan yang dikeluarkan didominasi oleh Hidayatullah. Abdullah Said meninggal dunia di Jakarta pada 4 Maret 1998 setelah beberapa waktu menjalani pengobatan atas penyakit yang dideritanya.
 
== Referensi: ==
<references />
[http://www.pelita.or.id/baca.php?id=72370 Pelita Online, diakses 10/04/2014 pukul 10:07 WIB ] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140413155033/http://www.pelita.or.id/baca.php?id=72370 |date=2014-04-13 }}
[http://www.merdeka.com/peristiwa/di-jatim-ada-ponpes-gontor-kaltim-punya-hidayatullah.html Merdeka.com, Ramadhian Fadillah, Kamis, 20 Juni 2013 16:38]
[http://books.google.co.id/books/about/Mencetak_kader.html?id=38H7SAAACAAJ&redir_esc=y Mencetak Kader karya Manshur Salbu, Suara Hidayatullah Publishing, 2009 - 359 halaman]
{{Navbox Anregurutta}}