Semusim di Neraka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 41:
Sebelum ''Semusim di Neraka'', Rimbaud memang pernah menulis karya yang gayanya mirip dan kemudian dikumpulkan dalam antologi ''Illuminations'' dan ''Phrases''. Kalimat-kalimatnya disusun seperti [[prosa]], tetapi memberikan efek pembacaan seperti puisi, misalnya intensifikasi pencerapan panca indra. Namun jauh sebelumnya, dia telah menulis sajak-sajak "konvensional", baik yang berbentuk kuatrin maupun soneta.''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=7|ps=}}'' Dia menulis puisi sejak kecil, tetapi catatan karier pertamanya dimulai ketika berumur 13 tahun, yaitu ketika dia mengirimkan puisi berjumlah 16 baris dan berbahasa Latin kepada [[Napoleon Bonaparte]]. Ada catatan bahwa Napoleon menerima puisi tersebut, tetapi hilang ''—'' masyarakat tidak dapat mengetahui isinya.<ref name=":6">{{Cite web|url=https://indoprogress.com/2013/09/remeh-temeh-rimbaud/|title=Remeh-Temeh Rimbaud|last=Normanda|first=Nosa|date=5 September 2013|website=Indo Progress|access-date=22 Juni 2020}}</ref>
Bentuk ''prose poem'' (puisi prosa) dalam ''Semusim di Neraka'' yang lebih cair sebenarnya sudah diisyaratkan dalam ''Drunken Boat (Kapal Mabuk).<ref name=":5">{{Cite web|url=https://www.britannica.com/biography/Arthur-Rimbaud|title=Arthur Rimbaud|last=Davies-Mitchell|first=Margaret C.|date=tanpa tanggal|website=Encyclopaedia Britannica|access-date=22 Juni 2020}}</ref>{{sfnp|Djokosujanto, dkk|2020||p=157–159|ps=}}'' Kuplet-kuplet dalam puisi 100 baris itu disusun sebagai kuatrin yang rimanya teratur dan larik-lariknya ditulis dengan prinsip persajakan yang dikenal sebagai ''Alexandrine''. Dengan demikian, menurut Ismanto, puisi ini dapat dianggap "bergaya lama".''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=7|ps=}}''
Dalam ''Kapal Mabuk'', Rimbaud mengumpamakan dirinya sebagai sebuah kapal yang pasrah kepada gelombang laut. Hal ini dapat dimaknai bahwa dia akhirnya menyerahkan bentuk perpuisiannya kepada "gelombang" isi yang hendak disampaikannya. Bentuk puisi prosa yang sangat cair dianggap lebih cocok dalam mengungkapkannya, dikarenakan "gelombang" isi itu adalah gerak jiwa remajanya.{{sfnp|Rimbaud|2020||p=7|ps=}}''
Baris 47:
== Tema ==
Bagi Rimbaud sendiri, puisi tersebut merupakan kesimpulan dari pencariannya. Puisinya itu mengalir dengan plot [[metafora]]-[[alegori]] dan berisi [[sarkasme]] maupun otokritik terhadap dirinya sendiri serta lingkungan sosialnya.''{{sfnp|Miller|1962||p=119|ps=}}{{sfnp|Djokosujanto, dkk|2020||p=157–159|ps=}}'' Puisinya dapat bertahan lama juga disebabkan karena kebeliaan usianya dalam membuat sarkasme.''{{sfnp|Fowlie|1966||p=44|ps=}}'' Sarkasme kepada bangsa dan dirinya sendiri menjadi semacam "cambukan" agar seseorang bisa yakin menatap masa depan. Hal tersebut merupakan semacam kebiasaan psikologis bahwa seseorang yang diejek oleh orang lain biasanya akan lebih bersemangat lagi untuk memperbaiki kehidupannya ''—'' dia akan bangkit dan berjuang serta membuktikan jika ejekan itu tidak benar.<ref name=":4">{{Cite web|url=https://www.poetryfoundation.org/poets/arthur-rimbaud|title=Arthur Rimbaud|last=Poetry Foundation|first=|date=tanpa tanggal|website=Poetry Foundation|access-date=22 Juni 2020}}</ref>''{{sfnp|Fowlie|1966||p=44–45|ps=}}''
Sarkasme ini dapat dilihat dalam salah satu penggal puisinya berikut:''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=28|ps=}}''<blockquote>''Aku betul sadar bahwa aku selalu berasal dari ras inferior. Aku tak paham pemberontakan. Rasku tak pernah bangkit, kecuali untuk menjarah: seperti serigala mencabik-cabik hewan buas yang tak dibunuhnya.{{sfnp|Rimbaud|2020||p=28|ps=}}''</blockquote>
|