Tari Moyo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Salm Abdullah (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Salm Abdullah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor
Baris 14:
 
Tari Moyo disebut sebagai perpindahan skema yang sifatnya fundamental antara produksi seni dengan proses sosial. Perubahan yang terjadi sekarang ini adalah bahwa Tari Moyo tidak lagi ditujukan sebagai bagian dari ritual masyarakat, kepercayaan sudah beralih dari penyembahan terhadap leluhur menjadi agama Kristen dan Katolik. Tari Moyo memiliki nilai pendidikan sosial yang dapat dikembangkan sebagai sarana pembentukan karakter yang kuat, diantaranya: 1. Menumbuhkan rasa kebersamaan 2. Rasa ikut memiliki 3. Rasa tanggungjawab 4. Kekompakan 5. Rasa keterikatan dan rasa sayang Hasil penelitian Sari ini menegaskan bahwa tarian kini tidak lagi dilakukan untuk kesenangan, untuk kepuasan, mengisi waktu luang, mengekspresikan diri, dan hal-hal lain yang sifatnya personal, tetapi juga dapat diarahkan untuk pembangunan karakter serta nilai-nilai luhur bagi generasi muda yang menghadirkan lebih banyak manfaat dari sebelumnya.<ref name=":0" />
 
Tari Moyo memiliki cerita asal-usul yang bervariasi di setiap daerah. Dari berbagai versi yang ada, muncul pula beragam pemaknaan dari masyarakat terhadap tarian tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa tarian merupakan suatu fenomena sosiohistoris, yang banyak dipengaruhi oleh konteks ruang, waktu serta struktur kekuasaan yang memerintah pada saat itu.
 
Nilai moral yang yang dapat diambil adalah bahwa seseorang dapat melampaui semua batasan yang dimiliki ketika melindungi sesuatu yang sangat dicintai, baik itu anak-anak, keluarga, maupun orang tuanya, selain itu tarian ini juga dapat diartikan sebagai simbolisasi kebebasan, sebagaimana burung Elang yang sedang terbang bebas dengan mengepakkan ke dua sayapnya. Adapun versi lain di Nias Selatan.
 
Tari Moyo dimaknai sebagai suatu optimisme, kewibawaan, dan penghargaan terhadap nilai-nilai kepahlawanan. Itu sebabnya pada versi ini Tari Moyo ditarikan pada saat penyambutan prajurit yang pulang berperang ataupun pada saat upacara fanaro bato atau pemberian penghormatan kepada para pahlawan. Sementara versi lain menyebutkan bahwa tarian ini mengajarkan untuk tidak pernah menyerah dalam pencarian yang sedang dilakukan, sebagaimana seorang putri yang berubah menjadi elang demi mencari kekasih yang tak kunjung kembali. Setiap rumpun marga memiliki memori kolektif tersendiri tentang leluhurnya, dan mereka menceritakan sejarah tentang leluhurnya secara turun-temurun dengan versi mereka sendiri
 
== Gerakan ==