Cut Nyak Dhien: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 19232184 oleh Muctar hasbi (bicara)
Tag: Pembatalan
Zulfahmi1986 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 24:
}}
 
'''[Https://aceh1986.blogspot.com/2020/09/uraian-sejarah-singkat-teuku-umar-johan.html Cut Nyak Dhien]''' (ejaan lama: '''Tjoet Nja' Dhien''', [[Lampadang]], [[Kerajaan Aceh]], [[1848]] – [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], [[Jawa Barat]], [[6 November]] [[1908]];<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedi Pahlawan Nasional|last=Sai|first=Julinar, Tiara Wulandari|date=1995|publisher=Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jendal Kebudayaan|isbn=|location=Jakarta|pages=19|url-status=live}}</ref> dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang [[Pahlawan Nasional Indonesia]] dari [[Aceh]] yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya [[Ibrahim Lamnga]] bertempur melawan [[Belanda]]. Tewasnya Ibrahim Lamnga di Gle Tarum pada tanggal [[29 Juni]] [[1878]] kemudian menyeret Cut Nyak Dhien lebih jauh dalam perlawanannya terhadap Belanda.
 
Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan [[Teuku Umar]], setelah sebelumnya ia dijanjikan dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut. Dari pernikahan ini Cut Nyak Dhien memiliki seorang anak yang diberi nama Cut Gambang.<ref name="tjoet">{{cite web|url=http://asnlf.net/asnlf_int/acheh/history/tjutnyakdhien/tjoet_njak_dien.htm|title=Tjoet Njak Dien (Cut Nyak Dhien)|last=|first=|authorlink=|year=|work=|publisher=|format=|accessdate=|coauthors=|accessyear=|archive-date=2011-04-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20110412132927/http://www.asnlf.net/asnlf_int/acheh/history/tjutnyakdhien/tjoet_njak_dien.htm|dead-url=yes}}</ref> Setelah pernikahannya dengan [[Teuku Umar]], Cut Nyak Dhien bersama [[Teuku Umar]] bertempur bersama melawan Belanda. Namun, pada tanggal [[11 Februari]] [[1899]] Teuku Umar gugur. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Usia Cut Nyak Dien yang saat itu sudah relatif tua serta kondisi tubuh yang digrogoti berbagai penyakit seperti [[encok]] dan [[rabun]] membuat satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba.<ref name="deddi">Armand, Deddi. ''Cut Nyak Dien''. Penerbit: Pustaka Ananda</ref><ref name="tokohindonesia">[http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/c/cut-nyak-dien/index.shtml Tentang Cut Nyak Dien di tokohindonesia.com]</ref> Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Keberadaan Cut Nyak Dhien yang dianggap masih memberikan pengaruh kuat terhadap perlawanan rakyat Aceh serta hubungannya dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap membuatnya kemudian diasingkan ke Sumedang. Cut Nyak Dhien meninggal pada tanggal [[6 November]] [[1908]] dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Nama Cut Nyak Dhien kini diabadikan sebagai [[Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya]] di Meulaboh.<ref>[https://jabarprov.go.id/assets/images/menu/Dukumen_Cut_nyak_dien.pdf Cut Nyak Dhien bin Teuku Nanta Setia]</ref> [https://aceh1986.blogspot.com/2020/09/uraian-sejarah-singkat-teuku-umar-johan.html Uraian] sejarah singkat Teuku Umar Johan Pahlawan.
 
== Kehidupan Awal ==